Home / Romansa / Istri Figuran Presdir Arogan / Bab 151 - Datang Seperti Hantu

Share

Bab 151 - Datang Seperti Hantu

Author: Ute Glider
last update Last Updated: 2025-05-22 23:09:18

“Dia belum datang?”

Karissa bermonolog sambil menyapu pandangan ke sekitar kamarnya. Sudah pukul 11 malam tapi Luciano belum datang.

“Ah, bukan. Dia memang seharusnya tak datang lagi. Aku sudah melarangnya.”

Karissa duduk di atas ranjang, bersandar pada headboard sambil memeluk lututnya.

Matanya kembali menyisir seluruh ruangan, mencoba menemukan petunjuk dari mana Luciano biasanya muncul. Tidak dari jendela. Tidak dari pintu utama. Dan bukan dari kamar mandi.

“Tidak, aku bukan merindukannya. Aku hanya penasaran dari mana dia datang.” Masih bermonolog, menepis rasa aneh di hatinya yang beradu dengan egonya.

"Apa aku harus coba matikan lampunya?" bisiknya lagi, setengah ragu, setengah penasaran. "Mungkin dia muncul kalau kamar gelap."

Karissa melirik saklar, lalu berdiri pelan-pelan. Setelah mematikan lampu, kamar langsung tenggelam dalam temaram cahaya bulan yang menyelinap dari celah tirai. Karissa kembali ke ranjang, berbaring dengan posisi miring, membelakangi sisi kosong tempat ti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 152 - Bekas Kissmark

    “Karissa, kenapa lehermu merah?” Vincent menunjuk ke noda merah di leher putih Karissa.Wanita yang semula sedang memandang bayinya dari depan kaca ruang NICU tiba-tiba tergugup menyentuh lehernya.“Merah?” tanyanya.“Ya, ini.” Vincent menunjuk. Memang posisinya ada di belakang, tak bisa Karissa lihat saat mandi. Dan saat ini wanita itu sedang mengikat tinggi rambut panjangnya.Luciano? Apa saat aku sedang tidur dia berulah?Sesungguhnya bukan hanya di leher belakang. Tapi pagi-pagi Karissa terkejut saat melihat ada lebih dari tiga bekas kissmark di dadanya.“Ah, pantas saja semalam aku terus menggaruk. Ternyata ada beka gigitan serangga,” jawab Karissa memilih melepas ikatan rambutnya supaya ulah Luciano itu bisa ditutupi.“Serangga? Tapi itu –““Nyonya Karissa,” sapa seorang dokter yang pagi itu baru keluar dari ruang NICU sambil membawa map data medis di tangannya.“Tuan Vincent.” Dia beralih pada pria paruh baya yang memang sama-sama sering menjaga bayi di sini.“Kami punya kabar

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 151 - Datang Seperti Hantu

    “Dia belum datang?”Karissa bermonolog sambil menyapu pandangan ke sekitar kamarnya. Sudah pukul 11 malam tapi Luciano belum datang.“Ah, bukan. Dia memang seharusnya tak datang lagi. Aku sudah melarangnya.”Karissa duduk di atas ranjang, bersandar pada headboard sambil memeluk lututnya.Matanya kembali menyisir seluruh ruangan, mencoba menemukan petunjuk dari mana Luciano biasanya muncul. Tidak dari jendela. Tidak dari pintu utama. Dan bukan dari kamar mandi.“Tidak, aku bukan merindukannya. Aku hanya penasaran dari mana dia datang.” Masih bermonolog, menepis rasa aneh di hatinya yang beradu dengan egonya."Apa aku harus coba matikan lampunya?" bisiknya lagi, setengah ragu, setengah penasaran. "Mungkin dia muncul kalau kamar gelap."Karissa melirik saklar, lalu berdiri pelan-pelan. Setelah mematikan lampu, kamar langsung tenggelam dalam temaram cahaya bulan yang menyelinap dari celah tirai. Karissa kembali ke ranjang, berbaring dengan posisi miring, membelakangi sisi kosong tempat ti

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 150 - Ingin Memenggal Leher

    “Sabar ya, Tuan Muda. Ibumu akan segera datang.” Martha menggerakkan Baby Deimos di gendongannya.Biasanya bayi itu akan tenang saat perjalanan menuju desa di Italia. Namun, kali ini sedikit berbeda. Baby Deimos seperti tidak tenang dan menangis meski sudah diberi ASI yang sudah dihangatkan.Sampai suara bel berbunyi. Martha segera merapikan selendang supaya bisa menjadi Nyonya Wendy yang sempurna. Dia kemudian buru-buru membukakan pintu.“Nona,” sapa wanita paruh baya itu hormat.Atensi Karissa tentu langsung tertuju pada bayi yang tengah menangis itu. “Astaga, pria tampan ini kenapa menangis, hm?” tanyanya lembut lalu menggerakkan hidung mancungnya ke hidung Baby Deimos.“Eh .... Eh ....” Suara kecil itu terdengar lucu dan menggemaskan.Bisa-bisanya bayi ini langsung diam saat Karissa menciumnya. Ah, segala beban di pundak Karissa jadi rasanya jadi lebih ringan.“Ayo, dengan mama.”Sebutan itu refleks saja keluar dari mulut Karissa. Sedangkan lagi-lagi Martha hanya kebagian rasa har

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 149 - Tangisan Frustasi

    “Anggap saja ini sebagai harga yang harus kamu tebus padaku.”Karissa membuka mata, menatap pria yang baru saja bicara padanya. Sorot itu tak biasanya. Tak ada tatapan tajam ataupun dingin.“Kau meminta aku memberimu waktu kan? Gunakan waktu itu sebaik mungkin di sisi ku,” lanjut Luciano.Karissa menggerakkan kepalanya supaya jemari Luciano menjauh dari wajahnya.Ditarik napas itu, lalu dia kembali bicara. “Kau tidak aman kalau terlalu lama di sini .”Karissa kini menatap tajam Luciano. “Apa alasan yang bisa membuatku percaya untuk ikut denganmu? Sedangkan sudah jelas keluarga Wilbert sudah lama memburu Luther.”Perkataannya membuat Luciano bisa merasakan ada dinding tebal di sana yang dibangun atas dasar kekecewaan.“Kau tiba-tiba datang seolah menjadi penolong, lalu memintaku bersembunyi seakan-akan Vincent adalah monster di sini. Padahal diantara kita, musuhku adalah kamu kan?”Hati Luciano terasa sakit saat Karissa menganggap dirinya musuh. “Ada yang ingin aku luruskan di sini. Ka

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 148 - Pergi Denganku

    Karissa menegang, jantungnya berdebar tak karuan. Kalau Luciano dan Vincent bertemu, bukan tidak mungkin ayahnya yang akan kalah nantinya. Apalagi Karissa paham kalau dia ada dipihak yang salah saat ini. Yaitu berasal dari keluarga yang sudah membunuh ayah Luciano.“Daddy, aku bisa jelaskan!”Karissa mendahului Vincent, tapi saat dia melihat ke ranjang rupanya tidak ada Luciano di sana. Kamar kosong, hanya mereka berdua yang masih berdiri di depan pintu yang sudah terbuka lebar.Vincent menyisir pandangan ke seluruh ruangan. Tak ada jejak orang lain di sini. Lalu membuka kamar mandi juga kosong.“Daddy dengar suara tadi. Kau seperti bicara dengan orang lain,” ucapnya setelah menyerah karena tak menemukan siapapun.“Aku bermonolog sendiri, aku sudah ingin cucu perempuan daddy tidur di kamar ini bersamaku. Maaf kalau terdengar aneh.” Karissa berusaha bicara dengan tenang, meski dia sudah sangat penasaran kemana perginya Luciano sekarang.Vincent pun menghela napas dan mengangguk pelan. “

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 147 - Kemunculan Luciano

    Karissa meregangkan tubuhnya usai masuk ke dalam kamarnya. Dia baru pulang dari rumah sakit setelah sejak pagi berada di sana. Seandainya diijinkan dia juga inginnya tetap di sana.Namun, suster selalu menyarankan dia untuk istirahat. Karena pengobatan sang bayi cukup panjang jadi ibu harus tetap sehat dan kuat.“Sebentar,” gumamnya menghentikan langkah sebelum dirinya masuk ke kamar mandi.Aroma maskulin parfum ini kembali tercium di kamarnya.Karissa terkesiap melihat sekitar. “Ada orang di sini?” tanyanya entah pada siapa.Hening.Bahkan pergerakan bayangan pun tak ada. Hanya tirai di balik jendela yang sedikit bergoyang.“Apa mungkin daddy baru bereskan kamarku?” Pertanyaan itu bertentangan dengan isi pikiran Karissa yang sesungguhnya. Yaitu parfum sang ayah tidak seperti ini.Karissa menghela napasnya panjang.Dia lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Kemudian kembali ke ranjang memakai piama tidurnya.Dipandang obat di atas nakas. Sudah tiga malam dia tidur memi

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 146 - Kabur di Mansion Sendiri

    “Jadi kapan putriku bisa pulang?”Luciano duduk di kursi utama ruang meeting rumah sakit bersama dokter di sana. Pakaian keduanya nampak kontras. Satu berjas putih medis, satu lagi mengenakan jas hitam dengan dasi perak.Dia menatap ke layar di depan, di mana CCTV ruang NICU memperlihatkan bayi perempuan yang sedang disusui oleh Karissa.“Aku tidak tega melihatnya selelah itu.” Luciano bicara lebih lirih lagi tanpa menggeser pandangan ke wajah Karissa.Masih cantik dan bersinar. Hanya saja kerutan lelah nampak di sana. Ingin rasanya Luciano mendekat untuk memberi kekuatan, menunjukkan kalau dia tak sendiri.Tapi melakukan itu di tempat umum sama saja bunuh diri. Kabur dari pengawasan anak buah Hector dan mata Sergio juga tidak mudah."Putri Anda bisa pulang setelah kami pastikan dia stabil tanpa ventilator besar dan bisa bernapas dengan alat bantu portabel. Tapi tetap perlu pengawasan 24 jam. Rumah harus steril dan lainnya,” jawab sang dokter.Luciano mengangguk kecil. "Lalu ada jalan

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 145 - Rayuan Pagi Hari

    Aroma butter panas dan roti panggang mulai memenuhi udara. Namun, bukan itu yang menghentikan langkah seorang wanita saat hendak masuk ke area dapur luas di mansion.“Kenapa kalian ada di sini?”Emma menatap ada lima pelayan yang seharusnya di dalam untuk membantunya membuat sarapan pagi ini, sekarang justru semua berdiri di depan pintu dapur.“Tuan Damian ada di dalam dan tidak mengizinkan siapa pun membantu. Katanya, beliau ingin memasak sendiri untuk Nyonya Rosetta,” ucap salah seorang pelayan.Alis Emma terangkat. Sudut bibirnya menekuk membentuk senyum nakal. “Oh, jadi Tuan Besar mau mengambil alih dapur pagi ini,” gumamnya, lalu melangkah masuk tanpa permisi.Begitu melihat Damian sedang ada di depan kompor, memunggungi pintu, senyuman Emma makin lebar. Wanita itu mendekat pelan-pelan, lalu memeluk Damian dari belakang.“Kau sedang berusaha memasak sarapan untukku, ya?” bisiknya manja.Damian langsung mengangkat bahu, berusaha melepaskan pelukan itu. “Jangan terlalu percaya diri,

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 144 - Pesan Tersembunyi

    “Papa sudah pulang?” Aiden mendongak menatap ayahnya.“Hm.” Damian sebenarnya datang karena samar mendengar Aiden menyebut nama Luciano. “Tadi kamu bertemu dengan siapa di sekolah?”Aiden melirik ibunya, seolah meminta jawaban yang tepat atas pertanyaan Damian.“Katanya Tuan Luciano datang,” jawab Emma sambil melepas apronnya kemudian membersihkan tangan di keran taman.“Apa dia lakukan di sana?” tanya Damian pada Aiden.Pria kecil itu pun menunjukkan lolipop besar di genggamannya.“Dulu Tuan Luciano pernah menjanjikan permen untuk Aiden.” Emma mendekat setelah mengeringkan tangannya yang baru dicuci.Dia lalu meraih tas kerja yang masih Damian genggam. “Tepatnya saat Aiden sedang dirawat di rumah sakit. Katanya, kalau Aiden sembuh dia akan memberikan permen. Dan –“Kini Emma mengambil permen dari tangan Aiden. “Daddy-nya bukan pria yang melupakan janjinya,” lanjut wanita itu menunjukkan makanan manis berwarna pink pada Damian.Memperlihatkan wujudnya, seolah memang tidak ada yang dis

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status