#Istri_Gaib
Bab 27 : Curiga
Setelah penemuan beberapa helai rambut berwarna merah itu, Nindi jadi tak tenang. Ia ingin segera menanyakan kepada Haikal, rambut siapa itu dan meminta penjelasannya. Diraihnya ponsel, tapi ia ragu untuk mencari kontak sang suami. Ia tertegun cukup lama, dengan emosi yang naik turun.
“Ah, sebaiknya masalah ini tak dibicarakan melalu telepon. Tapi, hari ini kami takkan bisa bertemu lama, aku masih dinas malam. Palingan Bang Haikal akan langsung mengantarku ke tempat kerja.” Nindi membatin sembari meremas ujung jilbabnya.
Nindi kembali mengusap layar ponsel, ia ingin mengirim chat saja kepada suaminya dan memutuskan untuk memending masalah rambut yang ia temukan itu.
[Bang, lagi apa? Nanti sore pulang jam berapa?] Nindi langsung mengirim pesan itu.
Taklam kemudian pesannya langsung dibalas oleh sang suami.[Lagi di kantor, pulang seperti biasa, pukul 16.45 buat ngantar Nindi kerja.]
Nindi me
#Istri_GaibBab 28 : Yang KeduaDengan sambil tersenyum, Haikal memacu motornya menuju pulang. Hatinya terasa lega karena mama dari calon anaknya telah menghabiskan nasi bakar bawaannya. Rasanya ia sudah tak sabar untuk menanti kelahiran janin yang sedang dikandung sang istri kedua. Petugas damkar itu tak bisa membohongi perasaannya, ia mulai menyayangi anaknya, walau cintanya tetap hanya untuk Maura seorang.Haikal memasuki rumah dan langsung menuju kamar. Dengan masih tersenyum ia memutar knop pintu. Senyumnya langsung memudar kala melihat wanita berambut merah yang kini menatapnya dengan kesal, mata memerah dan bibir mengerucut.Haikal segera melepas jaket dan melangkah menghampiri istri pertamanya yang sudah bisa ia pastikan sedang marah saat ini.“Sayang,” ujar Haikal seraya mencium pipi putih mulus itu lalu memeluknya.“Abang dari mana saja? Adek baru datang, eh ... Abang malah pergi lagi.” Maura merengut dan pu
#Istri_GaibBab 29 : Ulah MauraMaura duduk di pinggir sungai sambil mengamati dua orang penambang pasir yang menyelam untuk mengambil pasir lalu memasukkannya ke sampan. Ia tak senang dengan kegiatan para manusia itu, sama tak senangnya dengan Nindi yang sudah berusaha merebut Haikal darinya.Kini ia sudah bersiap untuk menarik salah satu dari pria perusak ekosistem sungai itu, membuat sang penambang tak bisa timbul lagi ke permukaan. Temannya yang menungggu di atas sampan mulai gusar sebab temannya yang menyelam tak kunjung muncul.“Yok, kok lama banget nyelamnya?” teriak temannya sambil masuk ke air dan menenggelamkan kepala.Akan tetapi, makhluk berambut merah itu telah membawa si penambang pasir ke dasar sungai dengan tak lupa menghisap ubun-ubunnya terlebih dahulu. Itulah sumber kehidupannya dan resep wajah cantiknya di malam hari. Ia tersenyum puas lalu melepas pemuda yang sudah tak bernyawa itu.Dengan tanpa berdosa, Maur
#Istri_GaibBab 30 : Kalah SaingHaikal segera turun dari taxi dan berlari memasuki perkarangan rumahnya. Dengan cepat, ia segera membuka kunci rumah dan segera masuk. Langkahnya langsung menuju kamar Nindi. Ia sudah tak sabar untuk mengetahui keadaan dari mama calon anaknya itu.Segera dibukanya pintu kamar dan melangkah masuk. Nindi terlihat berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam.“Nin, Abang udah pulang. Kamu kenapa?” tanya Haikal sambil mengusap pipi istrinya yang terlihat lembab.Nindi membuka mata dengan tangan masih memegangi perutnya.“Nin, kamu kenapa? Perutnya kenapa? Ayo kita segera ke rumah sakit saja!” ujar Haikal dengan panik.“Gak usah ke rumah sakit dululah, Bang! Ini udah tengah malam,” jawab Nindi lagi.Haikal memegang perut Nindi, ia benar-benar cemas dengan keadaan keduanya, istri juga calon bayi mereka.“Sekarang udah agak baikan, Bang,” ujar Ni
#Istri_GaibBab 31 : Rencana Bu Ida“Assalammaualikum,” ucap Bu Ida, ibunya Haikal dari depan pintu.Nindi segera mempercepat langkah menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Ia langsung tersenyum melihat ibu mertuanya sudah melangkah masuk di ruang tamu.“Waalaikumsalam, Bu,” jawab Nindi seraya meraih tangan ibu mertua dan menciumnya.“Kamu lagi ngapain?” tanya Bu Ida sambil memberikan mangkok yang dibawanya.“Lagi di kamar saja, Bu, baca novel. Apaan ini, Bu?” tanya Nindi sambil membuka tutup mangkok dan menghirup baunya.“Ini bubur pedas buatan Mbak Hennimu, ayo dicicipi!” jawab Bu Ida sambil duduk di ruang tengah.“Oke, Bu, Nindi ambil sendok dulu,” jawab Nindi dengan mata berbinar-binar, dari aromanya saja ia sudah tergiur.Beberapa saat kemudian, Nindi sudah kembali dari dapur dan langsung menikmati bubur pedas bawaan mertuanya. Bu Ida ter
#Istri_Gaib Bab 32 : Nindi Melihatnya “Bu, jangan lusa acara pengajiannya, ditunda saja! Haikal dan Nindi masih sama-sama sibuk,” ujar Haikal melalu ponsel. “Loh, Nindi udah setuju kok,” jawab Bu Ida. “Hari jum’at nanti, Nindi dinas dari pagi ketemu pagi, Bu.” Haikal mulai mengarang kebohongan. “Masa? Kok kemarin Nindi gak bilang gitu, malah dia setuju. Kal, rumah kamu itu memang harus dibacakan doa-doa, banyak makhluk halus di sana, buktinya Nindi digangguin. Ibu gak mau sampai terjadi apa-apa dengan menantu dan calon cucu ibu, ya,” ujar Bu Ida lagi. “Bu, gak ada makhluk halus di rumah kami, ibu jangan mengada-ngada,” bantah Haikal dengan dahi yang berkerut. “Ah, kamu ini, paling suka membantah! Sudah jelas-jelas istrimu diganggu kemarin.” Suara Bu Ida terdengar meninggi. “Haikal nggak membantah, Bu. Hanya minta ditunda saja.” Haikal menghela napas berat, ia tahu membantah ucapan ibunya sangat mustahil. “Ya sud
#Istri_Gaib Bab 33 : Semakin Aneh Taxi melaju menuju rumah, Nindi masih terlihat cemas dengan perasaan tak nyaman. Ia begitu mengkhawatirkan suaminya itu. Kalau benar yang diserempet Dokter Budi itu memang suaminya, ia akan membuat perhitungan dengan dokter bermata sipit itu. Ia menggenggam tangan dengan kesal. Taklama kemudian, taxi telah tiba di depan rumah Haikal. Nindi langsung turus dan membayar ongkosnya, lalu memasuki perkarangan rumah. ‘Tok-tok’ Nindi mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak ada jawaban dari dalam kamar. Mungkin suaminya sudah tidur, sebab sekarang sudah pukul 22.15. Wanita yang sedang hamil empat bulan itu mengeluarkan kunci cadangan dan memasukannya ke knop pintu, lalu mendorongnya perlahan. Nindi memasuki rumah, lampu ruang tamu dan tengah sudah dimatikan, ia semakin yakin kalau suaminya itu sudah tertidur. Ia hanya ingin memastikan keadaan suaminya itu baik-baik saja. “Ahh ... ahh .... “ Terdeng
#Istri_GaibBab 34 : Tukang UrutNindi menghampiri Haikal yang sedang duduk di depan televisi. Pria berkaos biru itu terlihat sedang fokus pada tontonannya.“Abang nggak kerja hari ini?” tanya Nindi sambil menatap suaminya.“Izin dulu, Nin, tangan dan lutut Abang sakit. Otot terasa tertarik, kayaknya mau ke tukang urut,” jawab Haikal sambil melirik istrinya yang kian hari semakin montok berisi itu.“Gimana bisa kecelakaan sih, Bang?” tanya Nindi lagi sedikit penasaran dengan ulah Dokter Budi.“Kayaknya pengemudi mobilnya lagi mabok. Abang udah di pinggir, masih aja diserempet” ujar Haikal sambil meluruskan tangannya.Nindi menggeser duduk, sedikit mendekat ke arah suaminya. Lalu menyentuh tangan kanan Haikal yang berbalut perban.“Sakit ya, Bang?” tanya Nindi makin prihatin.“Dikit aja,” jawab Haikal sambil mengusap perut Nindi lalu menciumnya. &ldqu
#Istri_GaibBab 35 : RuqyahHaikal menarik tangannya dengan wajah merah padam, keringat membanjiri sekujur tubuh. Ia terhenyak di sopa sambil mengontrol pernapasan.“Kenapa, Bang?” tanya Nindi sambil memegang pundak sang suami, ia kebingungan melihat ekspresi wajah Haikal yang terlihat seperti habis kesentrum itu.“Ah, nggak apa-apa,” jawab Haikal sambil mengelap keringat di dahinya.Sedangkan Bu Ida dan Bang Bumi hanya saling lirik sembari menyunggingkan senyum. Nindi yang tak mengerti akan semuanya, hanya melirik ketiga orang itu bergantian.“Eh, Kal, di ruang tengah aja kali ya urutnya?” tanya Bu Ida sembari beranjak dari sopa ruang tamu lalu mengajak Nindi masuk ke dalam menyiapkan tikar untuk Haikal rebahan saat diurut nanti.Nindi mengikuti sang mertua dan segera mengeluarkan tikar, lalu beranjak menuju dapur untuk membuat minuman kepada tamunya itu.Sedangkan di ruang tamu, Bang Bumi t