Home / Romansa / Istri Galaknya Om CEO / Bab 2. Jalan Pintas

Share

Bab 2. Jalan Pintas

last update Last Updated: 2023-08-22 23:10:00

"T-tolong!" teriak Ciara.

"Astaghfirullah! Ci, Cia … bangun!" seru Haidar sembari menepuk-nepuk pundaknya.

"Aaaaaa, tolong!" teriaknya lagi lalu terbangun.

"Haduh! Bisa-bisanya tidur sebentar aja udah ngelindur. Bangun-bangun gelagapan kayak habis dikejar setan," ucap Haidar.

"Astaghfirullahal'adzim, aku mimpi kita kecelakaan. Alhamdulillah cuma mimpi Ya Allah. BTW, kok Om biarkan Cia tidur beneran, sih!" omelnya.

"Orang lemes begitu ya biarin aja tidur daripada pingsan maksain melek!" Haidar tersenyum samar ke arah Ciara.

Betul juga, Ciara memang sedang lelah, badannya tidak baik-baik saja akibat hujan yang menerpa. Setelah ganti baju yang diserahkan Haidar, ia dan Haidar tidak menunda waktu untuk perjalanan pulang ke rumah gadis cantik tersebut. Haidar sengaja membiarkan Ciara tertidur di tengah perjalanan.

"Hhh! Ya takutnya manfaatin kesempatan dalam kesempitan!" bentak Ciara.

"Kamu kok jadi emosi?"

"Ya jelas! Laki-laki kalau lagi nak---"

"Suud! Laki-laki seperti Om ini kalau naksir ya dinikahin, bukan dijajanin. Mengerti?"

"Sok alim!" serunya.

"Terserah mau ngomong apa. Yang pasti … kedatangan Om itu dengan niat baik, nyari kamu untuk Om ajak nikah. Sudah siap, kan?

"Dih! Ogahlah Om! Cia gak ingin nikah muda, apalagi sama Om-Om yang baru aja ketemu!" keluhnya.

Haidar mendengkus kesal atas pernyataan Ciara. Hampir saja lupa, sebungkus sate yang Haidar beli saat Ciara tidur belum ia berikan. Ini harus cepat-cepat dimakan oleh Ciara karena ia tidak bisa telat makan.

"Makan dulu! Nih, sate ayam favorit kamu!" pinta Haidar.

"Aneh, kok tahu makanan kesukaan Cia?" Masih bingung, Ciara meggaruk jidatnya yang tak gatal.

"Tahulah. Kan Abi kamu sering cerita," jawabnya.

Haidar menghentikan mobil dulu supaya gadis itu lebih santai untuk makan. Mereka sudah hampir sampai rumahnya Ciara. Haidar terus berpikir, langkah apa yang bisa memincut hati Ciara dengan keadaan ia tidak ingin nikah muda menjadi ingin dan tertarik juga dengan pria berkepala tiga.

"Mmm, Om gak makan?" tanyanya.

"Mau makan kalau disuapin," goda Haidar.

Ciara menelan satenya lalu tertawa. "Hahaha, jangan harap!"

"Nggak juga, siapa yang mau disuapin sekarang? Om mau disuapin waktu di pelaminan. Hahaha … kalau sekarang mah, itu semua untuk kamu biar kenyang. Kasihan calon wilayah wadah anak aku kalau kesakitan," jawab Haidar dengan tawa.

Ciara membalikan badannya dan mengahadap ke jendela. Benar-benar sikapnya membuat ia ingin muntah di saat enak-enaknya makan sate. Keadaan masih tetap hujen, mau keluar mobil juga tidak bisa karena dikunci oleh Haidar.

"Cia hanya minta satu, buruan gas mobilnya untuk sampai rumah!" pintanya.

"Belum ingin mati!" Haidar sedikit menggeser duduknya.

"Aihhh! Menyebalkan sekali … huaa!" rengek Ciara.

"Kalau merasa begitu, berarti Om adalah bagian dari rindu kamu," sahut Haidar.

"Iya! Rindu untuk aku pukul-pukul! Bikin emosi aja!" Ciara menyodorkan beberapa tusuk sate yang masih utuh ke dashboard mobil.

Mata Haidar melirik tajam. Dia tidak bisa membiarkan satu porsi tersebut tidak dihabiskan oleh Ciara. Apalagi, itu belum ada setengahnya yang dimakan. Meskipun selewengan, Haidar merupakan lelaki yang perhatian, terlebih kepada perempuan.

"Harus dihabiskan dong biar makin cantik," ungkap Haidar.

"Aku bukan anak kecil yang mudah dirayu!" jawab Ciara ketus.

"Memang bukan, tapi kamu itu gadis cantik yang harus segera diratu," sahut Haidar.

"Gak ada yang mengharuskan!"

"Habiskan! Kalau belum habis, jangan harap bisa pulang! Apa nunggu disuapin?" Haidar menatap nanar wajah Ciara yang masih cemberut.

Sangat malas bagi Ciara untuk menjawab pernyataan Haidar. Ia ambil kembali satenya untuk dihabiskan. Entah kenapa, sate yang diberikan Haidar seperti membangkitkan nafsu makannya yang biasanya saat sakit dia malas makan, kini berubah menjadi semangat.

"Enak banget, Om. Beli di mana?" tanya Ciara.

"Beli di hatiku," jawab Haidar.

"Argggh! Jawab serius, soalnya ini sate mirip banget sama bikinan Ummi. Terus, tumben loh Cia bisa habis, biasanya juga kalau tubuh lagi nggak fit nggak akan habis segini," ujarnya.

"Belum sadar juga? Itu karena yang memberi satenya merupakan orang yang kamu cintai ... hahaha." Haidar tertawa lepas, membuat Ciara salfok dengan suara tawanya.

***

"Sebenarnya ... Cia mau nikah muda sama Om, asal bisa masak sate ayam seperti racikan yang pas, sama dengan racikannya Ummi," ungkap Ciara.

DEGH.

Bak disambar petir, di tengah kebingungannya memikirkan langkah untuk meluluhkan, tiba-tiba mendengar suara Ciara dari belakang, memberi jurus ampuh atas apa yang sedang ia pikirkan. Hati Haidar bergetar hebat, sampai dia gugup dan hilang wibawanya. Sudah sekitar satu minggu mereka bertemu dan baru kali ini keluar perkataan halus dari mulut Ciara karena biasanya waktu bertemu hanya pertengkaran dan ketidaksesuaian yang terjadi.

"Haa? K-kamu nggak s-salah b-bicara. Mau nikah dengan Om ka---?" tanya Haidar gugup.

"Hahahaha ...." Ciara hanya tertawa terpingkal-pingkal dengan drastisnya perubahan ekspresi Haidar dibanding hari-hari biasanya.

"Ah, sial! Wibawaku hilang gara-gara kamu yang mengagetkan! Ini fix?" tanyanya lagi.

"Iya! Memangnya bisa masak?"

"Kalau demi pernikahan kita, apa sih yang nggak? Pasti diusahakan dong," jawab Haidar.

"Ingat tapi ya … harus sesuai racikan yang pas! Kalau nggak bisa … mohon maaf, Cia belum mau nikah muda sama Om!"

"Nada bicara kamu gak usah sangar-sangar gak bisa ya? Ngegas mulu dari tadi!" seru Haidar.

"Bodo amat!" jawabnya.

"Dasar, Gadis Bayi!"

Ciara menemani Haidar membeli bahan-bahan untuk membuat sate ayam. Dari belinya saja sudah ribet, karena Ciara hanya sekedar menemani dan tutup mulut tidak mau mengarahkan Haidar. Setelah beres, mereka berdua bergegas untuk segera pulang ke tempat Ciara.

"Yah, motor Cia kok bannya bocor. Mana bengkel lagi penuh!" keluhnya.

Ia gadis yang lebih suka naik motor daripada mobil. Bukan tomboi, tapi Ciara memilih motor yang biasanya dipakai para cewek feminim. Meskipun beberapa kali diingatkan untuk membawa mobil saja karena ditakutkan cuaca yang tiba-tiba hujan, Ciara tetap kekeh dengan kenyamanannya memakai motor.

"Aiish, ya udah bareng Om aja di mobil! Taruh bengkel aja motornya!" perintah Haidar.

"Lagi-lagi bareng Om-Om tu---"

"Hah! Kamu bilang apa? Om-Om tua!" bentak Haidar.

"Hhh! Gitu aja marah, sekali lagi bentak Cia … gagal sate ayam!"

"Eh, maaf-maaf. Om gak terima aja kalau dibilang tua, orang tampan begini kok dibilang tua! Jangan digagalinlah, Om udah mulai susah payah mau belajar … entar kerasa mubadzir!" rajuk Haidar.

Dengan acuh Ciara masuk dulu ke mobil Haidar setelah menitipkan motornya di bengkel, merengek untuk segera pulang, dan tidak menggubris ucapan Haidar yang ingin mengecek mobilnya dulu karena merasa tidak baik-baik saja. Haidar juga sebenarnya tidak sabar ingin segera mencoba membuat sate ayam meskipun hasil pasti masih belum sesuai. Akan tetapi, ia yakin dengan semangat dan tekadnya, bisa menaklukkan lidah perempuan di sampingnya itu dengan sate buatannya.

"Yess, sebentar lagi fix jadi istriku! Gak sabar lihat kamu hamil anak-anakku," ungkap Haidar.

"Ihhhh, jorok banget ucapannya! Yaa kalau jadi. Ngarepnya gak usah ketinggian!" Ciara membenahi ujung jilbabnya sembari bercermin.

"Astaghfirullahal'adzim, rem blong, Ci! Awwww!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Laras_7779
Sate ayam memang lezat, aku pun suka. Berharapnya pastilah Haidar bisa memenuhi syarat
goodnovel comment avatar
Lala Lala
Jadi kangen baca Ciara Haidar lagi
goodnovel comment avatar
Hana
Ternyata cuma mimpi.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Galaknya Om CEO    Bab 119. Sayang, Aku Cinta Kamu!

    Haidar segera bangun lagi dan berharap tangis yang didengar bukanlah tangis untuk kematian sang istri dan anak. Bendera kuning yang tertancap, Haidar harap itu hanya salah penempatan. Mencoba berlari meskipun kakinya seperti tetap berhenti di tempat."Assalamu'aalikum. Mama, ini ada apa!" Haidar mengepalkan tangan, melihat semua keluarga berkumpul dengan tangis."Abiiiiiiiiii! Huaaaaaaaa!" Ketiga anak kembarnya langsung memeluk Haidar."Nak, i-ibu sama adik masih di rumah sakit sudah membaik kan? Iya kan?" tanya Haidar.Masih belum ada jawaban. Kembar tiga justru semakin menangis saat dagu mereka diraba oleh Haidar. Jika tidak ada jawaban, jawaban dari diam itu sudah bisa diartikan. Emosi Haidar membludak, ia justru bertanya dengan berteriak!"Orang sebanyak ini kenapa tidak ada yang menjawab!" Air matanya tidak mampu ditahan, ini terlalu sakit.KLING.[ "Selama

  • Istri Galaknya Om CEO    Bab 118. Sayang, Sini Kupeluk!

    Keadaan Ciara dan Kiara kritis. Tentunya tidak berada di ruang biasa. Sita segera menghubungi Haidar akan kabar tersebut. Firasat Haidar nyata, Ciara bukannya melanggar perintah Haidar,melainkan terpaksa ke luar karena mengejar putrinya. Sita: "Hai, pulang sekarang." Haidar: "Ada apa, Mam?" Sita: "(Mengirim foto rumah sakit)" Sita tak mampu mengatakan secara langsung. Raganya terasa lemah sembari memangku ketiga cucu kembarnya yang kini tengah menangis. Ia juga berpikir, pasti di sana Haidar sedang hancur dengan kabar yang akan diberitahukan. Haidar: "Mam, siapa yang sakit? Perasaan Haidar dari kemarin gak enak. Siapa Mam?" Sita: "Yang penting kamu pulang, Nak." Haidar: "Siap pulang, Haidar segera urus, tapi siapa yang sakit? Anak-anak sama Ciara baik-baik saja?" Sita: "Ciara sama Adik Kia." Haidar: "Ya Allah, sakit barengan?" Sita: "Kecelakaan di depan rumah." Haidar: "Innalillaah, kenapa mereka ke luar? Mama kenapa juga membiarkan? Sudah Haidar bilang loh, jangan ke luar!

  • Istri Galaknya Om CEO    Bab 117. Sayang, Kamu Hebat!

    "Hmmm, nggaklah menurut Ocyang, dia ya dia, Toya ya Toya. Saudara jauh juga, gak terlalu kelihatan deket mereka," kata Haidar. "Kita nggak tahu secara onlinennya!" sahut Ciara. "Sayang ...." Haidar hanya menatap istrinya dengan lama kemudian memberinya pelukan. Sempat berdebat juga antara ada ulah campur tangan Toya. Pikiran Ciara memang suka begitu, tetapi cepat juga kembali ke mode awal. Bodoamat pun menjadi jurus, mereka diamkan sosmednya dulu, baru besok pagi dilihat. *** Haidar: "Sayangku." Ciara: "Iya Sayang." Haidar: "Perasaan Ocyang gak enak. Jangan keluar rumah." Ciara: "Terus? Anak-anak sekolahnya gimana?" Haidar: "Izin aja." Ciara: "Ada apa sebenarnya? Ocyang dapet kabar?" Haidar: "Iya, Sayang." Ciara: "Izin alasannya apa coba?" Haidar: "Biar Ocyang yang izinin. Kamu gak usah mikir itu." Ciara: "Emang ada apa? Ngomong yang jelas dong!" Haidar: "Ada yang berulah karena salah paham." Ciara: "Hah?" Haidar: "Hati-hati lagi dengan Toya dan Galaxy. Galaxy tidak ik

  • Istri Galaknya Om CEO    Bab 116. Sayang, Kamu Cerdas!

    Haidar: "Ibu Cia ...." Ciara: "Tau ah. Nggak chat nggak langsung, bikin kesel terus." Haiadar: "Tau gitu kenapa dirindukan?" Ciara: "Ini nih bodohnya cinta." Haidar: "Kangen, asli pengen ucel-ucel kamu!" Ciara: "Parah sekali OM-OM ini! Apaucel-ucel?" Haidar: "Aisshh pura-pura gak paham." Ciara: "Ucel-ucel itu kan bahasa meremas-remas untuk baju." Haidar: "Kamu dikasih kata yang terfilter dikit gak paham, giliran meremas-remas pasti langsung paham." Ciara: "Hahaha, ciri-ciri istrimu ini cerdas." Haidar: "Kok malah cerdas?" Ciara: "Iya dong, denger kata meremas-remas pasti Ocyang di sana langsung----" Haidar: "Wanitaku, hahaha ... cerdasnya gak ketulungan. Video Call yok!" Ciara: "Haaahh? Pasti mau liat itunya aku." Haidar: "Pikiran kamu .... huuuhhhhh, ya liat wajah kamulah, di sini Ocyang lagi kumpul dengan Segara dan yang lain." Ciara: "Eh, wkwkwk." Tidak lupa Ciara bercerita tentang kejadian-kejadian bersama kembar tiga dan juga Kiara hari ini. Seperti bikin konten a

  • Istri Galaknya Om CEO    Bab 115. Sayang, Kamu Cantik!

    Ketenangan jiwa dan raga itu sebenarnya terdapat di mana, bisa diperoleh dari mana dan kapan saja hal tersebut bisa singgah dengan sungguh? Jawabannya, setiap detik itu adalah kesempatan untuk meraih pernyataan tersebut. Ciara belum jadi menghidupkan mobilnya dan melihat ke belakang tentang berita penumpahan ice cream. Jika dia sekarang tidak tenang, mendengar pernyataan dari Mas Uja tadi akan langsung marah seperti waktu di rumah kala itu. "Tumpah?" "Iya, kena celana Mas Uja! Adik kok nggak flend, sih!" celetuk Mas Uja. "Maaf, Adik no cengaja, Ibu." Kiara memeluk Mas Uja, tetapi justru Mas Uja menghindari. "Huaaaaaa!" Kiara menangis karena dicuekin Mas Uja. "Mas Uja, nggak boleh gitu dong sama Adik. Adik kan nggak sengaja. Peluk Adiknya dan Adik juga hati-hati kalau makan nggak boleh sambil loncat-loncat. Mas Uja ganti celana dulu itu di belakang Mas, Ibu mau beliin ice cream lagi." Ciara mencium dulu ke keempat anaknya. Mumpung masih di tempat ice cream, Ciara membelikan kembal

  • Istri Galaknya Om CEO    Bab 114. Pernikahan Bukan Jalan Pudar

    Manja itu suatu sifat yang misterinya melekatkan antara yang satu dengan yang lain. Orang kalau terlalu mandiri juga tidak baik karena dengan terlalu mandiri, dia tidak punya akses antara keduanya yang lebih menonjol dan terkesan seperti orang lain itu tidak terangkat. Namun, kalau terlalu manja bisa juga menimbulkan sebuah pertengkaran hebat karena adanya hal tidak sesuai antara diri yang satu dengan yang lain. Musalkan, yang ini ingin melangkah ke A, tetapi dipaksa untuk lebih dahulu ke B demi menuruti keinginannya si A."Isbay nggak pernah bosan," jawab Ciara."Nah, itu sudah terjawab. Gak ada rasa bosan untuk kamu, Cantik.Pernikahan bukan jalan bubar, termasuk kesehatan kamu.” Haidar mengecup kening istrinya sejenak."Uwaahh, bangga rasanya punya njenenengan. Makasih udah perhatian dengan banyak hal. Apapun seperti istimewa karena bersamamu," ungkap Ciara."Iya, karena membahagiakanmu, membuatmu ny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status