Share

Bab 3. Admiral Sombong Itu Suamiku

Blue Handerson mungkin hanyalah ajudan Shawn Miller tapi ia juga tak tega melihat ada seorang wanita yang disimpan atasannya itu di rumahnya tanpa dikunjungi sama sekali.

Berbekal beberapa kue buatan kekasihnya Emma Webster, Blue datang ke mansion Shawn yang sedang memimpin misi untuk mengamankan rudal yang hilang itu. Sudah satu minggu lebih, Shawn tak pulang ke rumahnya.  Ia sibuk di kapal induk dan memimpin skuadron tempur untuk latihan dan misi rahasianya.

Tanpa ijin dan sepengetahuan atasannya, Blue datang dengan sebuah tentengan untuk Kiran Kanishka, sebagai tanda perkenalan. Wanita itu akan diceraikan Shawn dalam beberapa hari ke depan. Tak ada salahnya menyapa selain ia juga penasaran seperti apa wajah sang wanita jaminan.

“Selamat pagi Bibi Shimla, aku membawakan kue untuk Nyonya Kiran dari kekasihku. Sebagai hadiah,” ujar Blue dengan ramah memberikan bungkusan kue kering buatan rumah pada Shimla Sharma.

“Wah ini pasti sangat enak.” Blue tersenyum saja pada pujian pelayan itu.

“Oh iya, Nyonya Kiran baru saja pulang, dia sedang berganti pakaian. Sebentar akan aku panggilkan,” sambung Shimla lagi dan Blue hanya menganguk saja. Wanita paruh baya dengan pakaian panjang yang sopan itu lalu meletakkan bag yang diberikan Blue di konter dapur sebelum berjalan ke kamar Kiran untuk memanggilnya.

Kiran lalu keluar dari kamar setelah diberitahu jika Blue Handerson, ajunda Admiral Shawn Miller datang berkunjung.

“Tuan Handerson?” sapa Kiran dan Blue pun berbalik. Matanya langsung sedikit membesar tapi ia dengan cepat tersenyum sedikit aneh.

“Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.” Blue masih sedikit tertegun dan mengangguk.

“Uhm, maaf aku baru datang dan memperkenalkan diri. Admiral Miller sedang memiliki misi jadi tidak bisa pulang.” Kiran tersenyum dan mengangguk.

‘Oh tidak! Apa yang dikatakan Admiral jika dia melihat wanita ini? apa yang harus aku lakukan?’ Blue sibuk bertanya dalam hatinya dan bersikap sedikit gugup.

“Tuan Handerson membawakan beberapa kue kering untuk Nyonya,” ujar Shimla memperlihatkan paper bag yang diberikan Blue sebelumnya pada Kiran. Kiran langsung tersenyum dan menyengir bahagia.

“Oh, ini pasti enak sekali. Kenapa harus repot-repot Tuan Handerson!” balas Kiran memberi tanggapannya.

“Hahaha, ini bukan apa-apa. Itu ─ uhm, sebenarnya Admiral Miller yang memintaku untuk membawakanmu sesuatu tapi aku tidak tau harus memberikan apa, jadi aku meminta kekasihku untuk membuat beberapa kue kering,” jawab Blue asal berbohong.

“Maaf Nyonya harusnya aku tidak membawakanmu makanan seperti ini!” Blue langsung tak enak dan mengutuk dalam hatinya. Bagaimana dia bisa berpikir malah memberikan kue kering pada wanita secantik Kiran? Harusnya dia memberi perhiasan atau semacamnya? Hah, dasar bodoh!

“Tidak-tidak. Aku sangat suka mengemik. Terima kasih sudah memberikanku makanan seperti ini, aku sangat suka.” Blue sedikit tertegun mendengar ketulusan dari nada bicara Kiran yang lembut dan tulus.

“Uhm, sampaikan pada Admiral Miller jika aku berterima kasih atas perhatiannya padaku. Terima kasih,” tambah Kiran lagi dan merona.

‘Wah, dia sangat-sangat cantik! Admiral Miller benar-benar beruntung!’ batin Blue tanpa sadar. Ia tersenyum dan mengangguk tak lama kemudian.

“Kalau begitu, aku harus kembali. Selamat menikmati kue-nya, Nyonya.” Kiran mengangguk pada Blue yang mengucapkan pamit dengan sopan dan berjalan keluar dari mansion Shawn Miller.

Di dalam, Kiran begitu bahagia mendapatkan hadiah pertama dari pria yang menjadi suaminya. Meskipun ia tak pernah bertemu, tapi Kiran sudah melihat foto Shawn.

Beberapa hari yang lalu ketika ia sedang membersihkan ruang kerja Shawn, sebuah foto Shawn terletak di sana. Di dalam rumah itu mungkin itu adalah satu-satunya gambar Shawn yang terlihat.

Foto seorang pria dalam balutan seragam Laksamana berwarna putih lengkap dengan topi dan pangkat jenderal berbintang yang melekat padanya.

Kiran mengambil foto dari frame berukuran sedang yang diletakkan disalah satu lemari lalu membersihkannya dari debu halus yang menempel.

“Jadi ini adalah Admiral Miller,” gumam Kiran dengan suara lembutnya.

“Hai, namaku Kiran Kanishka, senang berkenalan denganmu Admiral,” sambungnya lagi masih dengan suara kecil dan begitu lembut. Kiran meletakkan kembali frame foto itu dan tersenyum pada wajah dingin Shawn yang tak tersenyum di sana.

“Dia ternyata pria yang tampan, hehehe!” Kiran terkikik kecil dan malu-malu lalu melanjutkan lagi membersihkan ruangan tersebut. Kiran mungkin tak akan pernah menyangka jika dalam waktu satu minggu lagi, ia akan diceraikan Shawn yang tak pernah dilihatnya langsung.

Keesokan harinya, Kiran Kanishka dipanggil ke ruangan atasannya setelah ia menyelesaikan beberapa berkas perkara yang harus dibelanya minggu depan. Ia pun berjalan masuk dan mengetuk pintu dengan sopan meminta ijin masuk.

“Masuklah Kiran, aku perlu bicara denganmu!” ujar atasannya yang juga seorang Jaksa. Kiran masuk dan duduk dengan sopan di depan atasannya yang bernama Thomas Davidson itu sedang membuka-buka beberapa berkas sebelum menatap Kiran yang sudah duduk di depannya.

“Ada kasus untukmu, tapi ini permintaan Mahkamah Militer,” ujar Thomas memberi awal pada pembicaraannya. Kiran sedikit mengernyitkan keningnya.

“Tapi kita bukan pengacara untuk kasus seperti itu,” sanggah Kiran dengan lembut. Thomas mengangguk mengerti.

“Admiral Muda Jefferson sebagai hakim yang memintanya khusus padaku untuk mengirimkan seorang jaksa atas kasus ini. Ini kasus kedua karena yang pertama perwira militer ini sudah diberikan peringatan,” jawab Thomas sebelum kemudian menyodorkan dokumen perkara yang harus diselesaikan oleh Kiran.

Kiran mengambil dokumen tersebut dan belum membukanya. Ia masih menunggu beberapa hal yang harus didengarkan sebelum memepelajari kasusnya.

“Hakim ketua meminta aku untuk memilih Jaksa yang bisa membuat Admiral itu buka mulut dan memberikan keterangan yang tepat.” Kiran mengangguk lagi.

“Jadi aku mengusulkan namamu dan Robert tapi aku minta kamu yang menjadi penuntut utama, kamu bisa kan?” tanya Thomas lagi mengunci Kiran yang tak punya alasan selain hanya mengangguk.

“Bagus, kasus minggu depan serahkan saja pada jaksa lain saja. Aku ingin kamu berkonsentrasi untuk menyelesaikan kasus ini. Admiral itu harus mendapatkan sanksi setidaknya sanksi disiplin atau kurungan itu lebih baik!” tunjuk Thomas lagi memerintahkan Kiran. Kiran tak mengiyakan dan hanya tersenyum tipis saja.

“Jika tidak ada lagi aku ingin kembali ke ruanganku, Pak,” jawab Kiran kemudian. Thomas mengangguk saja tanpa memperhatikan Kiran lagi. Kiran akhirnya keluar dengan sebuah berkas di tangannya. Ia kembali ke kantornya dan membereskan berkas perkara yang akan diberikan pada jaksa muda yang ditugaskan Thomas untuk menyelesaikan perkara itu.

“Maaf ya, aku jadi merepotkanmu,” ujar Kiran lembut pada Jaksa muda pria yang tersenyum manis padanya.

“Tidak apa-apa, Kiran. Aku akan mengerjakan kasusmu. Kamu tenang saja.” Kiran cuma tersenyum manis dan berbalik kembali ke mejanya. Ia duduk dengan tenang di kursinya dan mulai membuka dokumen tersebut.

Keningnya jadi makin mengernyit saat ternyata tahu jika perwira tinggi yang dimaksud adalah suaminya sendiri, Admiral Shawn Miller.

“Ternyata dia?” gumam Kiran pada dirinya sendiri. Bahu Kiran sedikit turun karena kecewa. Ia memang tak mengenal Shawn sama sekali dan kasus yang ia dapatkan justru karena pelanggaran kode etik dan disiplin yang dilakukan oleh suaminya sendiri.

“Aduh, aku harus bagaimana?” tanya Kiran lagi makin kecewa pada keadaannya. Tapi Kiran tak boleh bersikap subjektif, dia adalah seorang Jaksa. Terlebih dia tak mengenal Shawn, siapa tahu dia bersalah atau tidak jika tidak dibuktikan dalam sebuah pengadilan yang adil.

“Kamu sudah mendapatkan berkasnya?” tanya Robert Grisham pada partner kerjanya kali ini, Kiran Kanishka. Kiran sedikit mendongakkan kepalanya dan tersenyum mengangguk.

“Iya, aku sedang membacanya.” Robert lantas mengambil sebuah kursi lalu duduk di depan meja Kiran seolah siap untuk bergosip.

“Aku sudah baca profil Admiral itu. Dia pria angkuh yang menganggap dirinya hebat. Jika kita bisa menjebloskannya ke penjara militer maka dia pasti tak kan bisa naik pangkat!” ujar Robert mulai memprovokasi Kiran.

“Tapi kita belum mendapatkan bukti jika dia bersalah atau bukan,” sanggah Kiran dengan suara lembutnya.

“Saksi dan bukti sudah jelas. Dia memang memukul perwira lainnya untuk mendapatkan keterangan yang ia mau. Hasil visum juga sudah dikonfirmasi dan benar!” Kiran memilih diam dan membaca lagi berkas milik Shawn Miller.

“Kita surati saja dulu seperti prosedurnya jika dia tidak datang baru dia akan mengikuti sidang,” jawab Kiran kemudian. Ia tak mau lama-lama mengikuti pembicaraan tentang Shawn. Kiran tak suka bergosip dan tak suka memperpanjang pembicaraan yang tak jelas.

“Surat sudah diberikan belum ada jawaban sampai sekarang. Aku sudah bilang dia cuma pria angkuh yang jahat!” tambah Robert lagi dan Kiran cuma diam saja. Benarkah begitu? Bukankah kemarin ia sudah mengirimkan kue-kue lucu itu sebagai hadiah bagi Kiran? Apa benar dia pria yang jahat?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status