Blue Handerson mungkin hanyalah ajudan Shawn Miller tapi ia juga tak tega melihat ada seorang wanita yang disimpan atasannya itu di rumahnya tanpa dikunjungi sama sekali.
Berbekal beberapa kue buatan kekasihnya Emma Webster, Blue datang ke mansion Shawn yang sedang memimpin misi untuk mengamankan rudal yang hilang itu. Sudah satu minggu lebih, Shawn tak pulang ke rumahnya. Ia sibuk di kapal induk dan memimpin skuadron tempur untuk latihan dan misi rahasianya.
Tanpa ijin dan sepengetahuan atasannya, Blue datang dengan sebuah tentengan untuk Kiran Kanishka, sebagai tanda perkenalan. Wanita itu akan diceraikan Shawn dalam beberapa hari ke depan. Tak ada salahnya menyapa selain ia juga penasaran seperti apa wajah sang wanita jaminan.
“Selamat pagi Bibi Shimla, aku membawakan kue untuk Nyonya Kiran dari kekasihku. Sebagai hadiah,” ujar Blue dengan ramah memberikan bungkusan kue kering buatan rumah pada Shimla Sharma.
“Wah ini pasti sangat enak.” Blue tersenyum saja pada pujian pelayan itu.
“Oh iya, Nyonya Kiran baru saja pulang, dia sedang berganti pakaian. Sebentar akan aku panggilkan,” sambung Shimla lagi dan Blue hanya menganguk saja. Wanita paruh baya dengan pakaian panjang yang sopan itu lalu meletakkan bag yang diberikan Blue di konter dapur sebelum berjalan ke kamar Kiran untuk memanggilnya.
Kiran lalu keluar dari kamar setelah diberitahu jika Blue Handerson, ajunda Admiral Shawn Miller datang berkunjung.
“Tuan Handerson?” sapa Kiran dan Blue pun berbalik. Matanya langsung sedikit membesar tapi ia dengan cepat tersenyum sedikit aneh.
“Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.” Blue masih sedikit tertegun dan mengangguk.
“Uhm, maaf aku baru datang dan memperkenalkan diri. Admiral Miller sedang memiliki misi jadi tidak bisa pulang.” Kiran tersenyum dan mengangguk.
‘Oh tidak! Apa yang dikatakan Admiral jika dia melihat wanita ini? apa yang harus aku lakukan?’ Blue sibuk bertanya dalam hatinya dan bersikap sedikit gugup.
“Tuan Handerson membawakan beberapa kue kering untuk Nyonya,” ujar Shimla memperlihatkan paper bag yang diberikan Blue sebelumnya pada Kiran. Kiran langsung tersenyum dan menyengir bahagia.
“Oh, ini pasti enak sekali. Kenapa harus repot-repot Tuan Handerson!” balas Kiran memberi tanggapannya.
“Hahaha, ini bukan apa-apa. Itu ─ uhm, sebenarnya Admiral Miller yang memintaku untuk membawakanmu sesuatu tapi aku tidak tau harus memberikan apa, jadi aku meminta kekasihku untuk membuat beberapa kue kering,” jawab Blue asal berbohong.
“Maaf Nyonya harusnya aku tidak membawakanmu makanan seperti ini!” Blue langsung tak enak dan mengutuk dalam hatinya. Bagaimana dia bisa berpikir malah memberikan kue kering pada wanita secantik Kiran? Harusnya dia memberi perhiasan atau semacamnya? Hah, dasar bodoh!
“Tidak-tidak. Aku sangat suka mengemik. Terima kasih sudah memberikanku makanan seperti ini, aku sangat suka.” Blue sedikit tertegun mendengar ketulusan dari nada bicara Kiran yang lembut dan tulus.
“Uhm, sampaikan pada Admiral Miller jika aku berterima kasih atas perhatiannya padaku. Terima kasih,” tambah Kiran lagi dan merona.
‘Wah, dia sangat-sangat cantik! Admiral Miller benar-benar beruntung!’ batin Blue tanpa sadar. Ia tersenyum dan mengangguk tak lama kemudian.
“Kalau begitu, aku harus kembali. Selamat menikmati kue-nya, Nyonya.” Kiran mengangguk pada Blue yang mengucapkan pamit dengan sopan dan berjalan keluar dari mansion Shawn Miller.
Di dalam, Kiran begitu bahagia mendapatkan hadiah pertama dari pria yang menjadi suaminya. Meskipun ia tak pernah bertemu, tapi Kiran sudah melihat foto Shawn.
Beberapa hari yang lalu ketika ia sedang membersihkan ruang kerja Shawn, sebuah foto Shawn terletak di sana. Di dalam rumah itu mungkin itu adalah satu-satunya gambar Shawn yang terlihat.
Foto seorang pria dalam balutan seragam Laksamana berwarna putih lengkap dengan topi dan pangkat jenderal berbintang yang melekat padanya.
Kiran mengambil foto dari frame berukuran sedang yang diletakkan disalah satu lemari lalu membersihkannya dari debu halus yang menempel.
“Jadi ini adalah Admiral Miller,” gumam Kiran dengan suara lembutnya.
“Hai, namaku Kiran Kanishka, senang berkenalan denganmu Admiral,” sambungnya lagi masih dengan suara kecil dan begitu lembut. Kiran meletakkan kembali frame foto itu dan tersenyum pada wajah dingin Shawn yang tak tersenyum di sana.
“Dia ternyata pria yang tampan, hehehe!” Kiran terkikik kecil dan malu-malu lalu melanjutkan lagi membersihkan ruangan tersebut. Kiran mungkin tak akan pernah menyangka jika dalam waktu satu minggu lagi, ia akan diceraikan Shawn yang tak pernah dilihatnya langsung.
Keesokan harinya, Kiran Kanishka dipanggil ke ruangan atasannya setelah ia menyelesaikan beberapa berkas perkara yang harus dibelanya minggu depan. Ia pun berjalan masuk dan mengetuk pintu dengan sopan meminta ijin masuk.
“Masuklah Kiran, aku perlu bicara denganmu!” ujar atasannya yang juga seorang Jaksa. Kiran masuk dan duduk dengan sopan di depan atasannya yang bernama Thomas Davidson itu sedang membuka-buka beberapa berkas sebelum menatap Kiran yang sudah duduk di depannya.
“Ada kasus untukmu, tapi ini permintaan Mahkamah Militer,” ujar Thomas memberi awal pada pembicaraannya. Kiran sedikit mengernyitkan keningnya.
“Tapi kita bukan pengacara untuk kasus seperti itu,” sanggah Kiran dengan lembut. Thomas mengangguk mengerti.
“Admiral Muda Jefferson sebagai hakim yang memintanya khusus padaku untuk mengirimkan seorang jaksa atas kasus ini. Ini kasus kedua karena yang pertama perwira militer ini sudah diberikan peringatan,” jawab Thomas sebelum kemudian menyodorkan dokumen perkara yang harus diselesaikan oleh Kiran.
Kiran mengambil dokumen tersebut dan belum membukanya. Ia masih menunggu beberapa hal yang harus didengarkan sebelum memepelajari kasusnya.
“Hakim ketua meminta aku untuk memilih Jaksa yang bisa membuat Admiral itu buka mulut dan memberikan keterangan yang tepat.” Kiran mengangguk lagi.
“Jadi aku mengusulkan namamu dan Robert tapi aku minta kamu yang menjadi penuntut utama, kamu bisa kan?” tanya Thomas lagi mengunci Kiran yang tak punya alasan selain hanya mengangguk.
“Bagus, kasus minggu depan serahkan saja pada jaksa lain saja. Aku ingin kamu berkonsentrasi untuk menyelesaikan kasus ini. Admiral itu harus mendapatkan sanksi setidaknya sanksi disiplin atau kurungan itu lebih baik!” tunjuk Thomas lagi memerintahkan Kiran. Kiran tak mengiyakan dan hanya tersenyum tipis saja.
“Jika tidak ada lagi aku ingin kembali ke ruanganku, Pak,” jawab Kiran kemudian. Thomas mengangguk saja tanpa memperhatikan Kiran lagi. Kiran akhirnya keluar dengan sebuah berkas di tangannya. Ia kembali ke kantornya dan membereskan berkas perkara yang akan diberikan pada jaksa muda yang ditugaskan Thomas untuk menyelesaikan perkara itu.
“Maaf ya, aku jadi merepotkanmu,” ujar Kiran lembut pada Jaksa muda pria yang tersenyum manis padanya.
“Tidak apa-apa, Kiran. Aku akan mengerjakan kasusmu. Kamu tenang saja.” Kiran cuma tersenyum manis dan berbalik kembali ke mejanya. Ia duduk dengan tenang di kursinya dan mulai membuka dokumen tersebut.
Keningnya jadi makin mengernyit saat ternyata tahu jika perwira tinggi yang dimaksud adalah suaminya sendiri, Admiral Shawn Miller.
“Ternyata dia?” gumam Kiran pada dirinya sendiri. Bahu Kiran sedikit turun karena kecewa. Ia memang tak mengenal Shawn sama sekali dan kasus yang ia dapatkan justru karena pelanggaran kode etik dan disiplin yang dilakukan oleh suaminya sendiri.
“Aduh, aku harus bagaimana?” tanya Kiran lagi makin kecewa pada keadaannya. Tapi Kiran tak boleh bersikap subjektif, dia adalah seorang Jaksa. Terlebih dia tak mengenal Shawn, siapa tahu dia bersalah atau tidak jika tidak dibuktikan dalam sebuah pengadilan yang adil.
“Kamu sudah mendapatkan berkasnya?” tanya Robert Grisham pada partner kerjanya kali ini, Kiran Kanishka. Kiran sedikit mendongakkan kepalanya dan tersenyum mengangguk.
“Iya, aku sedang membacanya.” Robert lantas mengambil sebuah kursi lalu duduk di depan meja Kiran seolah siap untuk bergosip.
“Aku sudah baca profil Admiral itu. Dia pria angkuh yang menganggap dirinya hebat. Jika kita bisa menjebloskannya ke penjara militer maka dia pasti tak kan bisa naik pangkat!” ujar Robert mulai memprovokasi Kiran.
“Tapi kita belum mendapatkan bukti jika dia bersalah atau bukan,” sanggah Kiran dengan suara lembutnya.
“Saksi dan bukti sudah jelas. Dia memang memukul perwira lainnya untuk mendapatkan keterangan yang ia mau. Hasil visum juga sudah dikonfirmasi dan benar!” Kiran memilih diam dan membaca lagi berkas milik Shawn Miller.
“Kita surati saja dulu seperti prosedurnya jika dia tidak datang baru dia akan mengikuti sidang,” jawab Kiran kemudian. Ia tak mau lama-lama mengikuti pembicaraan tentang Shawn. Kiran tak suka bergosip dan tak suka memperpanjang pembicaraan yang tak jelas.
“Surat sudah diberikan belum ada jawaban sampai sekarang. Aku sudah bilang dia cuma pria angkuh yang jahat!” tambah Robert lagi dan Kiran cuma diam saja. Benarkah begitu? Bukankah kemarin ia sudah mengirimkan kue-kue lucu itu sebagai hadiah bagi Kiran? Apa benar dia pria yang jahat?
Dua hari sebelum perjanjian usai, ajudan Shawn yaitu Blue berjalan dengan cepat masuk ke dalam ruangan Shawn untuk melapor. Shawn langsung mengangkat matanya dan hendak bertanya namun berita yang dibawa oleh Blue lebih mengejutkan.“Daftar itu palsu!” ujarnya singkat dengan wajah menggeram.“Apa!”“Daftar yang diberikan oleh Menteri Baker padamu adalah palsu, Admiral!” lanjut Blue dengan nada tegas yang sama. Shawn langsung berdiri dan membesarkan matanya.“Aku sudah memeriksa daftarnya dan dia memberikan kita daftar yang palsu. Tim ahli sudah memeriksanya. Dan kita membuat daftar palsu pada daftar palsu!” sambung Blue lagi.BAM- tangan Shawn dengan cepat meninju meja kerjanya dengan wajah menggeram kesal.“Dia menipuku, dasar brengsek!” umpat Shawn dengan napas sedikit tersengal marah.“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Blue kemudian. Shawn masih bernapas sedikit lebih cepat dan tampak berpikir.“Lalu kenapa Kanishka diam saja? Dia tidak memberiku kabar apa pun sama sekali
“Admiral, aku sudah memeriksa daftar itu dan semuanya asli. Sekarang, aku meminta putriku kembali!” ujar Yousef tanpa memulai sedikit basa basi dengan Shawn kala menghubunginya.Shawn mendengus sambil menyandarkan punggung dan kepalanya ke sandaran kursi penumpang sambil menyengir sinis.“Kamu pikir aku bodoh, Kanishka? Apa kamu pikir aku akan jatuh pada perangkapmu?” jawab Shawn dengan nada rendah dan dalam. Suara husky dan sedikit serak milik Shawn seakan membungkam Yousef yang sedikit terdiam.“Kenapa diam? Jika daftar di tanganku ini palsu, aku akan membunuhmudengan tanganku sendiri!” geram Shawn dengan suara makin rendah.“Hahahaha!” Yousef tertawa mengejek Shawn dan itu membuat Shawn jadi makin menggeram kesal.“Admiral, aku salut dengan kepintaran ajudanmu mencari tahu soal aku. Katakan padaku, jika Mahkamah Militer mengetahui apa yang kamu lakukan selama ini, apa mereka akan melepaskanmu?” Yousef balik bertanya dengan nada mengejek. Shawn makin menggeram karena kartu truf-nya
Dua Hari Sebelumnya,Hongkong sebenarnya juga terkenal dengan surganya hiburan malam dan para penghiburnya. Tapi Shawn tak pernah sembarangan memakai wanita untuk menjadi teman tidurnya.Ia tahu resikonya menjalani seks bebas. Jadi, ia tak mau ambil resiko dengan tidur dengan sembarangan wanita. Sudah dua malam Shawn berada di Hongkong dan ia berusaha tak kelepasan untuk memesan wanita. Maka agar bisa mengalihkan pikirannya, ia berlatih menembak dan fisik di pangkalan militer US di Hongkong.Shawn tak bisa pulang sebelum mendapatkan daftar rahasia itu dari Jayden Lin, pemimpin gengster Golden Dragon yang ia ajak bekerja sama. Dan ia baru mendapatkan kabar saat tengah berlatih menembak. Blue datang dengan sebuah ponsel dan menyampaikan pesan yang diberikan oleh Jayden Lin padanya."Aku sudah mendapatkan Lupen, kapan kita bertemu?" tanya Jayden tanpa mengucapkan salam apapun sama sekali."Sekarang, aku harus dapat daftar itu sekarang
"Aku tidak punya obat bius, Dubrey. Aku sudah menghabiskannya untukmu tadi!" sahut Shawn masih dengan nada datar yang sama. Sementara Josh sibuk menahan rasa sakit dan darah yang sudah mengalir deras. "Aku tidak tau..." "Aku tau kamu orang Kanishka. Katakan padaku di mana rudalnya atau aku benar-benar akan mematahkan tulangmu sekarang!" ancam Shawn dengan nada rendah dan menakutkan. Josh mencoba bernapas diantara rasa syok yang menghampiri tubuhnya. "Delaware... sungai croocks...!" Josh menangis kesakitan sementara Shawn lalu menoleh pada Blue yang mengangguk mengerti. Ia segera menghubungi seorang perwira yang ditugaskan Shawn untuk membawa kembali rudal tersebut. Sepuluh prajurit angkatan laut kemudian bersiap naik ke dalam salah satu helikopter dan berangkat ke tepi sungai yang dimaksud. Shawn menunggu beberapa saat sampai ada laporan bahwa rudak tersebut di temukan. Sementara tangan Josh diletakkan dalam kubangan es untuk meredakan sakitnya. Tapi
"Kalau begitu kita ke dalam saja!" ujar Shawn mengajak Jayden untuk masuk ke dalam klub sambil menikmati pemandangan pesta 24 jam tanpa jeda. Shawn tersenyum pada beberapa gadis seksi yang menyapanya. Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu sudut konter bar sebelum menemui Fernando."Aku masih penasaran apa masalahmu dengan Kanishka? Kenapa sepertinya kamu sangat bernafsu membunuhnya?" tanya Jayden iseng sembari menunggu dengan minumannya."Dia mertuaku, Jay!" Jayden hampir tersedak jika saja ia tak ingat bahwa minuman ringan itu hampir masuk tenggorokannya."Apa!!" Shawn yang meminum Scotch hanya bisa mendengus tersenyum sinis sekaligus miris."Jadi putrinya Kanishka bersama mu sekarang?" tanya Jayden. Shawn mengangguk."Dia membuat kontrak denganku akan menyerahkan daftar itu dengan menjaminkan putrinya. Sekarang dia ada di rumahku di Boston," jawab Shawn sambil minum dengan santai."Gila... aku kira jaminan hanya uang atau ba
Jayden melemparkan Lopez tepat ke kaki Shawn Miller. Shawn memakai jaket palka besar dengan hoody yang menutupi kepala, ia tak boleh terlihat. Ia menyeringai jahat lalu menarik kerah jaket Lopez dan membawanya ke sebuah meja.Beberapa anak buah Jayden lantas memegang Lopez yang dipaksa terlentang di atas meja tersebut."Aah, lepaskan aku!" pekik Lopez terengah dengan suara yang hampir hilang. Jayden mendekat dan tertawa."Kau sudah membuatku capek Fernando Lopez. Aku rasa aku tidak akan melepaskanmu... aakhcuih!" ujar Jayden lalu meludah pada tubuh Lopez. Ia berjalan ke arah sofa dan menonton apa yang akan dilakukan oleh Shawn."Berbohong denganku... memiliki resiko yang sangat besar. Fernando Lopez." Shawn menyeringai jahat dan terlihat sangat menakutkan. Lopez menggelengkan kepalanya dengan cepat."Katakan dimana daftar nya?" tanya Shawn sambil mendekat. Lopez tetap menggeleng tidak tau."Masih tidak mau bicara?" Shawn lantas mendekatkan s
NEW YORKHan membantu Shawn dan ajudannya, Blue Handerson untuk masuk ke apartemen yang sedang dimasuki oleh Jayden. Jayden tengah mengencani Mary Kagawa, adik kandung Hiroki Kagawa yang diberikan daftar rahasia oleh Fernando Lopez. Ia berhasil mengelabui Mary dan membawanya masuk kamar sementara Shawn dan Blue mengobrak abrik isi kamar."Oh Jayden..." desah Mary terdengar saat Jayden tak berhenti menciuminya. Layaknya Kasanova yang berpengalaman, Jayden pintar memainkan perannya. Ia melayani hasrat Mary yang sudah meledak ingin berhubungan intim dengan Jayden.Shawn sempat lewat melirik Jayden dari lorong apartemen itu ketika akan ke salah satu kamar tempat daftar itu berada. Sambil menikmati ciuman Mary di rahangnya, ia mengangkat wajahnya pada Shawn yang menyengir nakal di dekat pintu kamar yang terbuka. Jayden hanya mengedipkan mata lalu tersenyum dan mulai berhubungan dengan Mary.Blue sudah masuk terlebih dahulu dan langsung membongkar sebuah lemari
Shawn Miller benar-benar kesal hari ini. Alih-alih ingin menyelesaikan perkaranya dengan Yousef Kanishka mengenai bagian daftar rahasia yang hilang, ia harus berurusan dengan pengadilan militer sekarang.Jadi dia datang masih berseragam lengkap langsung dari pangkalan militer. Blue terus mencoba merahasiakan pengadilan itu dari penciuman wartawan dan kantor berita. Nama Shawn Miller sangat dikagumi publik belakangan. Reputasinya bisa terganggu gara-gara berita kekerasan tersebut.“Aku tak mau ada siapa pun yang tahu akan hal ini, Blue!” tegas Shawn sebelum dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang akan digunakan untuk meminta keterangan langsung dari Shawn. Blue hanya bisa mengangguk dan terus mendampingi Shawn untuk memberikan kesaksiannya.Mata Blue lalu membesar saat melihat Kiran Kanishka ternyata duduk di deretan kursi Jaksa Penuntut Umum. Sementara Shawn tak melihatnya sama sekali.Shawn lalu dipanggil ke depan dan duduk sederetan den