Dua hari sebelum perjanjian usai, ajudan Shawn yaitu Blue berjalan dengan cepat masuk ke dalam ruangan Shawn untuk melapor. Shawn langsung mengangkat matanya dan hendak bertanya namun berita yang dibawa oleh Blue lebih mengejutkan.
“Daftar itu palsu!” ujarnya singkat dengan wajah menggeram.
“Apa!”
“Daftar yang diberikan oleh Menteri Baker padamu adalah palsu, Admiral!” lanjut Blue dengan nada tegas yang sama. Shawn langsung berdiri dan membesarkan matanya.
“Aku sudah memeriksa daftarnya dan dia memberikan kita daftar yang palsu. Tim ahli sudah memeriksanya. Dan kita membuat daftar palsu pada daftar palsu!” sambung Blue lagi.
BAM- tangan Shawn dengan cepat meninju meja kerjanya dengan wajah menggeram kesal.
“Dia menipuku, dasar brengsek!” umpat Shawn dengan napas sedikit tersengal marah.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Blue kemudian. Shawn masih bernapas sedikit lebih cepat dan tampak berpikir.
“Lalu kenapa Kanishka diam saja? Dia tidak memberiku kabar apa pun sama sekali. Berapa hari lagi batas perjanjiannya?” tanya Shawn pada Blue dengan nada rendah dan menggeram marah.
“Lusa semuanya selesai. Dan Admiral, kamu harus menceraikan putri dari Kanishka,” jawab Blue mengingatkan. Shawn bernapas masih dengan ritme cepat yang sama.
“Aku tak akan pernah membiarkan dia mengambil jaminannya jika dia tidak menepati janji. Rudal itu juga belum ditemukan, jika dia menipuku, dia bisa saja sudah mendapatkan daftar itu dan masih menyimpan rudalnya. Dasar sial!” Shawn berbalik dan berpikir. Matanya lalu membesar dan menoleh lagi ke belakang pada Blue.
“Ajudan-nya Baker, ikuti dia! aku yakin dia yang memberikan daftar itu pada Kanishka!” Shawn seperti seseorang yang menemukan jawaban dari teka tekinya.
“Apa maksudmu, Admiral? Apa Kanishka memiliki daftar aslinya dan dia hanya menjebak kita?” sahut Blue dengan kening mengernyit yang sama. Shawn terdiam lalu mengangguk.
“Jika daftar itu memang palsu, maka dia pasti sudah menghubungiku. Tapi dia tidak melakukannya, itu artinya dia sudah mendapatkan daftar yang asli,” gumam Shawn rendah dan masih berkacak pinggang.
“Dasar brengsek, akan kubunuh mereka satu persatu. Beraninya mempermainkan Shawn Miller!” geram Shawn lalu pergi meninggalkan Blue dan berjalan keluar ruangan itu dengan marah.
“Admiral, kamu mau ke mana!” tanya Blue mengekori Shawn yang berjalan dengan marah.
“Menyelesaikan urusan dengan Ayahku.” Blue hanya bisa menarik napas dan wajahnya mulai cemas. Shawn benar-benar marah.
“Ikuti saja, ajudannya itu dan laporkan padaku segera!” perintah Shawn Miller di depan pintu keluar pada Blue dan ia lalu berlari ke arah helikopter yang akan membawanya ke rumah Menteri Pertahanan.
Shawn mendarat dengan helikopternya di lapangan luas yang merupakan halaman mansion sang Menteri Pertahanan, Christoper Baker. Dari kejauhan di ruang kerjanya, Chris sudah menghela napas melihat putranya itu datang lalu berlari ke arah rumahnya dengan seragam Navy berwarna biru.
Putri Christopher Baker yaitu Amy yang kebetulan ada di rumahnya memekik senang saat melihat Shawn datang.
“SHAWN!” Amy berteriak memanggil dari arah kolam renang. Shawn hanya berpaling dan mengernyitkan keningnya tak perduli. Ia berbalik dan lebih memilih mencari Chris. Ia ditegur oleh istri Chris, Melania Jones.
“Tunggu, apa kamu tidak punya sopan santun, Admiral? Kamu masuk seenaknya tanpa ijin ke rumah orang lain!” hardik Melania pada Shawn yang membuatnya berhenti berjalan. Shawn masih mencoba sopan dengan berbalik dan menanyakan Chris.
“Mana Menteri Baker. Aku ingin bertemu dengannya!” balas Shawn dengan wajah dingin tanpa senyuman. Melania malah mendengus dengan cengiran sinis dan melipat kedua lengannya di dada.
“Huh, kamu benar-benar kurang ajar. Yang kamu mau temui itu adalah Menteri Pertahanan bukan orang biasa!” Melania makin angkuh membanggakan suaminya. Shawn tak puny awaktu untuk berdebat dengan wanita itu jadi ia memilih untuk berbalik dan mencari sendiri.
“HEI!” hardik Melania lagi dan mengikuti Shawn yang akan masuk ke sebuah ruangan. Shawn tak perduli dan langsung membuka pintu untuk masuk ke dalam ruang kerja Menteri itu.
“Dasar kurang ajar!” umpat Melania hendak memarahi Shawn tapi Chris kemudian menyanggahnya.
“Sudah Melania. Keluarlah, aku baik-baik saja!” tegur Chris pada istrinya itu. Melania mendelik pada Shawn yang terus memandang tajam pada Chris yang berdiri di depannya.
Ia pun keluar tak lama kemudian meninggalkan Shawn dan Chris di dalam ruangan itu berdua saja. Setelah Melania menutup pintunya barulah Shawn bicara.
“Kenapa kamu menipuku dengan memberi daftar palsu?” tanya Shawn tanpa basa basi sama sekali.
“Jika aku memberikan daftar yang asli maka rahasia negara akan terbongkar, Shawn. Taukah kamu betapa pentingnya daftar itu!” Shaw mendengus tak percaya.
“Jadi kamu memalsukan daftar itu agar aku memberikanmu pengendali rudal itu, begitu?” tuduh Shawn dengan suara mulai tinggi. Chris lalu berdiri dan menghampiri Shawn.
“Shawn, aku tidak ingin kamu malah menjual daftar itu pada penjahat internasional seperti Kanishka. Aku tahu kamu bernegosiasi dengannya.” Kening Shawn mengernyit.
“Apa yang kamu tahu?” tanya Shawn ketus.
“Aku memang tidak tahu semua hal tapi aku tahu kamu bertemu dengannya. Jangan katakan kamu sedang menjual aset itu padanya, Shawn!” Shawn menyengir sinis dan menggelengkan kepalanya.
“Aku mungkin memang gila tapi aku takkan menjual negaraku pada penjahat macam Kanishka. Dan aku bukan orang sepertimu yang gila pada uang!” geram Shawn sambil terus memandang Ayahnya dengan mata menyala marah. Chris sempat terdiam sejenak sebelum bicara lagi.
“Tapi reputasimu sudah terlanjur buruk, Shawn.” Shawn membuang wajahnya ke arah lain dan menunjuk pada dada Chris.
“Sekarang berikan padaku daftar aslinya!”
“Tidak, aku tidak bisa!” Chris lalu berbalik tapi lengan Shawn menarik dan menghalanginya.
“Apa maksudmu? Berikan padaku daftarnya atau aku akan membongkar brankasmu itu!” ancam Shawn membungkam Chris. Shawn benar-benar menyeramkan jika marah.
“Daftar aslinya hilang. Ajudanku membawa kabur dan sekarang aku sedang mencarinya!” Shawn melepaskan perlahan pegangannya pada Chris dan menaikkan dagunya.
“Aku tak akan melepaskan dia dan kamu, kita punya perhitungan sendiri nanti!” geram Shawn makin mengancam lalu berbalik pergi meninggalkan Chris di ruangan itu.
Shawn Miller kembali dengan segudang rencana di kepalanya. Ia tak lagi kembali ke kapalnya namun ke sebuah bandara kecil tempatnya memarkirkan pesawat pribadinya.
Di dekat tangga pesawat, Blue Handerson sudah berdiri menunggunya dan bersiapa akan pergi bersama Shawn malam ini. Shawn tak membuang waktu. Dari helikopternya, ia berlari beberapa ratus meter lalu tiba di tangga pesawat dan langsung naik bersama Blue yang mengikutinya.
Usai pintu pesawat ditutup, Shawn lalu duduk dan membuka topinya. Ia mendengus dengan kesal dan memasang sabuk karena pesawatnya hendak lepas landas dalam beberapa menit.
Di mejanya, Blue lalu menghidupkan lampu baca dan menyodorkan semua informasi soal Jayden Lin dan Golden Dragon. Shawn sedang mengejar daftar asli rahasia negara yang disembunyikan oleh ayah mertuanya, Yousef Kanishka sampai ke Hongkong. Itulah mengapa ia harus bekerja sama dengan gangster triad Hongkong bernama Golden Dragon.
“Ngomong-ngomong, Admiral. Aku sudah menempatkan penjagaan berlapis di mansion. Jadi Kanishka tak kan bisa mengambil Nyonya Kiran sebelum kita mendapatkan daftarnya,” sambung Blue setelah memberikan laporannya. Shawn sedikit menaikkan matanya lalu mengernyit.
“Pengamanan untuk apa?” Blue mengangguk.
“Kanishka pasti datang mengambil putrinya, itu sebabnya mengapa aku menempatkan pengamanan berlapis di mansion. Jangan khawatir dia tak kan bisa mengambil Nyonya Kiran.”
“Siapa dia?” Blue sedikit memiringkan kepalanya lalu menarik napas panjang. Sudah nyaris dua minggu dan Laksamana itu belum kenal istrinya.
“Nyonya Kiran Kanishka, dia istrimu Admiral.” Shawn menaikkan dagunya angkuh lalu mengangguk.
“Dia hanya jaminan, Blue. Bukan hal penting,” sahut Shawn lalu membaca lagi berkas yang berada di tangannya. Blue sempat terdiam dan perlahan tersenyum miris.
“Aku harap kamu tidak menyesal jika bertemu dengannya nanti,” goda Blue ingin melihat ketertarikan Shawn. Ternyata dia bergeming dan tak peduli.
“Memangnya kenapa. Blue? Apa kamu sudah melihat wanita itu?” tanya Shawn ketus lalu melirik sekilas pada Blue yang mengangguk.
“Oh ya? Apa dia jelek?” Blue hampir kelepasan tertawa jadi dia hanya menahan senyumannya.
“Ya, dia sangat jelek. Aku tidak pernah melihat wanita sejelek itu dalam hidupku,” sindir Blue makin seenaknya. Shawn mendengus tertawa mengejek.
“Sekarang kamu baru percaya padaku kan? Jika firasatku tak pernah salah!” puji Shawn pada dirinya sendiri. Blue tak mengangguk atau menanggapi lagi. Ia hanya sedikit terpaku menatap Shawn untuk beberapa saat.
Mungkin ada baiknya jika Shawn dan Kiran tak pernah bertemu dan bercerai secepatnya. Rasanya wanita polos seperti Kiran tak seharusnya terseret pusaran kemelut antara Shawn dan Kanishka. Kiran tak bersalah tapi ia harus menanggung banyak hal.
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber