Share

Istri Jaminan sang Konglomerat
Istri Jaminan sang Konglomerat
Penulis: Lemongrass

Bab 1 Dibawa dengan Paksa

Brak! Brak! Brak!

Pintu utama rumah berlantai dua itu digedor tanpa ampun.

"Bagaimana ini, Pa?" Tampak sekali wajah ketakutan sang istri.

“Harry! Buka! Keluar kamu! Aku tahu kamu ada di dalam!” Pelaku utama berteriak, kesabarannya mulai menipis.

Harry membuka pintu dengan perasaan was-was dan takut. Bagaimana tidak, beberapa jam yang lalu mereka baru saja mendapat peringatan untuk segera melunasi hutang yang sudah lewat jatuh tempo.

“Tu-tuan David!” seru Harry gugup.

“Lunasi hutangmu pada Tuan Christian, segera!”

“Maaf Tuan, kami hanya bisa mencicil seadanya seperti biasa,” balas Harry.

Selama satu tahun ini, Harry telah mencicil hutang itu sebanyak 1 milyar rupiah.

Harry Davendra memiliki hutang milyaran, belum termasuk bunga dan denda keterlambatan, pada konglomerat bernama Christian Hoover untuk menyelamatkan perusahaannya yang sudah kembang kempis terlilit hutang bank.

Christian Hoover terkenal kejam dan tanpa ampun pada siapapun yang tak sejalan dengannya, termasuk orang yang tak segera melunasi hutang padanya.

Satu tahun yang lalu, Harry dengan percaya diri meminjam uang pada Christian, sebab dia memiliki mega proyek yang disinyalir akan berhasil.

Alih-alih sukses, tanpa diduga Harry justru dikhianati oleh temannya sendiri, hingga proyek tersebut melayang begitu saja jatuh ke tangan lawan.

Sudah terjebak hutang dengan Christian, perusahaannya pun perlahan-lahan defisit dan akhirnya gulung tikar.

“Sudah tidak ada toleransi lagi untukmu, Harry. Tuan Christian sudah memberimu waktu yang cukup panjang.”

Harry mencoba menjelaskan keadaannya pada David. Apa pedulinya David pada masalah ekonomi keluarga Harry, tugasnya hanya menagih hutang.

“Geledah semua isi rumah ini, cari apapun benda berharga dan ambil, jangan sampai ada yang terlewat,” titah pria bertubuh tegap dengan jambang tipis. Mata pria itu menatap tajam ke arah pemilik rumah.

“Jangan Tuan David, saya mohon. Saya berjanji akan segera membayar hutang tersebut,” mohon Harry.

Tak menghiraukan permintaan Harry, David memberikan kode pada anak buahnya untuk tetap bergerak.

Setelah menggeledah seisi rumah, David hanya berhasil menemukan beberapa sertifikat tanah dan bangunan juga beberapa gram emas perhiasan milik istri dan anaknya.

"Ck! Tidak berguna!" umpat David setelah melihat beberapa benda tersebut.

“Di mana gadis itu?” tanya David.

Mendengar David menanyakan anak semata wayang suaminya, Astari–istri Harry–tersenyum semringah. Astari memang sudah berpikir untuk menawarkan Alexandra sebagai jaminan hutang, mau dijadikan pembantu atau budak terserah saja tidak masalah asalkan hutang mereka lunas.

"Dia sedang kuliah, Tuan," jawab Astari.

Astari adalah ibu tiri Alexandra yang selalu terlihat baik di depan Harry, nyatanya sering menyakiti Alexandra.

“Ma!” Harry terdengar keberatan dengan ucapan istrinya.

“Sudah! Papa serahkan saja Alexa pada Tuan Christian, ketimbang kita terus menanggung hutang yang tak sanggup kita bayar,” balas Astri.

David menendang meja, geram melihat keduanya justru berdiskusi di depannya.

“Tuan Christian menginginkan anak gadismu sebagai penebusan hutang,” ucap David dengan lantang.

"Jangan, Tuan. Tolong, apapun akan saya lakukan, tapi tidak dengan yang satu itu." Harry kembali memohon.

Berbeda dengan suaminya, Astari justru mendorong suaminya untuk menyetujui hal itu.

Dengan begitu dia bisa menguasai sisa harta suaminya, tanpa harus repot-repot bersaing dan menyingkirkan Alexandra.

David mengambil ponsel pintarnya, menghubungi anak buahnya, lalu memberi titah untuk mencari Alexandra di kampusnya.

“Ada apa ini?”

Alexandra terkejut melihat beberapa orang bertubuh kekar dan bertampang seram berada di dalam rumahnya.

“Pucuk dicinta ulam pun tiba.” David menyeringai.

“Tangkap gadis itu dan bawa ke mobil.”

Tanpa sempat membuat perlawanan ataupun menghindar, tubuh Alexandra sudah berada dalam cengkraman dua pria berbadan kekar.

“Alexa!”

“Papa!”

"Lepaskan aku, apa-apaan ini?" Alexandra mencoba melepaskan diri, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan.

“Saya mohon, Tuan. Jangan bawa anak saya. Saya berjanji untuk segera membayar hutang tersebut pada Tuan Christian,” Harry terus memohon pada David.

"Hutang? Papa berhutang?" gumam Alexa.

Gadis itu memang tak tahu jika ayahnya memiliki banyak hutang, dia hanya tahu perusahaan mereka gulung tikar akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh salah seorang teman ayahnya.

“Kalian akan membayarnya dengan apa? Sertifikat dan perhiasan ini bahkan tak sampai setengah dari hutang yang kalian miliki ada Tuan Christian.”

"Papa, jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Alexandra seraya mencoba melepaskan diri dari dua orang yang mencekal kedua tangannya.

David memberi perintah untuk segera membawa Alexandra ke dalam mobil.

“Papa tolong Alexa, Pa!” teriak Alexandra masih terus memberontak, mencoba melepaskan dari cengkraman dua orang berbadan kekar.

"Diamlah, Nona. Atau kami akan berbuat kasar padamu," hardik pria yang memegang tangan kanannya.

Samar-samar suara teriakan Alexandra meminta tolong masih terdengar di telinga Harry.

Setelah berhasil menangkap Alexandra, David segera mengajak anak buahnya untuk pergi dari rumah itu.

Alexandra terus memberontak di sepanjang perjalanan hingga terpaksa harus diberikan obat tidur untuk menenangkannya.

Alexandra dibawa ke sebuah apartemen mewah milik Christian.

Entah berapa lamanya Alexandra tertidur, saat terbangun dia sudah berada di atas kasur yang empuk dan nyaman. Alexandra memindai seluruh ruangan, sepi dan tenang, serta harum aroma terapi yang membuat tubuh lebih terasa lebih nyaman.

“Di mana aku?” kata Alexandra seraya membangunkan tubuhnya.

Terdengar suara pintu terbuka.

“Anda sudah bangun, Nona.”

Dua wanita berseragam asisten rumah tangga memasuki kamar Alexandra, yang satu membawa makanan dan minuman hangat, satunya lagi membawa pakaian.

"Tuan Christian memerintahkan, agar Nona segera membersihkan diri. Dan memakan makanan Anda dalam waktu satu jam. Beliau akan datang satu jam lagi ke apartemen ini untuk menemui Anda, Nona. Jangan sampai membuatnya menunggu, karena Tuan Christian paling tidak suka menunggu," tutur salah satu pelayan tersebut.

"Tuan Christian? Siapa dia?" gumam Alexandra.

Alexandra segera menyantap dan tak menyia-nyiakan makanan tersebut, sebab perutnya memang sudah lapar.

Belum sempat mencerna makanannya, pelayan itu sudah menyuruhnya untuk segera membersihkan diri.

Tak sampai di situ saja. Mereka juga mendandani Alexandra sedemikian rupa hingga nampak berbeda.

"Anda cantik sekali, Nona. Tuan Christian pasti menyukai Anda."

'Menyukaiku? Aku sudah seperti boneka yang baru saja dipungut dan dibersihkan,' monolog Alexandra dalam hati.

"Jelaskan seperti apa Tuan Christian itu!" pinta Alexandra pada dua pelayan itu.

"Sebentar lagi Anda akan bertemu dengannya, untuk apa kami menjelaskan." Ucap pelayan itu sambil tersenyum menggoda.

Alexandra teringat pembicaraan ayah dan ibunya tentang hutang mereka pada Tuan Christian.

"Jadi aku akan dijadikan budak seumur hidup untuk melayani pria itu?" gumam Alexandra.

Dia pun bergidik ngeri membayangkan tubuh Christian yang gempal, bau, dan berkeringat.

Bayangan Alexandra sirna ketika mendengar suara pintu kayu berwarna coklat itu diketuk dari luar.

'Siapa?' Jantung Alexandra berdetak kecang–cemas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status