Share

Bab 7 Kunjungan Ibu Mertua

Nyonya Amanda memandang remeh pada Alexandra.

"Itu adalah surat pernyataan yang harus kamu tanda tangani. Pergilah dari kehidupan Christian sekarang juga dan jangan pernah muncul lagi di depannya. Sebagai gantinya aku akan memberimu banyak uang, kamu tak akan kesulitan untuk memenuhi biaya hidupmu."

Alexandra terperangah mendengar ucapan ibu mertuanya. Dia tidak menyangka jika ibu mertuanya akan begitu merendahkannya. 

Jika memang ibu mertuanya tidak setuju dengan pernikahan itu, kenapa tidak datang lebih awal sebelum pernikahan itu terjadi, itulah yang ada dalam pikiran Alexandra saat ini.

Nyonya Amanda mengambil sebuah kertas cek dari dalam tasnya.

"Berapa yang kamu inginkan? Satu Milyar, dua milyar, atau lebih dari itu? Aku akan menulisnya sekarang."  

Nyonya Amanda berkata dengan sangat enteng, tanpa memikirkan hati Alexandra yang koyak karena harga dirinya terinjak-injak.

Situasi macam apa ini? Kenapa kehidupannya begitu dramatis seperti di novel-novel rumah tangga yang pernah Alexandra baca.

Tanpa diperlakukan serendah ini pun Alexandra akan pergi dari kehidupan Christian tapi tidak sekarang, nanti, satu tahun lagi setelah perjanjiannya dengan Christian berakhir.

Alexandra menarik nafas panjang, mengisi rongga dadanya yang terasa sesak dengan oksigen.

"Maafkan saya, Nyonya. Tapi Anda salah mengira. Saya memang benar-benar mencintai Mas Christian dan kami saling mencintai. Jadi tolong Nyonya simpan kembali cek itu. Saya tidak akan meninggalkan Mas Christian begitu saja, apalagi kami telah menikah, kecuali Mas Christian yang menginginkannya." 

Alexandra berucap dengan tubuh yang bergetar menahan takut. 

Christian sudah berpesan padanya jika hidup bersamanya tak akan mudah, maka Alexandra harus kuat saat mendapat tekanan dari segala arah.

Nyonya Amanda tertawa mengejek.

"Cinta katamu? Omong kosong!" 

Nyonya Amanda menatap tajam pada Alexandra. Membuat gadis itu menunduk.

"Jika memang kamu memang mencintai Christian, buktikan padaku."

Alexandra mulai mengembalikan posisi, menatap lurus pada manik coklat Nyonya Amanda, mata yang sangat berbeda dengan milik suaminya.

"Bagaimana saya harus membuktikan, Nyonya?

"Kamu harus memberi keluarga Hoover keturunan laki-laki, dalam waktu satu tahun. Jika dalam satu tahun kamu tidak juga memberikan keturunan maka silakan angkat kaki dari kehidupan Christian tanpa membawa sepeser pun harta keluarga Hoover. Sama halnya jika kamu melahirkan anak perempuan."

Alexandra terperanjat mendengar ucapan ibu mertuanya.

"Jadi bagaimana? Kamu memilih angkat kaki sekarang dengan uang yang berlimpah atau satu tahun lagi dengan konsekuensi dan pertaruhan yang lebih besar?"

Alexandra menimbang dan memikirkan apa yang disampaikan oleh ibu mertuanya. Permintaan itu tidaklah buruk, jangka waktunya juga bersamaan dengan waktu perjanjiannya dengan Christian. 

"Jawaban saya masih sama, Nyonya. Saya akan tetap berada di sisi Mas Christian, kecuali dia yang ingin berpisah dari saya."

Nyonya Amanda menatap Alexandra dengan sinis.

"Jadi itu maumu? Kalau begitu buktikan padaku jika memang kalian saling mencintai dengan memberiku cucu dan harus laki-laki."

'Tapi sebelum itu terjadi akan aku pastikan Christian telah lebih dulu mendepakmu, aku tak akan tinggal diam,' monolog Nyonya Amanda dalam.

Setelah berkata seperti itu, Nyonya Amanda keluar dari apartemen anaknya, dalam tempurung kepalanya dia memiliki sejuta cara untuk memisahkan Alexandra dengan anaknya.

Alexandra bersandar di sofa. Tubuhnya bagai tak bertulang, tubuhnya bergetar. Dia baru saja menantang ibu mertuanya, entah apa yang akan terjadi kedepannya.

Alexandra memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Cucu laki-laki, ya? Lucu sekali." Alexandra tertawa getir.

Untuk apa dirinya memikirkan tentang keturunan, karena kedepannya dia akan berpisah dengan Christian.

*

"Pak, saya telah mendapatkan informasi mengenai kehidupan pribadi Nyonya Alexandra," kata Alvin yang baru saja masuk ke ruang kerja Christian.

"Silakan, Anda bisa memeriksa di email yang baru saja saya kirimkan," imbuh Alvin.

Christian langsung memeriksa file yang baru saja dikirim oleh Alvin, kemudian membacanya satu per satu.

File itu berisi tentang masa kecil Alexandra, bagaimana pernikahan ayah dengan ibu tirinya, kehidupan setelah Astari menjadi ibu tirinya.

Kakak dan ibu tirinya yang sering berbuat semena-mena, tak jarang juga Alexandra mendapat kekerasan fisik dari Astari. Belum lagi Astari yang selalu mengambil uang jatah milih Alexandra.

"Gadis yang malang, kamu berhutang budi padaku karena aku telah menyelamatkan hidupmu," monolog Christian.

"Apa hanya ini saja? Kamu tak mendapatkan informasi tentang kekasih atau mantan kekasihnya?"

"Tidak ada, Pak. Sudah dapat dipastikan Nyonya Alexandra belum pernah berpacaran."

Senyum tipis terbit dari bibir Christian.

Suara notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Christian.

[Pak, Nyonya besar datang ke apartemen untuk menemui Nona Alexandra.]

Pesan itu masuk dari nomor David. Laporan kedua setelah sebelumnya David memberi laporan tentang ibu tiri Alexandra yang hampir saja menampar istrinya.

"Untuk apa Ibu menemui Alexandra?" gumam Christian.

Christian mengepalkan tangan, dia sedang menebak kemungkinan kenapa ibunya menemui istrinya. 

Ibunya memang menentang pernikahannya dengan Alexandra, mungkin saja karena hal itu dia datang ke apartemen.

Tak ingin pusing memikirkan ibunya, Christian kembali fokus pada pekerjaannya.

Sore ini Christian mengakhiri pekerjaannya lebih cepat. Entah mengapa dia ingin segera memastikan kondisi Alexandra.

Mobil mewah Christian melesat membelah jalanan kota yang mulai padat karena jam pulang kerja.

"Kamu sudah pulang, Mas?" 

Alexandra menyambut kepulangan Christian dengan senyum yang terukir di bibirnya. Dia meraih tangan besar itu lalu mencium punggung tangannya.

"Duduk!" Titah Christian dengan nada dingin tak berperasaan. Wajahnya sangat serius matanya menatap tajam ke arah istrinya.

Alexandra pun menuruti titah suaminya dan duduk di depannya.

"A-ada apa, Mas?"

"Tadi Ibuku datang kemari?" tanya Christian penuh selidiki.

"Iya, Mas."

"Apa yang dia katakan? Jawab dengan jujur, jangan coba-coba membohongiku. Sudah tertera dengan jelas dikontrak kita, jika aku akan melindungimu, jadi kamu tak perlu takut," ujar Christian.

Alexandra menggigit bibir bawahnya, tanda bahwa dia cemas. Dia khawatir jika mengatakan yang sejujurnya akan menimbulkan perselisihan di antara ibu dan anak itu.

"Kamu tak perlu khawatir, aku akan bertengkar dengan Ibuku, kami memang sudah berselisih jauh sebelum pernikahan ini terjadi," ujar Christian.

Pria itu seperti cenayang yang tahu keresahan hati Alexandra.

"Apa boleh aku mengatakan ini?"

"Katakan saja, jangan bertele-tele, aku tak cukup banyak waktu untuk menunggumu bicara." 

Dengan sedikit ragu-ragu, Alexandra akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Nyonya Amanda mencium ada sesuatu di balik pernikahan kita, beliau memintaku untuk meninggalkanmu, dia akan memberiku sejumlah uang jika aku mau melakukannya," ujar Alexandra.

"Lalu, kamu setuju?" Alexandra menggelengkan kepala.

Ada senyum tipis di bibir Christian yang tertangkap oleh penglihatan Alexandra.

'Apa dia tersenyum? Ah, mungkin aku salah lihat,' batin Alexandra.

"Lalu, apa yang kamu katakan pada ibu saat kamu menolaknya?" Christian menanyakan itu untuk menyamakan jawaban kelak jika ibunya melakukan hal yang sama.

"Aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, kita saling mencintai satu sama lain. Dan aku akan pergi jika kamu yang menginginkan," jujur Alexandra.

"Saling mencintai, ya?" lirih Christian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status