Share

Mati berdiri

Ruang makan hanya penuh dengan decap. Tak ada yang berani menyuarakan pendapat, bahkan Ratih atau mbok Jum, lek Tejo juga sama diamnya. “Kau jadi ke pasar?” Prapto menoleh ke Ratih.

“Iya, Mas. Meski kita tidak ke sana, lebih baik pemberian itu yang terbaik.” Ratih tersenyum. Setidaknya dengan senyumnya, Prapto bisa lebih tenang meski mbok Jum terus menunggu waktu yang tepat untuk mengintimidasi.

“Aku akan mengantarmu.” Prapto kembali melahap makanannya.

Mbok Jum terkekeh, “Aku ke sini untuk menemuimu, kalau kau pergi dengan Ndoro Ratih, apa yang harus kulakukan di rumah besar ini?”

Prapto terkekeh, “Kau bisa pulang, menungguku juga akan membuang waktumu, lagi pula aku tak yakin kamu mau.”

Mbok Jum semakin melebarkan senyumnya, “Kalau kamu memaksa, aku akan menunggu, aku rindu dengan kamarku, apa sudah ada yang menempati?” Lebih memilih menoleh ke Ratih, yakin wanita miskin itu tetap menaruh hormat padanya.

Ratih menggeleng, “Kamar itu kosong, Mbok Jum. Meski begitu masih terawat,
Jenang gula

Terima kasih untuk yang sudah baca sampai bab ini Kalian luar biasaaaaa

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Sll menanti kelanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status