..“Aku kan sudah bilang, Vanno itu kenalanku, bukan aku!” kata Noa, dia terdengar aneh, suaranya seperti tidak yakin.Dia berbohong, Laura bisa merasakan itu.Laura menghela nafas lelah, “sampai kapan kau akan membohongiku? Apakah setelah ini kau ingin mengatakan pak Vanno itu kembaranmu?” sahut Laura.Istri Noa itu turun dari ranjangnya, masih tidak mengenakan apa pun, membuat posisi Noa semakin sulit.Noa tidak tahu harus fokus pada tubuh indah nan seksi milik istrinya, ataukah dia harus fokus dengan tatapan serius istrinya.“Laura, kenakan sesuatu” ucap Noa panik.Laura tersenyum kecil, “kenapa, aku kan istrimu? Kenapa panik begitu?”Noa tanpa sadar terus berjalan mundur, hingga dia sampai pada tembok, tidak ada tempat untuk kabur.Laura terkekeh, gemas dengan tingkah suaminya.Sepertinya Noa takut ketahuan oleh Laura, padahal memang sudah ketahuan.Ternyata Noa memiliki sisi yang menggemaskan juga.Laura memeluk tubuh Noa yang hanya terbalut dengan handuk tersebut, dia sengaja m
..“Jaga dia ya kak!” ucap Laura pada Satria yang bertugas menjemput Noa.Karena Noa mabuk, Laura jadi panik. Karena itu dia langsung menelfon Satria, karena hanya Satria satu-satunya pelayan yang dia kenal.“Siap, nona!” sahut Satria.Satria pun membawa Noa yang masih mabuk, membopongnya ke mobil.Setelah mereka agak jauh, Laura pun berbalik untuk kembali ke kelasnya.Namun, dia malah melihat Selyn berdiri di sana bersama Nita. Mereka melipat tangan di dada mereka sambil menatap Laura dengan tatapan tidak menyenangkan.“Kenapa kamu bisa mengantarkan pak Vanno dan kenapa pak Vanno terlihat – eum, apa dia sakit?” Tanya Selyn.Laura berdebar-debar mendengar pertanyaan tersebut, karena dia takut ketahuan. Laura pun memutar otaknya, mencari alasan yang masuk akal.“Oh itu, aku... Eum – tadi tidak sengaja lewat ruangan pak Vanno, lalu kaki pak Vanno sakit, jadinya dia memanggil temannya, aku yang tidak enak hati membantunya” kata Laura.Selyn memincingkan matanya, “kau yakin kau tidak sed
..Ternyata Laura tidak berbohong, dia sungguh berniat membantu Lira berdiet sehat.Dia mengatur makanan Lira dengan makanan yang sehat bergizi, sesuai anjuran dokter. Laura bahkan menghubungi dokter ahli gizi untuk membantu Lira.Ruby saja sampai bengong karena Laura membawa mereka ke tempat dokter gizi yang terbaik di negara itu.Yang Ruby ketahui, dokter yang mereka datangi itu dokter dengan bayaran termahal, tapi memang dokternya sangat ramah, pelayanannya bagus juga.Ruby tidak akan memberi tahukan Lira tentang betapa mahalnya berkonsultasi pada dokter itu, takut Lira jadi tidak enak.Semua biaya Laura yang menanggungnya.Tidak berhenti sampai disana, Laura juga mengajak Ruby dan Lira untuk pergi ke sebuah gym. Sudah ada pelatih yang menunggu mereka, pelatihnya perempuan dan sangat ramah.Selama satu Minggu mereka melakukan hal itu, tidak hanya Lira, Ruby dan Laura pun melakukannya.Ruby merasa menjadi lebih sehat gara-gara ikutan, sampai ibunya saja tidak percaya. Ruby yang awa
..“Kau ini temannya si gendut kan?” tanya Arga, kemudian menatap Laura dari ujung rambut sampai ujung kaki, “cantik juga.”Laura mengatur nafasnya, agar emosinya tidak meledak disana. Laura malas untuk bertengkar dengan Arga, terutama di toko orang.“Aku tidak ingin berdebat denganmu, berikan jam tangan itu, aku ingin membelinya” ucap Laura, sambil menunjuk jam tangan yang Arga pegang.Arga menatap jam tangannya lalu kembali pada Laura, dia tersenyum remeh.“Jam tangan ini? Memangnya kau mampu? Kelihatannya kau ini miskin, aku dengar kau masuk sekolah karena bantuan pemilik sekolah, iya kan?”Laura cukup terkejut dengan ucapan Arga, karena itu benar adanya. Laura masuk di sekolah itu berkat bantuan Noa, suaminya sekaligus pemilik sekolah elit tersebut.Namun, tentu saja yang mengetahui hal itu hanya Laura dan Noa saja, harusnya begitu.Mengetahui Arga mendapatkan informasi itu membuat Laur
..Nama asli Arga adalah Arga Ferdian Varold. Namun, orang tuanya menyembunyikan nama marganya.Awalnya Arga tidak mau memikirkannya, karena mungkin saja kan orang tuanya takut Arga tidak bisa berbaur dengan anak-anak lain. Karena pikir Arga, anak orang kaya biasanya kesepian, terutama jika orang tuanya terkenal.Itulah kenapa dia tidak masalah hanya menggunakan nama Arga Ferdian selama ini.Namun, seiring berjalannya waktu, Arga mengetahui alasan dibaliknya.Itu karena kakaknya, kakak dari ibu yang lain.Kakak Arga itu sangat sukses dengan kemampuannya sendiri, namun orang tua Arga tidak mau tahu, mereka iri dengan kesuksesan kakaknya itu.Yaitu Noa.Orang tuanya sengaja tidak memberi marga agar Noa tidak bisa melacak keberadaan Arga.Agar Arga jauh dari kakaknya.Orang tuanya, membenci Noa.Hal itu yang tidak Arga mengerti, kenapa orang tuanya membenci Noa? Jika itu ibunya Arga masih masuk akal, tapi ayahnya juga?Padahal Noa darah daging ayahnya sendiri.Arga yang penasaran tentu
..Laura menarik Noa agar duduk di sofa yang ada di dalam ruangan, menatap Noa dengan tatapan seriusnya.“Begini, tadi aku membeli hadiah di pertokoan tidak jauh dari sekolah ini, awalnya aku ingin membeli jam tangan –”“Lalu berakhir membeli seluruh isi toko pakaian” sahut Noa, menyahuti ucapan istrinya, sekaligus menyindir.Tentu saja Noa mengetahui jika istrinya. Membeli salah satu toko pakaian mewah di jalan khusus pertokoan elit. Harga toko disana tidak main-main, karena memang strategis sekali. Selain dekat kemana-mana, juga dekat dengan sekolah-sekolah, karena memang salahku satu perbelanjaan terkenal.Noa tidak marah kok, membeli satu toko di jalan itu atau bahkan semuanya, sangat kecil bagi Noa.Jadi tidak masalah, tapi Noa merasa lucu saja istrinya yang masih remaja dan kekanakan itu langsung membeli toko gaya karena disinggung.“Kak Noa jangan ketawa! Itu semua karena Arga! Dia menyerobot dan membeli jam tangan itu sebelum aku, jadi aku masih kesal, emosiku jadi tidak bisa
..Arga mondar-mandir di depan pintu ruangan pak Vanno, atau Noa, atau kakaknya. Apalah itu, yang pasti, Arga ingin kakaknya tahu jika dia sudah memberikan hadiah.Bisa dibilang, Arga caper.Orang-orang jika mengetahui hal itu akan meledek Arga habis-habisan.Karenanya, Arga mencari waktu yang tepat, saat orang-orang sibuk dan sepi. Jadi Arga bisa menyelinap untuk menemui kakaknya.Arga sudah mengetuk pintu beberapa kali, namun dia tidak sabaran, karena pintu tidak kunjung dibuka.Pintu baru dibuka setelah sekitar dua atau tiga menit kemudian.“Kenapa lama sekali membuka pintu?” protes Arga setelah dia sudah masuk ruangan.“Maaf ya, ada sedikit masalah, ada apa kamu kemari? Ada yang ingin kau bicarakan?” tanya Noa.Mereka memilih duduk di sofa, Noa memberikan toples berisi marsmallow pada Arga. “Makanlah jika suka” tawar Noa.Tanpa diduga, Arga mengambil toples itu lalu memakan isinya sambil menggendong toples. “Pak Vanno sudah menerima hadiah saya?” tanya Arga.“Hal itu juga yang in
..DughArga meninju tembok tidak bersalah di depannya. Tembok baik-baik saja, tapi tangannya lecet, tentu saja.Arga tidak percaya mulutnya nakal sekali, sampai mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.Tidak seharusnya dia keceplosan mengatakan jika dia adalah adik dari Noa.Apa sebegitu hausnya kah dia akan kasih sayang kakak, yang bahkan mungkin membencinya.Iya, pasti Noa membencinya.Orang tua Arga telah jahat pada Noa dan ibunya, setelah itu melihat Noa sukses, mereka berusaha mendekati Noa kembali.Jujur, Arga malu mengetahui orang tuanya sendiri seperti itu.Sangat malu.Dugh.Seakan kebal rasa sakit, Arga kembali meninju tembok, membuat tembok putih itu terkena darah segarnya.“Hei, berhenti meninju tembok, kan temboknya tidak salah” ucap seseorang, Arga menoleh pada asal suara, melihat seorang siswi yang terlihat agak familiar, tapi juga tidak familiar.