Share

Bab 4

"Tunggu sebentar! Maksudnya apa, ya? Kiara tidak mengerti," ujar Kiara. Ia berharap apa yang sedang ia pikirkan bukanlah jawabannya. 

"Astaga, sampai lupa. Jagi begini, sayang." Jenita menyentuh tangan Kiara sebelum melanjutkan perkataannya. 

"Karena Nelson dan keluarganya ingin segera memiliki menantu, kami sepakat ingin menikahkan kamu dengan Nelson," ucap Jenita sambil melirik ke arah Nelson. Tentu saja itu bukan hanya keinginan dari keluarga Kalandra, namun keluarga Aditama pun sama. Ia sangat senang karena tidak perlu menjodohkan mereka. 

Deg

Jantung Kiara langsung berdegub kencang. Ia bahkan menelan salivanya dengan susah. Sebenarnya ia juga mencintai Nelson, namun tidak menikah secepat itu juga. 

"Tapi, Ma! Kiara masih kecil dan SMA saja belum lulus," ujar Kiara tidak terima. Kiara gusar jika teman-temannya mengetahui dirinya menikah dengan Nelson, mungkin saja ia akan dicemooh. Apalagi dirinya saat ini masih berstatus sebagai pelajar. 

Dalam hati Kiara juga takut jika pria yang saat ini ada di hadapannya memiliki tujuan lain. Apalagi terakhir kali Nelson begitu marah padanya karena ketahuan jalan bersama pria lain. Kiara berpikir pria itu akan menyiksanya nanti jika sudah menikah sebagai balas dendam atas perilakunya. 

"Kamu tenang saja ya, sayang. Tante jamin semua akan terkendali." Eliza meyakinkan calon menantunya itu agar tidak khawatir. 

Brakk

Kiara berdiri sambil menggebrak meja. Membuat mereka terkejut. 

"Maaf, tapi Kiara tidak bisa menerima lamaran ini," ujar Kiara lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Eliza dan Thomas saling memandang, begitupun dengan Wilson dan Jenita. Sedangkan Nelson hanya menatap kepergian gadis pujaannya. 

"Aduuhh, maafkan putri kami, ya. Ini semua kesalahan kami, kami belum memberitahu Kiara tentang lamaran ini. Sekali lagi kami minta maaf," ucap Jenita panik. Ia tak menyangka Kiara akan melakukan hal itu. Jenita merasa sungkan dengan calon besannya itu. 

"Tidak apa-apa, Jeng. Mungkin Kiara butuh pengertian. Tidak mudah bagi anak seusia Kiara memutuskan untuk menikah." Eliza juga merasa tidak enak hati. Kiara pantas untuk marah, karena usianya yang masih dini untuk berumah tangga. 

"Saya akan bicara sebentar pada Kiara. Sekali lagi saya mohon maaf," ucap Jenita sambil berdiri. Namun, Nelson menghentikan dirinya yang ingin menemui Kiara. 

"Biar saya saja, Tante. Boleh kan saya bicara dengan Kiara?" tanya Nelson. Jenita terdiam sejenak. Lalu ia mengangguk dengan pelan. Mungkin saja jika Nelson yang berbicara dengan Kiara, Kiara akan menyetujuinya. 

Nelson menuju ke kamar Kiara dengan di antar oleh Mbak Lala. Ia berjalan di belakang Mbak Lala mengikuti langkahnya. 

"Silakan, Tuan Nelson. Kita sudah sampai di depan kamar Nona Kiara," ujar Mbak Lala dengan ramah. Nelson mengangguk dan membuka pintu kamar Kiara yang tidak terkunci. Ia melangkah pelan memasuki kamar gadis itu. Mbak Lala pun meninggalkan mereka. Namun ia tetap memantau kamar Kiara dari kejauhan. 

"Kenapa kamu menolak untuk menikah denganku?" tanya Nelson saat ia sudah sampai di sudut ranjang Kiara. Kiara terperanjat, ia tidak menyangka Nelson akan berani datang ke kamarnya. 

"Aku bukan menolak, tapi aku keberatan jika pernikahannya dilakukan dalam waktu dekat ini. Bukankah kamu sudah berjanji akan menikahiku lima tahun lagi? Biarkan aku mewujudkan cita-citaku dulu, ya?" Kiara menatap manja pada Nelson. Selama ia menatap Nelson dengan tatapan seperti itu, maka Nelson akan menyetujui permintaannya apapun itu. 

"Sekarang atau lima tahun lagi bukankah sama saja? Pada akhirnya kita akan menikah, kan?" jawab Nelson dengan santai. Lalu ia duduk di samping Kiara. Mereka saling menatap dalam beberapa saat. 

"Tapi aku belum siap, sayang. Atau setidaknya tunggu aku sampai lulus SMA dulu, kan?" Kiara mencoba bernegosiasi dengan Nelson. Mungkin saja Nelson akan berubah pikiran nantinya. 

Nelson mendekatkan wajahnya hingga jarak antara Kiara dan Nelson tersisa beberapa senti saja. Kiara bahkan bisa merasakan hembusan napas dari pria itu. 

"Kenapa? Apa kamu mencoba melarikan diri dariku? Apa kamu ingin kabur bersama pria itu dan meninggalkanku?" Nelson menatap tajam ke arah Kiara. Membuat gadis itu merasa terintimidasi. 

"Dengarkan aku, Kiara. Jika kamu mencoba melarikan diri bersama pria itu, aku jamin kalian tidak akan bisa hidup tenang." Kali ini Nelson bukan hanya sekedar mengancam Kiara. 

Nelson menyentuh wajah Kiara dengan lembut. Lalu tersenyum tipis. Ia terus memandangi wajah Kiara. 

"Aku minta maaf karena sudah melewati batas. Tapi aku mohon, jangan menikahiku sekarang, Nelson. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi." Kiara memohon agar Nelson mengurungkan niatnya. 

"Aku hanya tidak ingin gadis yang aku cintai juga dicintai pria lain. Kiara, kamu tenang saja, ya. Kita akan menikah secara diam-diam. Kamu masih bisa pergi ke sekolah seperti biasa," tutur Nelson agar Kiara tidak terlalu khawatir akan status barunya nanti. Bahkan Nelson rela status pernikahannya disembunyikan untuk beberapa waktu hingga Kiara lulus dari sekolahnya. 

"Nelson! Kamu pikir pernikahan itu adalah sebuah permainan? Jika kamu menikahiku karena ingin balas dendam, kamu sangat jahat, Nelson! Aku tahu aku salah. Tapi jangan memainkan aku sampai seperti ini, ya?" lirih Kiara sambil menangis. Ia takut jika Nelson benar-benar memiliki alasan itu. Apalagi dirinya yang masih remaja, tentu saja akan dengan mudah dimainkan oleh pria dewasa seperti Nelson. 

"Memainkan kamu? Kiara, aku pikir kamu paham seperti apa aku. Jika aku berniat memainkan kamu, kenapa aku harus direpotkan dengan pernikahan?" Kini Nelson benar-benar marah. Ia pikir gadis itu merasakan betapa Nelson mencintainya. 

"Lalu kenapa kamu tiba-tiba ingin menikahiku jika bukan untuk balas dendam?" tanya Kiara dengan kesal. Dari tadi jawaban Nelson selalu berputar-putar. 

Nelson menarik tangan Kiara dengan kasar sehingga membuat tubuh Kiara terjatuh ke dalam pelukannya. Nelson segera memeluk tubuh mungil itu saat Kiara memberontak. Nelson mendekatkan bibirnya ke telinga Kiara, lalu ia berbisik. 

"Dengarkan aku, Kiara. Jika aku ingin balas dendam, maka aku tidak akan menikahimu! Aku akan menyentuhmu dan meninggalkanmu saat itu juga. Bukankah itu adalah balas dendam yang paling menyakitkan? Aku sangat mencintaimu, aku ingin segera memiliki dirimu. Bukan hanya hatimu, tapi juga tubuhmu."

Mendengar perkataan Nelson tersebut membuat tubuh Kiara seketika meremang. Apa yang Nelson ucapkan memang masuk akal. Tidak mungkin Nelson balas dendam padanya dengan cara menikahinya. 

"Tapi aku..." Belum sempat melanjutkan perkataannya, Nelson sudah lebih dulu melahap bibir mungil itu. Setelah ciuman panas mereka tadi siang, Nelson seperti ingin melakukannya lagi. Nelson begitu candu dengan bibir Kiara yang lembut itu.

Bibir mereka saling bertaut untuk benerapa waktu. Hingga membuat Kiara yang awalnya menolak ciuman itu, kini menikmatinya. Ada gelenyar rasa di dalam tubuhnya yang belum pernah ia rasakan. Ini adalah kali kedua mereka berciuman semesra itu. Biasanya Nelson hanya mencium pipi dan juga keningnya. 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status