Share

Bab 3

Nelson tersenyum kala kedua orang tuanya tiba di kediamannya. Ia tak menyangka, orang tuanya tersebut akan langsung pulang setelah mendengar dirinya akan melamar seorang gadis. 

Nelson menyambut kedatangan orang tuanya dan tak lupa memberikan pelukan hangat kepada mereka. Orang tuanya selalu sibuk dengan urusan bisnis. Bahkan hampir tidak pernah pulang karena selalu melakukan perjalanan bisnis. 

Nelson pun tak memusingkan hal itu. Ia sudah dewasa dan akan menemui kedua orang tuanya jika ia merindukannya. Menjadi seorang direktur di perusahaan besar membuat Nelson sangat sibuk. Bahkan, sebelum Nelson mengenal Kiara, ia termasuk orang yang gila dengan pekerjaannya. 

"Ma, Pa, ayo kita berangkat. Aku takut kita terlambat," ucap Nelson penuh semangat. Ia bahkan tak memberi waktu sejenak untuk kedua orang tuanya beristirahat. Pikirannya dipenuhi oleh gadis itu. 

"Astaga, lihatlah anak kita, Pa. Bahkan dia tidak membiarkan kita beristirahat sejenak!" Keluh Eliza pada Thomas, suaminya. 

"Nelson, kenapa buru-buru sekali? Kita bahkan baru saja tiba di rumahmu," sahut Thomas. Namun Nelson seraya tak mendengar keluhan mereka. Ia mendorong pelan kedua orang tuanya agar segera memasuki mobilnya. 

"Istirahat di mobil sama saja, Pa, Ma," balas Nelson. Thomas dan Eliza hanya menggelengkan kepalanya. Ia merasa lucu melihat tingkah laku putranya tersebut. 

"Kau lihat, putramu ini hanya mementingkan gadis itu. Aku jadi penasaran, Pa. Gadis seperti apa sih yang sudah membuat Nelson kita bertekuk lutut," Keluh Eliza. Ia menatap Nelson yang saat ini duduk di kursi samping kemudi. 

"Sudahlah, kita akan tahu begitu sampai di rumah gadis itu," balas Thomas. Meski ia juga penasaran, namun Thomas tak banyak bertanya seperti istrinya. Ia memilih untuk diam dan melihat sendiri gadis seperti apa calon menantunya tersebut. 

Beberapa menit kemudian, mobil mereka memasuki halaman kediaman Tuan Wilson Aditama. Jantung Nelson langsung berdegub kencang karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan sang kekasih yang tak lain adalah Kiara. 

Kedatangan mereka rupanya sudah disambut oleh Wilson Aditama dan istrinya, Jenita. Mereka melebarkan senyumnya kala mobil Nelson berhenti di depan teras rumahnya. Nelson dan yang lainnya segera turun dari mobilnya. Wilson memberikan sambutan hangat kepada calon besan dan calon menantunya tersebut. 

Wilson dan Jenita tak percaya jika putri semata wayangnya akan dipinang oleh lelaki secepat itu. Mereka tidak mengetahui hubungan antara Kiara dan Nelson. Saat Nelson bertemu dengan ayah Kiara dan mengutarakan maksudnya, tentu saja Wilson menyambutnya dengan tangan terbuka. 

Wilson tak pernah menyangka jika Nelson akan tertarik pada putrinya itu. Alasan Wilson menerima Nelson adalah karena pria itu merupakan pria yang luar biasa. Ia yakin jika putrinya hidup bersama dengan Nelson, kehidupan Kiara akan terjamin. Siapa yang tidak ingin memiliki menantu hebat seperti Nelson? Pria itu sungguh luar biasa. 

"Selamat malam, Om dan Tante," ucap Nelson sambil menjabat tangan mereka secara bergantian. 

"Malam juga. Mari, masuk." Ajak Wilson. 

"Pa, ternyata putra kita menyukai putri dari keluarga Aditama," bisik Eliza setelah bersalaman dengan Wilson dan Jenita. Bagi Eliza dan Thomas, mereka sudah tak asing lagi dengan keluarga Aditama. Sama-sama bergerak di bidang bisnis, membuat mereka saling mengenal satu sama lain. 

"Waahh, kalau saya tahu yang akan dilamar Nelson adalah Kiara, pasti saya akan mempersiapkan segalanya dengan lebih meriah lagi," ucap Eliza antusias pada Jenita. Jenita tertawa kecil. 

"Yang terpenting kan niatnya, Jeng," sahut Jenita. Sebenarnya Jenita juga ingin melakukan hal yang sama, namun semua itu adalah permintaan dari Nelson. Ia tidak ingin Kiara terbebani jika sekarang dirinya melamar sang kekasih. Apalagi status Kiara yang masih sekolah, ia tidak ingin dunia heboh karena lamarannya tersebut. 

Kini mereka duduk di ruang keluarga. Meski sederhana, Jenita mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Apalagi tamu yang hadir malam ini akan melamar putrinya. Meski hanya dihadiri oleh keluarga inti, mereka nampak bahagia dan tak sabar untuk segera berbesanan. 

"Silakan dinikmati. Maaf, hanya seadanya saja," ucap Jenita mempersilakan mereka untuk menikmati hidangan yang telah ia siapkan. Jenita lalu memanggil salah satu asisten rumah tangganya untuk memanggil Kiara. 

Beberapa saat kemudian, Kiara menuruni tangga didampingi oleh Mbak Lala. Karena kamarnya terletak di lantai dua. Begitu sampai di ruang keluarga, Kiara terkejut dan mematung diposisinya. 

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Nelson ada di sini?" batin Kiara. 

"Sayang, sini! Ayo salaman dengan calon suami dan calon mertuamu dulu," ucap Jenita. Ia berdiri lalu melangkah mendekati putrinya. Jenita pikir Nelson dan Kiara tak saling mengenal. Oleh karena itu, ia sengaja memperkenalkan mereka lebih dulu. 

"Apa? Calon suami dan calon mertua?" batin Kiara lagi. Ia menatap Nelson dan beralih menatap Mamanya. Nelson hanya memandangnya sekilas. Ia tahu gadis itu akan terkejut melihat kedatangan dirinya. 

Namun, Kiara tetap melangkah dan menyalami kedua orang tua Nelson. Terakhir, ia menjabat tangan Nelson. Ia menatap tajam ke arah Nelson. Namun pria itu hanya tersenyum. Lalu Kiara duduk di samping Jenita, tepatnya di depan Nelson. 

Mereka berbincang sambil menikmati hidangan ringan agar tidak terlalu tegang. Sedangkan Kiara hanya terdiam saja. Ia belum sepenuhnya paham dengan situasi saat ini. Kiara memilih menyibukkan diri dengan makanan ringan yang ada di depannya itu. Ia bahkan tak menatap ke arah Nelson. 

"Langsung saja ya, Tuan Wilson, karena putra kami begitu menyukai putri Tuan Wilson, maka kami ingin melamar Kiara untuk menjadi istri Nelson," ucap Eliza tanpa basa-basi. Karena sebelumnya mereka sudah saling mengenal, jadi tidak perlu lagi perkenalan diri. 

"Uhuk, uhuk." Seketika Kiara tersedak. Lalu ia segera mengambil minuman yang telah Nelson sodorkan padanya. 

"Hati-hati, sayang," ucap Jenita. Ia tak menyadari jika putrinya itu begitu terkejut. Kiara pun mengangguk. Kini ia menatap Nelson untuk meminta penjelasan. 

"Saya dan istri setuju dan menerima lamaran dari Tuan Thomas dan Nyonya Eliza. Siapa sih yang tidak ingin memiliki besan seperti kalian? Hehe," ucap Wilson dengan senang. Kedua orang tua Nelson pun ikut tersenyum lega. 

Kini Kiara berganti menatap Papanya. Ia tak percaya jika Papanya setuju semudah itu. Meski Kiara mencintai Nelson, menikah di usia dini bukanlah impiannya. 

"Tapi, Tuan, apakah kalian ingin melangsungkan pernikahan secepat ini? Kiara kan masih sekolah, saya takut itu akan mengganggu konsentrasi belajarnya." Meski ia setuju dan menerima lamaran dari keluarga Kalandra, ia juga tidak ingin pendidikan putrinya terganggu. Apalagi Kiara yang masih kecil dan tingkahnya yang belum dewasa. Wilson takut keluarga Kalandra malu jika memiliki menantu seperti Kiara. Kiara pun bernapas lega, setidaknya Papanya masih memikirkan masa depannya. 

"Saya bisa menjamin tidak akan menggangu pendidikan Kiara, Om. Saya hanya takut jika saya tidak segera menikahinya, maka laki-laki lain akan mendahului saya," ucap Nelson sambil menatap tajam ke arah Kiara. Kiara menelan salivanya dengan kasar. Ia tahu ke mana arah pembicaraan Nelson. Karena sebelumnya pria itu telah memergokinya jalan dengan pria lain. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status