Share

MENCARI JEJAKMU

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 21:58:11

Nicholas Dante Benedict. Si empunya nama membubuhkan tanda tangannya di lembaran kertas yang berisi surat kontrak antara perusahaannya dengan pihak ketiga. Sorot matanya yang tajam dan dingin, membuat siapapun yang menatapnya akan bergidik ngeri. Di atas mata elang itu, ada alis tebal yang selalu berkerut setiap saat ia membuka mulut.

  "Terimakasih, Pak."

  Sekretaris andalannya, Geri, membungkuk sopan ketika Nick --begitu pria itu biasa dipanggil, usai menandatangani berkas-berkas penting itu.

  Dengan bolpoin yang masih dalam posisi berdiri, Nicholas lantas melirik sekretarisnya. Geri, sontak menundukkan kepala ketika tatapan mereka bertemu selama beberapa detik.

  "Apa kau belum menemukannya, Ger?" tanya Nick penasaran. "Sudah tiga minggu dan kalian belum memberiku update informasi apapun!"

  "Ma-maaf, Pak. Butuh waktu cukup lama untuk mendapat salinan CCTV di hotel itu."

  "Apa susahnya membayar mereka dengan uang lebih!?"

  "Masalahnya, hotel itu milik calon mertua anda, Pak. Mereka pasti akan curiga jika kita tiba-tiba meminta salinan CCTV di malam pesta itu diadakan."

  "Katakan saja aku kehilangan sesuatu di malam itu."

  "Tapi mereka pasti akan ikut mengecek CCTV-nya, Pak. Apa anda yakin?"

  Nicholas terdiam untuk beberapa detik. Sudah beberapa minggu ini hari-harinya berubah buruk setelah gadis bermata hazel itu menghilang. Setelah melalui malam panjang nan panas, seenaknya saja gadis itu pergi tanpa pamit.

  "Cepat temukan gadis itu apapun resikonya. Aku ingin dia ditemukan sebelum acara makan malam dengan keluarga Pratama minggu depan!"

  "Baik, Pak."

  Kepergian Geri dari ruangannya, lantas membuat Nick kembali berpikir tentang gadis misterius beraroma strawberry itu. Bukan tanpa alasan Nicholas memaksa untuk mencarinya, ia hanya merasa terhina setelah ditinggal begitu saja, seusai malam panas itu berhasil memuaskan keduanya. Nick ingin tahu, apa alasan perempuan itu merayunya lantas membuangnya seperti sampah tak berguna. Bukankah mereka melalui malam indah itu tanpa ada paksaan? Bahkan, Nicholas baru pertama kali merasakan nikmatnya tidur dengan seorang perawan!

  "Aku bersumpah akan menemukanmu dan membuatmu bertekuk lutut, Nona."

  Dengan tatapan tajam ke arah jendela, Nick mencium syal yang ditinggalkan oleh gadis itu di kamar hotel. Mungkin lebih tepatnya ketinggalan, karena Nick menemukan syal ini di bawah bantal.

  Dua hari berikutnya, sebuah pesan dari Geri yang masuk ke ponsel Nicholas, lantas membuat pria berusia 29 tahun tersebut menyeringai puas. Geri berhasil mendapat identitas gadis itu dan berkasnya sudah disiapkan di meja kantor.

  "Apa hari ini kamu sibuk, Nick?"

  Nicholas tersentak dan buru-buru meletakkan ponselnya di meja. Ia mengawasi daddy-nya, Ettan, dengan gugup.

  "Ya, Dad? Maaf, barusan aku sedang fokus membaca pesan dari Geri." Nick beralasan sembari menunjuk layar ponselnya yang masih menyala.

  "Apa hari ini kamu sibuk? Keluarga Pratama memajukan jadwal makan malam menjadi hari ini."

  Deg. Tetiba Nick merasa jantungnya berhenti berdegup saat sang daddy menyebut nama 'Pratama'. Ya, mereka adalah keluarga yang akan menjadi besan keluarga Benedict.

  "Lihat nanti. Aku belum tahu jadwalku hari ini," jawab Nick dengan malas.

Ia buru-buru menyelesaikan sarapannya karena ingin cepat sampai di kantor dan membaca data diri gadis beraroma strawberry itu.

  "Jangan sampai terlambat, Nick! Keluarga Pratama akan tiba jam delapan."

  "Oke," sahut Nick lagi seraya bangkit dari kursinya dan bersiap untuk pergi. "Sampai jumpa nanti malam, Dad!"

Eliza Ananda Pratama. Usia 18 tahun. Putri sulung keluarga Pratama.

Data diri berserta selembar foto gadis itu dan beberapa potongan foto CCTV yang telah didapatkan oleh Geri, membuat napas Nicholas seketika terasa sesak. Ia memandangi foto gadis itu cukup lama, sebelum kemudian Nicholas melemparkan foto itu dengan geram hingga terserak di lantai.

"Apa kau yakin dengan data ini, Geri!?"

"Sangat yakin, Pak. Di malam pesta itu berlangsung, memang ada tamu yang hadir membawa undangan milik keluarga Pratama dan saya pun sudah mengeceknya. Jadi, bisa disimpulkan seratus persen jika gadis yang anda cari adalah calon istri anda sendiri."

"Brengsek!" Nicholas mengumpat dengan kesal. "Tapi, gadis itu tidak tampak seperti gadis ingusan, Ger! Dia terlihat dewasa dan ..." Suara Nick mendadak tercekat di kerongkongan, dan apa? Apa yang hendak ia katakan? Bahwa gadis itu sangat lihai dan liar di atas ranjang?

"Apa kau yakin keluarga Pratama tidak punya anak selain dia?" Nickholas kembali melayangkan tatapan mautnya pada sang asisten.

"Ada, Pak. Tapi sayangnya nona Eliza adalah putri sulung, dan adiknya masih kelas satu SMA, lebih kecil dari nona Eliza," terang Geri dengan sangat detail dan lugas.

Denyut di kepala Nicholas mulai terasa menyiksa. Ia meneguk segelas air yang tersedia di mejanya hingga tandas dan memandangi foto gadis itu, yang berserak di lantai.

"Dia yang memulai permainan ini. Jadi mari kita lihat, selihai apa dia menjadi pemeran utamanya." Nick menyeringai sinis dengan tatapan yang masih tertuju pada foto gadis bernama Eliza itu.

Bila tadinya Nicholas tak bersemangat untuk datang ke acara makan malam bersama keluarga Pratama, kini ia justru tak sabar ingin segera bertemu mereka semua. Nick ingin tahu, apa alasan gadis itu menggodanya malam itu? Mungkinkah Nicholas sengaja dijebak agar tidak bisa menolak perjodohan mereka?

"Pending semua meeting hari ini, Ger. Aku harus pergi sebelum jam delapan malam."

"Baik, Pak."

Dijodohkan dengan putri keluarga Pratama yang memiliki banyak hotel mewah, tentu menjadi upaya penyatuan kerajaan bisnis yang dimiliki oleh kedua orang tua masing-masing. Ettan Sergio Benedict, daddy Nicholas, sudah menjodohkan putra sulungnya itu sejak putranya masih kecil. Ia tak peduli meskipun putri sulung Andreas Pratama masih bayi kala itu, yang ia pikirkan hanyalah bisnisnya tak boleh anjlok hanya karena anak-anaknya salah memilih pasangan.

Selisih usia yang cukup jauh antara Nick dan calon istrinya, tentu saja membuat Nicholas membenci keputusan orang tuanya yang egois. Tadinya, Nick menolak mentah-mentah rencana perjodohan itu dan tidak mau menikah dengan bocil. Namun, Ettan memiliki ide brilian yang akhirnya membuat Nicholas menyerah dan menerima pernikahan bisnis itu.

Nick yang ambisius, terobsesi untuk menjadi CEO di perusahaan otomotif keluarganya. Ia tak mau perusahaan yang dirintis oleh kakek buyutnya itu jatuh ke tangan adik tirinya, Ricky Martin Benedict. Dan keinginan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Ettan, salah satu syarat menjadi CEO adalah setuju untuk dijodohkan dengan putri sulung keluarga Pratama.

Bagai terkena tulah atas penolakannya, Nick justru tidur dan menikmati malam panas bersama gadis yang mati-matian ia tolak. Nick bahkan menyukai gadis itu sebelum ia tahu namanya, suatu kebodohan yang hakiki dari pria yang tadinya sangat membenci bocil SMA itu.

Sebelum pukul tujuh, Nicholas sudah berada di restoran di mana ia tengah menunggu kedatangan keluarga Pratama. Ettan dan Ricky juga berada di meja yang sama, menunggu calon besan mereka.

"Papa tidak bisa berlama-lama, Nick. Jam sembilan Papa harus terbang ke Italia karena ada acara di rumah nenekmu." Ettan berbisik pada putranya yang nampak sangat santai menunggu calon istrinya.

Sambil mengangguk, Nicholas tiada henti menatap pintu kokoh yang belum jua terbuka itu. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya dan menghela napas berat.

"Oh, itu mereka datang!"

***************

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kecil Tuan CEO   WANITA DARI MASA LALU

    “Nicky?”Suara perempuan. Ringan. Nyaring. Dan... akrab.Eliza memutar kepala. Detak jantungnya langsung berubah ritmenya. Di sana, berdiri seorang perempuan cantik dengan balutan gaun sederhana berwarna hijau zaitun. Rambutnya sebahu, bibirnya tersenyum—tapi mata itu berbinar tajam, penuh kejutan yang tak bisa disembunyikan."Oh, hai, Lidya." Nicholas mengangguk dan menurunkan pandangannya yang sempat terpaku pada sosok wanita itu."Ini ... istrimu?" “Ya. Dia Eliza,” sahut Nick pelan, bahkan cenderung kaku. “Liza, ini... Lidya.”Dada Eliza terasa dicekik sesaat. Nama itu. Wajah itu. Tatapan itu.Tepat. Dia perempuan yang duduk satu meja dengan Nicholas siang itu di restoran. Perempuan yang membuat Anne menaruh curiga. Perempuan yang membuat Nicholas berbohong.Lidya menatap Eliza. Matanya sempat turun ke arah perut Eliza yang terlihat membulat di balik dress longgar berwarna krem.“Oh, kamu hamil?” ucap Lidya pelan, nyaris tak percaya. “Wow, selamat ya!”“Terima kasih,” jawab Eliza

  • Istri Kecil Tuan CEO   DARI SANA SEMUA BERMULA

    Nicholas tak pernah menyangka sebuah gulungan banner yang jatuh bisa menjadi awal dari sesuatu yang terus tinggal dalam memorinya bertahun-tahun ke depan.Sore itu, langit kota terlihat kelabu, dan siswa-siswa SMA Kencana perlahan mengosongkan gedung sekolah. Hanya segelintir yang masih bertahan di ruang kelas, OSIS, dan tentu saja—perpustakaan.Itu tempat favorit Nicholas. Sunyi, tenang, tidak ada yang memperhatikan. Ia menyukai aroma kertas tua, denting jam dinding, dan bunyi samar halaman-halaman buku yang dibalik. Bagi Nicholas, perpustakaan adalah tempat yang tidak menuntutnya untuk bicara.Sampai akhirnya, hari itu…Sebuah banner besar tiba-tiba jatuh dari atas pintu saat ia hendak masuk. Nicholas reflek menunduk. Gulungan kain itu menyentuh sepatunya. Ia menatap ke dalam ruangan dan melihat seorang siswi berdiri di atas meja dengan selotip dan senyum kikuk.Rambutnya panjang dan dikuncir tinggi. Wajahnya sedikit berkeringat tapi tetap cerah. Ia menatap Nicholas dengan tatapan m

  • Istri Kecil Tuan CEO   PULIH BERSAMA WAKTU

    Sarapan pagi itu seperti biasanya—hening, tapi tidak setegang minggu-minggu lalu.Eliza duduk di sisi meja, mengaduk teh jahe hangat tanpa benar-benar berniat meminumnya. Nicholas di seberangnya, membaca sesuatu di layar tablet sambil sesekali menyuap potongan roti panggang. Tidak ada yang berbicara lebih dari tiga kalimat dalam satu waktu. Tidak ada topik besar. Tidak juga ada pertengkaran. Dan bagi mereka berdua, itu sudah cukup baik.Setelah menyelesaikan sarapannya, Nick bangkit lebih dulu. Ia membereskan piringnya sendiri, lalu menghampiri Eliza sebentar.“Saya ke kantor dulu,” ucapnya singkat, suaranya datar tapi tidak dingin.Eliza hanya mengangguk pelan, “Hati-hati.”Nicholas menoleh sebentar, lalu pergi. Tak ada kontak mata. Tapi saat ia sudah keluar dari pintu, Eliza diam-diam menatap punggungnya… cukup lama.---Hari itu, di kantor, Nicholas sibuk seperti biasa. Tapi sekitar pukul tiga sore, ponselnya bergetar. Pesan masuk dari Anita.[Nick, maaf. Mama nggak bisa temenin El

  • Istri Kecil Tuan CEO   SALING MENEMANI DALAM DIAM

    Nick menunduk di atas piringnya, mencoba mengunyah perlahan walau tak ada rasa apa-apa di lidahnya. Malam terasa hampa, seperti malam-malam sebelumnya sejak Eliza memilih diam di balik pintu dan Nick hanya bisa menunggu di luar tanpa kepastian.Bunyi langkah kaki di tangga mengusik keheningan yang menyiksa. Sebuah langkah ringan tapi ragu, seperti seseorang yang tengah menimbang-nimbang apakah ini keputusan yang benar. Nicholas langsung menoleh.Eliza.Ia memakai baju tidur sederhana berwarna biru muda. Rambutnya digerai, wajahnya polos tanpa riasan, dan mata itu… mata yang dulu sering menatapnya dengan marah atau bingung, kini menatapnya dengan tenang. Bukan tanpa luka—tapi juga bukan tanpa harapan.Nick refleks berdiri dari kursinya. “Saya… saya akan pergi,” katanya buru-buru, menghindari tatapan itu karena takut membuat Eliza merasa tidak nyaman.“Tetap di situ.”Suara Eliza terdengar pelan tapi mantap.Seketika Nicholas terdiam, setengah membeku. Perlahan, ia menoleh dan menemukan

  • Istri Kecil Tuan CEO   SATU RUMAH, DUA DUNIA

    Langit Jakarta berawan pekat ketika Nicholas mengangkat ponselnya dan menekan nomor Ettan. Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Mungkin karena jendela rumah besar itu tak lagi terbuka seperti biasa. Mungkin juga karena Eliza belum keluar dari kamarnya sejak hari itu."Ya?" suara Ettan terdengar tegas di ujung sana."Dad, aku ingin minta ijin." Suara Nicholas pelan, hampir tak terdengar."Kenapa tidak masuk kantor? Kamu CEO sekarang, Nicholas. Kamu tahu tanggung jawabmu.""Aku tahu." Nick menghela napas. "Tapi aku... perlu waktu. Untuk menyelesaikan sesuatu di rumah."Hening.Ettan mendesah. "Apa ini soal Eliza?"Nicholas tak menjawab. Tapi keheningan itu cukup sebagai konfirmasi."Baik. Tapi kamu tetap harus pegang kendali. Geri bisa bantu pantau dari kantor. Aku akan tetap cek laporan tiap sore.""Terima kasih, Dad."Telepon terputus. Nicholas menyandarkan kepala ke dinding kamarnya, menatap langit-langit kosong seolah berharap ada petunjuk tentang bagaimana caranya mem

  • Istri Kecil Tuan CEO   TERAPI PROFESIONAL

    Eliza duduk di ujung sofa di kamarnya, tubuhnya kaku, kedua tangannya menggenggam ujung bantal kecil yang disediakan di pangkuannya. Cahaya sore menyelinap masuk dari sela tirai jendela, membentuk bayangan lembut di lantai. Di seberangnya, Dr. Meira duduk dengan sikap santai namun penuh perhatian, mengenakan kemeja putih dan celana kain abu. Wajahnya ramah, tidak menghakimi.“Terima kasih sudah mau bicara, Eliza,” sapa Dr. Meira lembut.Eliza mengangguk pelan. “Saya... nggak tahu harus mulai dari mana.”“Tidak apa-apa. Di sini, tidak ada yang memaksa. Kamu boleh diam. Atau menangis. Atau marah. Kita mulai dari apa pun yang kamu mau.”Eliza menggigit bibirnya. Matanya mulai berkaca-kaca bahkan sebelum satu kalimat keluar.“Saya... takut,” bisiknya. “Saya nggak tahu kenapa saya bisa begini. Semalam... saya merasa tubuh saya dicuri lagi. Sama seperti waktu itu.”Air matanya menetes. “Saya pikir, pernikahan bisa jadi tempat aman saya. Tapi ternyata...”Dr. Meira mengambil selembar tisu d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status