Share

Bab.02 Salah faham berujung pernikahan

Malam itu juga, keduanya dinikahkan paksa oleh kepala desa dan aparat keamanan yang menjaga keamanan Desa tersebut. Air tidak bisa menghubungi kakaknya karena ponselnya rusak, sementara Bara sendiri tidak bisa berbuat banyak sebab semua barang barang miliknya mereka sita.

Dengan penuh kebencian Bara menatap Air, gadis pembawa mala petaka bagi hidupnya. Bagaimana mungkin dia menikahi seseorang yang tidak dia kenal dengan cara seperti ini.

Merasa puas dengan apa yang terjadi dan tanggung jawab Bara sudah terlaksana. Satu persatu warga mulai meninggalkan tempat itu, mereka kembali ke tempat masing masing dengan terus membicarakan hal tersebut tanpa henti pada orang orang yang mereka temui hingga berita itu menjadi ramai.

Sampai pada akhirnya ditempat itu kini hanya ada kepala desa dan aparat keamanan desa, Air dan juga Bara. Keduanya tampak diam dan kecewa dengan sikap semua orang perkampungan itu.

"Cara kalian benar benar kampungan. Tidak mendengarkan sedikitpun penjelasanku!"

"Sudahlah, semua urusan sudah selesai. Kalian bisa pergi dengan damai dan kami warga di sini menjadi tenang." jawab aparatur desa.

Tak berselang lama, sebuah mobil berhenti tepat di depan tempat itu. Seorang pria keluar dengan wajah tegang dan rahang yang keras, dia langsung merangsek masuk di susul oleh seorang wanita bermata teduh. Kakak dari Air datang, entah mendapat kabar dari mana yang pasti Biru sangatlah marah.

"Ada apa ini?" Biru menatap satu persatu orang di dalam ruangan dan berakhir pada sang adik. Wajah muram Air sedikit berubah saat melihat kakak kesayangannya. Dia bangkit dari tempat duduknya setelah melihat kakak dan kakak iparnya datang. Pria yang tidak akan tinggal diam dan pasti akan membelanya itu.

Melihatnya saja, Air merasa lega. Gadis itu langsung bangkit dan menghampirinya.

"Kak Biru?" teriaknya seraya memeluk kakaknya itu, dia menangis sejadinya dipelukan Biru. Kesedihan yang tidak lagi bisa dibendung atas kesialan yang terjadi hari ini. "Kak ...! Aku ... Aku ... tolong aku Kak!"

"Anda saudara dari nona ini?" seru kepala Desa yang langsung menghampirinya.

"Katakan ada apa? Kenapa dengan adikku?"

Kepala Desa menceritakan apa yang terjadi pada mereka berdua dan juga pernikahan paksa yang baru saja di laksanakan. Biru yang sejak tadi diam saja hanya mampu menahan kemarahannya dan tampak serius menatap keduanya.

"Apa ... Air apa itu benar? Kau....?" sentak Biru dengan dua tangan mencengkram kedua pundak Air.

"Sayang ... Kita dengarkan penjelasan dari Air dulu ya." Cegah wanita berwajah tenang disampingnya, ia menahan lengan Biru yang tampak menguat tajam.

"Apa lagi yang harus di dengarkan? Semua sudah jelas. Bukankah begitu Air?" tatapan Biru sangat menakutkan, bak ujung tombak yang runcing yang langsung mengusuk jantungnya.

Namun semua sudah terlambat, Air dan Bara sudah dinikahkan sekalipun tidak ada satu pun keluarga masing masing dipanggil.

"Kakak sangat kecewa padamu Air! Kamu tidak bisa menjaga harkat dan martabatmu sendiri!"

"Kak ... Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu, semua ini gak bener ... Sumpah demi apapun!"

"Kepercayaanku padamu sudah kamu rusak Air!"

"Kak ... Apa Kakak gak percaya sama aku?" Air mundur dua langkah kebelakang, tatapannya tertuju pada Biru. "Kakak sama sekali gak percaya sama aku? Sama kayak mereka?"

Biru menatap sang adik dengan tajam, kedua bola mata menghujam penuh amarah. "Apa yang harus aku percaya lagi Air, semua ini ...?"

Air menggigit bibirnya sendiri, tanpa terasa bulir bening turun begitu saja melihat seseorang yang dia fikir akan membelanya justru tidak memberikan kesempatan sedikitpun padanya.

"Sekarang kau ikut kakak pulang. Kakak akan mengirimmu kembali keluar negeri, kau pulang saja dan tidak usah tinggal lagi denganku di sini!"

"Air gak mau! Air gak mau pulang!"

Biru menyeret lengan Air dengan keras, pria yang tengah dipengaruhi kemarahan itu tidak peduli tangisan dan teriakan Air. Begitu juga dengan suara sang istri yang mencegahnya berbuat kasar.

"Lepas. Air gak mau pulang kalau kak Biru saja gak percaya sama kayak mereka di sini!"

Bara yang hanya bisa diam tidak mampu berbuat banyak, dia justru tersenyum puas melihat drama keluarga itu, tidak ada belas kasihan lagi untuknya.

"Sekarang kau rasakan apa yang aku rasakan tadi." cicitnya pelan dengan wajah sulit diartikan.

Bukan tidak kasihan, namun Bara tidak ingin terlibat lagi apa apa dengan gadis kecil yang bahkan tidak dia kenal sampai ucapan Air mengagetkannya.

"Ya ... Semua yang kalian duga itu bener, aku dan dia ... Kami melakukan hal yang kalian dan kak Biru tuduhkan. Kami memang melakukannya!"

"Air!!" Teriak Biru.

Plak!

Biru melayangkan tamparan keras pada adik satu satunya itu, dia semakin marah karena keterus terangan Air.

"Lancang sekali. Apa kau kesetanan sampai melakukan hal itu. Hah? Apa kau mau membuat Mommy dan Daddy malu?" Biru marah, jemarinya mengepal kuat dengan urat urat yang kini menegang keras.

Tatapan matanya kini beralih pada Bara yang terhenyak kaget, dia tidak menyangka jika Air bicara seperti itu.

"Dan kau!" tunjuk Biru, "Kau manusia biadab!"

Dengan satu helaan nafas, Biru menghampirinya dan langsung menerjangnya, dia memukul Bara hingga berkali kali. Entah berapa kali Bara mendapatkankan hadiah pukulan dari pria itu, yang jelas Bara tidak di beri kesempatan membalas atau hanya sekedar bicara.

Air tidak kuasa lagi menahan kecewa karena sang kakak yang sama sekali tidak percaya pada ucapannya, terlebih ia justru membuat hatinya terluka.

"Kak Biru. Lepasin dia! Walau bagaimanapun dia sekarang suami Air. Kak Biru gak berhak marah sama dia! Dan aku gak mau pulang!" ucapnya tanpa fikir panjang, terlalu kecewa pada situasi yang merugikannya itu.

Tubuh Biru berhenti begitu saja, bak terpaku dengan sendirinya pada lantai yang dia pijak. Dia menatap ke arah Air yang lebih memilih pria lain dibanding dirinya yang sudah jelas kakaknya sendiri. Gadis kecil yang kerap membuat hari harinya berwarna kini telah berubah.

"Air?" lirihnya.

Air sudah tidak peduli pada Biru, dia menarik lengan Bara dan membantunya bangun dengan menahan air mata yang semakin bergelayut dimatanya.

"Ayo kita pergi dari sini!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status