Home / Romansa / Istri Kecil Tuan Guru / Bab.04 Ikut ikutan berbohong

Share

Bab.04 Ikut ikutan berbohong

Author: Cottonbud
last update Last Updated: 2023-09-21 11:38:25

"Sudah aku bilang jangan memanggilku dengan sebutan itu!"

"Ya itu karena umur kita udah pasti beda jauh, memangnya mau disebut apa?" Air memejamkan kedua matanya.

Bara mendengus, menatapnya sekilas lalu membuang wajah kearah lain. Kesal, marah, dan sudah pasti kaget bercampur jadi satu. Tapi lagi lagi rasa iba yang mengungguli semuanya.

"Astaga ... Bagaimana kalau orang orang tahu, atau berita ini menjadi viral. Mau ku taruh dimana wajahku ini! Arrrghh ...! Ini semua gara gara Kamu!"

Air sudah tidak peduli lagi dengan semua perkataan Bara yang menyudutkan dan menyalahkan dirinya atas semua yang telah terjadi. Dia hanya diam saja memperhatikan ruas jalan dengan fikiran yang melanglang buana kemana mana. Sementara Bara harus memutar otaknya, kemana ia akan membawa Air. Sampai akhirnya ia memutuskan membawanya ketempat yang dirasa paling aman untuk sementara waktu.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah yang terlihat asri, nuansa warna putih mendominasi dinding dan tamanan yang hijau dan tentunya terawat dengan baik. Air menatap rumah sederhana itu dengan tatapan tidak percaya.

"Ini rumah Om? Kecil banget,"

Bara berdecak, seraya membuka pintu mobil dan keluar. " Kamu fikir? Turun ... atau terserahlah!"

Air bak seekor anak itik yang mengikuti induknya, dia turun setelah Bara berjalan memasuki halaman, ada pintu pagar setinggi lututnya, pria itu membukanya kasar hingga terdengar deritan kayu. Entah apa yang ada difikirannya saat ini, yang pasti ia tengah mencari alasan yang paling masuk akal untuk berbohong.

"Bara? Tumben sekali kamu pulang di hari kerja?"

Suara wanita dari balik pagar mengagetkan keduanya. Wanita yang memegang selang penyiram tanaman justru keluar dari samping rumah yang langsung dia lemparkan begitu saja saat melihat wajah anak sulungnya babak belur.

"Astaga ... apa yang terjadi Nak?" serunya dengan berhambur menghampiri Bara dan menelengkup wajah Bara. "Kenapa wajahmu ini?"

"Arrrghh ...! Sakit Bu!"

"Siapa yang melakukan hal sejahat ini? Kita ke dokter ... Tidak ... tidak ....kita ke kantor polisi!"

"Bu ... Aku tidak apa apa! Ini hanya luka kecil saja."

"Astaga ... Kau ini, bagaimana ini terjadi?" Tanya ibunya lagi, dia belum sadar jika disamping Bara ada seorang gadis yang tersenyum kecil.

"Halo ibu mer___" sela Air yang langsung mengatupkan bibirnya saat melihat tatapan tajam Bara.

Barulah Ibu paruh baya itu sadar ada seseorang diantara mereka. Dia menatapnya lekat lekat dengan tangan yang masih menempel diwajah anaknya.

"Kamu siapa Nak? Bara ... Apa yang terjadi ... siapa dia?"

Bara terdiam, dia baru saja sadar jika dia belum menemukan alasan yang pas akan siapa dan kenapa membawa Air pulang kerumah ibunya.

"Dia ... Dia ....!"

"Aku Air ...!" tiba tiba Air mengulurkan tangannya padanya. "Aku ... Aku?"

Tapi dia juga tidak bisa meneruskan ucapannya.

"Dia keponakan temanku Bu. Dia dititipkan padaku selama temanku itu pelatihan di luar negeri." kata Bara dengan cepat, seakan takut Air mengatakan hal yang tidak tidak.

"Hah?"

Bukan hanya sang ibu yang kaget mendengarnya, Air pun tersenyum kecut dengan mimik wajah kaget karena pengakuan Bara yang diluar dugaan. Alih alih mengatakan hal sebenarnya dan berharap satu orang yang percaya, Bara justru berbohong pada ibunya sendiri.

"Jadi aku membawanya kemari untuk tinggal sama ibu. Aku tidak mungkin kan membawanya pulang ke tempatku Bu?" jelasnya lagi dengan menarik tangan sang ibu dan membawanya masuk.

Ibunya tentu saja mengangguk anggukan kepalanya seraya berjalan, begitu juga Air yang otomatis ikut masuk di belakangnya.

"Ya tentu saja Bara. Masa iya kamu mau tinggal berduaan, apa kata orang orang nanti. Nanti dikira macam macam lagi. Ya sudah ayo masuk Nak. Siapa namamu? Kau juga luka luka. Apa kalian habis di grebek warga? kenapa sampai luka luka begini?" tanyanya dengan menoleh ke belakang.

Langkah Air berhenti, tepat pada saat Bara pun berhenti dan membuat sang Ibu menabrak punggungnya. Dengan meringis kecil ia melirik pada Bara yang kini melotot padanya.

"Enggak kok Bu ... masa iya di grebek warga. Tadi ada sedikit insiden dijalan. Ada babi hutan nyeruduk!"

"Ya ampun ... Babi hutan? Sejak kapan di Jakarta ada babi hutan Bar?"

Air mengangguk geli, bagaimana dia bisa ikut ikutan berbohong. Sementara Bara berdecak pelan dengan alasan paling tidak masuk akal itu. Lalu kembali berjalan masuk tanpa ingin menjelaskan apa apa lagi.

"Ah iya ... Air ... Ah namanya lucu ... Ya sudah, kamu tinggal di sini sampai pamanmu kembali. Ayo Bara, duduk sini, ibu ambil dulu obat obatan di dalam." Wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya masuk seraya terus bicara sendiri "Bagaimana ada babi hutan di jalan yang ramai. apa mereka kabur dari kebun raya? Apa dikebun raya ada babi hutan Ya?"

Bara melirik Air begitupun keduanya. "Untuk sementara waktu kamu tinggal di sini, jangan berbuat ulah apalagi mengatakan hal tidak masuk akal pada Ibuku!"

"Gak masuk akal gimana? Emangnya di sini gak ada babi hutan?"

"Kau fikir disini ada?" Tatapan Bara menyorot, sedikit heran dengan otak sang gadis. "Kau faham yang aku katakan tadi Air?"

Air mengangguk, "Ya ... Aku sekarang ngerti, disini gak ada babi hutan. Kenapa sih orang dewasa banyak bohongnya! Aku kan jadi ikut ikutan bohong juga!"

"Kau!"

"Terus Om sendiri tinggal di mana?"

"Kamu tidak perlu tahu, yang jelas aku tidak tinggal bersamamu di sini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab.35 Takut ketahuan

    Tatapan Zian masih terus menelisik, gadis itu terus berceloteh ngalor ngidul tanpa menyadari jika itu semua hanya membuat sang ayah semakin curiga dengan tingkahnya.Zian merogoh ponsel dan mengetikkan sesuatu dan dikirimnya pada seseorang yang ia percayai, sesuatu yang ia yakini terlewatkan dari setiap laporan yang ia terima setiap hari. Apapun itu. Sikap dan tingkah Air begitu kentara dalam menyembunyikan suatu kebohongan. Mengetahui tingkah polah gadis seusianya bukanlah perkara sulit, dahulu kala ia pernah mengalami masa dimana seorang gadis dengan kenekatan dan tingkah yang sedang liar-liarnya.Masa pubertas yang dialami dan gejolak masa muda yang menjadi lika-liku perjalanan menuju kedewasaan. Ya, Agnia. Sang istri tercinta sekaligus ibu dari dua anaknya hanyalah gadis berusia 17 tahun saat ia nikahi, sosok pemberani dan juga nekat diantara gempuran pergaulan bebas teman sekaligus sahabatnya. Seseorang yang mengobati luka hatinya karena sebuah pengkhianatan yang dilakukan mant

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab. 34 Daddy?

    "Bisa-bisanya tuh orang tua bersikap seenaknya, dia fikir dia siapa coba? Mentang-mentang orang dewasa, dia sendiri yang mutusin buat cerai, masih coba-coba kasih perhatiannya sama gue lagi! Dia fikir gue gak punya perasaan apa ya... walaupun gue bocil, gini-gini juga gue tahu! Dasar... yang labil itu gue apa dia sebenernya!"Air terus menggerutu sepanjang jalan menuju ke arah belakang, ada sebuah benteng yang selama ini menjadi jalan keluar masuk yang dia pakai untuk kabur dari sekolahan, benteng setinggi tiga meter yang dilengkapi kawat-kawat berduri di setiap incinya. Gadis itu melemparkan tas punggungnya melewati benteng tembok tanpa ragu, dan mengulas senyuman saat lemparan nya berhasil diiringi suara tas yang mendarat sempurna. "Dia lupa kalau nama gue adalah Air, gue milih tinggal di indo karena gue gak mau dikekang Momy and Daddy disana! Apalagi kalau harga diri gue di sepelein, sekelas abang gue aja gue hindarin apalagi cuma seorang Bara!" katanya lagi dengan menarik rok p

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab. 33 Gak usah sok peduli

    Mobil hitam bergerak lambat mengikuti kemana gadis itu pergi dengan tas dibelakang punggungnya juga koper kecil yang dia geret setelah memutuskan keluar dari apartemen milik Bara. Bukan ia tidak tahu jika mobil dibelakangnya itu adalah orang suruhan sang kakak, Biru.Tapi ia memang sengaja dan tidak ingin ikut pulang walaupun suruhan kakaknya itu memaksa. "Non... ayo ikut pulang sebelum tuan besar tahu kalau Nona tidak tinggal dirumah.""Bodo amat!" jawab Air saat berjalan keluar tadi. Sampai pria itu memilih terus mengikuti Air hingga ke ujung jalan. "Ngikutin sampe ujung dunia pun gue gak bakal ikut, apalagi pulang ke rumahnya!" dengusnya seraya terus berjalan dengan nafas yang mulai ngos-ngosan. Air memang lelah karena terus berjalanEntah atas perintah Biru atau bukan, mobil itu kini melaju begitu saja dan melewatinya setelah membunyikan klakson dua kali, supir yang melaju juga melongo dari jendela dan mengangguk padanya. "Hati-hati ya Nona Air," katanya. Air Berdecih masa b

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab.32 Ngidam

    "Kenapa kamu tidak ingin melihatku Bara? Kamu tidak senang dengan kehadiran anak ini ...?" Seila berdecak kasar, "Semua pria sama aja," ketusnya. Bara diam, ia tidak ingin meladeninya, apapun perkataan Seila hanya akan memancing kemarahannya saja. Lelah karena terus berargumen, Bara memilih masuk kedalam kamar.Wanita tinggi semampai itu merasa tidak puas, karenanya ia menyusul Bara masuk ke dalam kamar, ditatapnya pria atletis itu kemanapun ia bergerak. Dari arah ranjang, hingga kini membuka lemari pakaian dan mengambil pakaian ganti miliknya."Bara. Aku kan lagi bicara sama Kamu! Kok pergi gitu aja sih,""Sudah aku katakan Seila, lebih baik kau pulang dulu. Aku malas ribut!" katanya dengan membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakannya, melepaskannya lalu menggantinya dengan pakaian santai.Seila menatapnya seraya mengerutkan dahi, setelah Bara melewatinya untuk ke kamar mandi, ia baru saja sadar wajah Bara penuh memar."Wajahmu kenapa lagi?" tanyanya saat Bara keluar dari k

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab.31 Pulanglah Seila

    Bara meninggalkan gedung hotel setelah selesai mengatakan semuanya dan niatnya untuk menceraikan Air pada Biru yang baru diketahui asal usul nya. Benar kata Alan, masa depan Air masih panjang ditambah kenyataan jika keluarganya berasal dari keluarga terpandang yang sudah pasti bisa melakukan apapun yang terbaik. Langkah Bara gontai saat keluar dari pintu lobby, sampai seseorang merentangkan tangan dan menyuruhnya melipir. Beberapa pria berjas hitam terlihat keluar dari mobil, tepat di belakangnya satu mobil yang lebih mewah berhenti. Seorang pria keluar dengan wajahnya yang datar, pria paruh baya yang masih terlihat gagah diusia tuanya melewati Bara begitu saja. Bara sedikit tersentak, pria itu adalah pria yang ia lihat di mesin pencarian. Pria yang memiliki kekayaan yang luar biasa. Ziandra Maheswara. Bara menoleh hanya untuk melihatnya berlalu, sepertinya pria itu memang tidak mengenal Bara. Siapa Bara hingga harus dikenal oleh pria hebat dengan segala kekuasaannya. Bara menghe

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab.30 Keluarga Konglomerat

    Tangan Biru masih merangsek kerahnya, menekannya hingga tenggorokannya hampir tercekat, belum lagi belakang kepala serta punggungnya yang dibenturkan pada tembok. Biru menggeram, dengan rahang kuat dan juga urat urat yang menegang, terlihat berusaha menahan amarahnya sendiri."Kau fikir aku takut padamu? Kau bahkan tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan juga adikmu! Kalau kau mengatakan kau mengawasi nya kau pasti tahu bagaimana hidupnya, bagaimana pendidikannya, dimana dia tinggal, bagaimana selama ini dia menjalani hidupnya, Hm?"Biru terdiam, rahangnya mengeras sedemikian rupa mendengar penuturan Bara. Dia memang menempatkan seseorang untuk mengawasi Air, tapi ia tidak pernah menerima laporan yang membuatnya harus khawatir sampai hari dimana Air bertanya tentang Seila padanya."Dan seperti yang kau katakan. Kenapa kau tidak melakukan apa-apa untuknya kalau kau tahu semuanya. Dimana kau dan keluargamu yang ku fikir kalian mampu melakukan sesuatu di malam itu. Bukan justru pergi

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab.29 Kakak dari Air

    "Ya, aku benar-benar tidak mengenalmu!Kenapa kau melakukan ini pada orang yang tidak kau kenal!" ucap Bara, tidak sedikitpun terlihat ketakutan ataupun resah. Malah dia berusaha untuk melepaskan cekalan pria yang mengapitnya disebelah. "Tutup saja mulutmu dan ikut kami, kau akan tahu saat kita tiba nanti!" kata pria berkaca mata hitam itu. Bara memang tidak mengenalnya, sekeras apapun ia mengingat seseorang itu. "Katakan apa yang terjadi, kalau memang masuk akal. Aku akan ikut tanpa banyak lagi bertanya!" tegas Bara berhasil melepaskan cekalan pria tinggi dan mendorongnya hingga punggungnya membentur belakang jok mobil. "Sudah kubilang kau akan tahu nanti! Jangan bertindak seolah kau tidak memiliki masalah dengan siapapun. Nanti kau menyesal!"Dahi Bara mengkerut, mencoba menelaah apa yang pria itu katakan dan juga apa terjadi padanya saat ini, dia memang tidak punya musuh. Siapapun dan juga dimanapun terkecuali hari dimana ia menolong Air. Kejadian itu nyatanya menjadi masalah di

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab.28 Cepat jelaskan

    "Maksudnya? Om ingin kita bercerai. Begitu?"Tampak jelas keterkejutan diwajahnya, bagaimana tidak. Baru beberapa hari yang lalu hubungan keduanya membaik, mulus bagai jalan tol setelah ciuman malam itu hingga beberapa hari berlalu. Tapi sekarang, Bara mengatakan hal yang tidak terduga setelah kembali bertemu Seila. "Apa yang Om rencanakan? Om sengaja bikin kayak gini. Om mau manfaatin aku?" seru Air dengan tatapan nanar. "Tidak. Aku...!" Bara tampak bingung, wajahnya terlihat lesu dengan luka memar di sebagian titik. "Apa... Jelasin semuanya sama aku, jangan pernah bilang ini bukan urusan aku hanya karena aku masih kecil!" Air mulai kesal sendiri sebab Bara tidak menanggapinya dengan cepat.Bara menghela nafas, pria itu sibuk menatap jalanan karena tidak kuasa melihat kesedihan Air. Dikepalanya kini banyak penjelasan yang ingin dia ungkapkan pada istrinya itu, tapi dirinya saja tengah dilanda bimbang dan tidak tahu harus mengatakan apa padanya. "Cepet jelasin!""Aku harus menikah

  • Istri Kecil Tuan Guru   Bab.27 Mengurus perceraian

    Hubungan keduanya semakin dekat saja, walaupun Air ingin sekali menemui Seila untuk tahu apa yang terjadi di antara mereka, apa Bar benar benar menerima keputusan Seila yang meminta putus dengannya seperti yang terakhir dia dengar, atau hubungan keduanya juga rumit seperti hubungannya diawal-awal.Bara tetap tidak mengatakan apa-apa, saat ditanyapun dia hanya akan menjawab kalau itu bukan urusan anak kecil sepertinya. Dan kesempatan tiba-tiba datang saat Air melihat Seila di sekolah. "Bara, kita harus bicara!""Ya, tapi tidak disini. Seila, pulanglah. Kita bertemu setelah pekerjaanku selesai," Bara meninggalkan Seila begitu saja diruangan guru sementara dia hendak mengajar. "Bara! Kalau kau nekat pergi. Aku gak akan segan-segan untuk...."Bara menoleh ke arah belakang dimana Seila berteriak. Lagi dan lagi, ancaman Seila membuat nya berfikir dua kali dalam melangkah. Bara menghela nafas, dia kembali berjalan masuk ke arah ruangan guru. "Berhenti mengancamku Seila, aku ini manusia da

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status