Share

Bab 5

"Baiklah, ayo menikah!" 

Alvaro membawa Olivia untuk melangsungkan janji suci secara sederhana, lalu ke gedung catatan sipil untuk mengurus akta pernikahan mereka. Olivia hanya menginginkan status pernikahannya untuk Arsen, jadi Alvaro tidak akan membuat pesta meriah. 

"Kemas barangmu di rumah dan bawa ke tempatku. Aku tidak bisa mengantarmu karena ada hal lain yang harus kuurus!" 

Alvaro meninggalkan Olivia di halaman gedung catatan sipil. Membuat Wanita itu menggeram kesal. Baru kali ini ada pria yang tega meninggalkannya sendiri. Padahal sejak dulu, Olivia yang selalu meninggalkan para pria. 

Tidak mau tenaganya terkuras oleh emosi, Olivia segera kembali ke rumah. Beruntung karena Arsen ada di sana jadi ia langsung menyerahkan akta pernikahan itu pada sang kakak. 

"Aku sudah menikah!" 

"Oliv--" 

"Aku memutuskan untuk menikahi pria yang Kak Arsen pilih. Jadi, berhenti memikirkanku dan cari lah kebahagiaan Kakak sendiri mulai sekarang," jelas Olivia. 

Olivia tidak marah. Ia justru lega karena berhasil mengatakan hal tersebut. Ia akan mencoba berhenti menggantungkan diri pada Arsen. Namun, Olivia juga tidak akan bergantung pada Alvaro. 

Seperti perintah Alvaro, Olivia mengemas seluruh barangnya. Membaginya ke dalam beberapa koper besar. Setelahnya, ia meminta pelayan untuk membawa semua itu ke mobilnya. 

"Olivia, maafkan aku," kata Arsen. 

"Tidak perlu minta maaf, Kak. Aku yang memutuskan untuk menikah dengan Alvaro." 

Olivia memeluk sang kakak dengan begitu erat sebelum beranjak dari sana. Ia kembali ke rumah Alvaro yang jaraknya cukup jauh. Namun saat dalam perjalanan, Olivia lihat mobil Alvaro melintas ke kawasan terlarang. Pria itu memasuki jalur hutan yang terkenal berbahaya. 

Rasa penasaran Olivia membuatnya melajukan mobil ke arah yang sama. Dirinya hampir kehilangan jejak, tapi netranya segera menangkap ekor mobil yang masuk ke jalan kecil bebatuan. Yakin bahwa mobil itu milik Alvaro, Olivia mengikutinya. 

Mereka semakin masuk ke dalam hutan. Sampai mobil Alvaro berhenti di sebuah gedung terbengkalai. Pria itu masuk ke dalam. 

"Untuk apa dia ke sana?" gumam Olivia. 

Tidak ingin rasa penasarannya berakhir tanpa jawaban, Olivia memutuskan turun meski sedikit ragu. Mereka berada di dalam hutan, Olivia takut bertemu dengan hewan buas. 

Sedikit berlari, Olivia sampai di pintu utama gedung tersebut. Mudah bagi Olivia untuk menyelinap masuk. Sampai suara jeritan menyambut kedatangannya. Membuatnya hampir berteriak jika tidak ingat bahwa ia sedang menyelinap. 

"Ampun, Tuan! Jangan bunuh aku!" seruan memohon itu berasal dari lantai 2 gedung tersebut. 

Olivia meneguk ludahnya. Jelas suara itu bukanlah Alvaro. Olivia semakin penasaran mengapa Alvaro berada di tempat seperti ini. Alhasil, Olivia melangkah hati-hati ke lantai 2. 

Untuk ke dua kalinya, Olivia hampir berteriak. Bahkan tubuhnya hampir terjungkal ke belakang jika saja seseorang tidak menahan tubuhnya. 

"Ada seorang penguntit, Tuan Alvaro!" seru orang yang menyelamatkan Olivia. 

Membuat tubuh Olivia membeku ketika netra tajam Alvaro mengarah padanya. Olivia merasa tatapan itu seperti menguliti tubuhnya. Membuatnya merinding seketika. 

"Bawa ke kamar bawah dan jangan menyentuhnya!" titah Alvaro membuat pria di belakang Olivia segera melepaskan tangannya di bahu Olivia. Dagunya terangkat pada Olivia. Menyuruh sang istri untuk mengikuti bawahannya. Namun gelengan kecil dari Olivia membuat rahangnya mengeras. Alvaro lupa bahwa Olivia adalah gadis keras kepala dan suka membangkang. 

Alvaro mengedikkan bahunya acuh. Ia berbalik, kembali menatap sanderanya dengan beringas. Salah satu tangannya yang sudah dilapisi sarung tangan memegang pisau kecil yang bisa memutus urat nadi pria seumurannya itu. 

"Atas perintah siapa kau memasukkan senyawa kimia dalam kopiku?" tanya Alvaro berapi-api. 

Alvaro tidak pernah memberikan toleransi bagi orang yang ingin membunuhnya. Ia akan menghabisi siapa saja yang berani mengusik hidupnya sekarang. 

Olivia menyaksikannya ketika Alvaro menyayat pipi pria yang terikat pada tiang itu. Seluruh bulu kuduknya berdiri. Ia tidak pernah melihat pria sekejam itu di kehidupan nyata. Namun sekarang, pria yang telah menjadi suaminya itu, membuktikan sendiri bahwa kekejaman adalah hal nyata. 

"Al--Alvaro," panggil Olivia terbata. 

"Ck! Kau ingin aku merobek mulutmu?" tanya Alvaro. Kali ini sembari mendekat pada Olivia. Alvaro paling tidak suka kegiatan eksekusinya diganggu oleh siapapun. Bahkan oleh istrinya sendiri. 

Olivia menggeleng ketakutan ketika Alvaro mengangkat pisau penuh darah itu ke hadapannya. Tatapan suaminya begitu menakutkan. Olivia merasa Alvaro sedang dirasuki oleh roh jahat hingga tingkahnya kesetanan seperti ini. 

"Kau--kau menyiksanya, Alvaro! Kau bisa dipenjara!" 

Kekehan pelan terdengar dari Alvaro. Ia menyudutkan Olivia pada dinding. Ini yang Alvaro tidak suka berurusan dengan lawan jenis. Mereka terlalu cerewet dan suka ikut campur dalam masalahnya. Beruntung karena status Olivia sekarang adalah istrinya. Jadi, Alvaro masih bisa menahan amarahnya di ubun-ubun. 

"Aku hampir mati olehnya, Olivia! Apa yang dia alami saat ini adalah balasanku untuknya! Dipenjara? Aku bahkan telah banyak membunuh tikus-tikus kecil sepertinya. Namun kau tau? Aku tidak pernah terkurung dalam jeruji besi!" 

Olivia merasakan nafasnya tercekat ketika wajah Alvaro hanya berjarak beberapa centi saja dari wajahnya. Nafas mint pria itu bahkan menyapu pipi mulusnya. 

"Dari pada menyaksikanku menghabisi nyawanya, lebih baik kau pulang dan siapkan dirimu untuk malam pertama kita, Nona Olivia. Aku ingin membuktikan bahwa tudinganmu soal diriku yang gay itu salah!" 

*** 

"E--Erico, apa yang kau tau tentang Alvaro?" 

Olivia datang ke kantor Erico. Ya, ia tidak mungkin pulang ke rumah Alvaro setelah tau bahwa suaminya adalah seorang pembunuh. Olivia takut. 

"Kak Alvaro baik." 

Bukan Erico yang menjawab, melainkan Adisty. Hal itu membuat Olivia cukup kesal. Namun, ia tidak mungkin menunjukan kekesalannya pada gadis itu karena Erico pasti membelanya. Olivia tidak ingin melihat drama, ia ingin mendengar penjelasan Erico tentang Alvaro. 

"Erico?" Olivia menatap Erico dengan penuh harap. Satu-satunya orang yang dekat dengan Alvaro adalah Erico. Mereka saudara. Erico pasti tau semua kejahatan yang dilakukan oleh Alvaro, bukan? 

"Adisty sudah menjawabnya, Oliv. Erico baik," kata Erico acuh. Ia tetap menggarap pekerjaannya tanpa memedulikan Olivia. 

"Tidak mungkin! Kau pasti menyembunyikan sesuatu padaku. Aku lebih percaya jika kau berkata bahwa Alvaro adalah pria yang kejam dan jahat!" seru Olivia. 

"Oliv--" Erico menutup laptopnya. Kali ini pandangannya ia arahkan pada Olivia. "--sebenarnya ada apa dengan dirimu dan Alvaro? Pagi tadi kau bersikeras memintaku mengantarmu padanya. Sekarang, kau ingin aku berkata Alvaro adalah pria jahat! Aku tidak mengerti dengan pikiranmu!" 

"Kau menyembunyikan fakta tentang Alvaro padaku?" tuding Olivia. 

Erico sampai mendesah kasar dibuatnya. Sahabatnya yang satu ini memang susah dimengerti. Beruntung karena Erico berhasil melupakan cintanya untuk Olivia dan menggantinya dengan Adisty. Jika ia bersama Olivia, ia bisa gila dibuatnya. 

"Sama seperti Arsen bagimu, Alvaro adalah kakak yang baik untukku. Sudah, itu saja." 

"Tidak! Kau pasti tau tentang pekerjaan lain Alvaro! Dia itu pembunuh!" 

Erico dan Adisty saling tatap sebelum tawa mereka meledak. Menertawakan perkataan Olivia yang cukup menghibur mereka. 

"Kau baru saja mendapatkan penolakan dari Alvaro hingga sekarang menjelek-jelekkannya, Oliv? Astaga, kau sangat lucu!" 

Wajah Olivia merah padam. Ia paling tidak suka perkataannya dianggap omong kosong. Padahal ia mengatakan yang sesungguhnya. Erico pasti tau bahwa Alvaro adalah pria jahat. 

Tawa Erico terhenti ketika pintu ruang kerjanya terbuka. Netranya berbinar mendapati sosok Alvaro di ambang pintu. "Kau panjang umur, Al. Olivia sedang membicarakanmu!" 

Tubuh Olivia menegang saat itu juga. Ia sontak berdiri dan berbalik. Benar saja, Alvaro di sana. Sedang menatapnya dengan seringaian kecil di sudut bibirnya. 

"Apa sopan membicarakan tentang suamimu dengan orang lain, Oliv?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status