Share

Segera Saya Nikahi

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2021-06-13 20:58:55

“Ini rumahnya Om?” tanya Aileen takjub begitu mobil Arsen yang membawa dirinya juga Ayres memasuki gerbang tinggi dan megah kediaman duda tampan itu.

“Menurut kamu rumah siapa? Tetangga?” tanya Arsen sewot.

Aileen menggeleng panik. Sedangkan Ayres yang berada di pangkuan perempuan itu tertawa cekikikan. Arsen yang melihat puteranya tidak beralih dari pangkuan ART baru mereka itu sejak pertama kali masuk mobil, sejenak melongo takjub.

Bagaimana bisa Arsen baru menyadari bahwa Ayres lumayan ‘jinak’ oleh orang baru semacam Aileen? Apa sebelumnya perempuan remaja itu sudah mangancam atau memaksa putranya agar patuh padanya?

“Bibi sekarang tinggal di sini, ya? Pasti dikasih makan sama Papa kok, tenang aja. Papaku baik banget meski kadang suka marah,” jelas Ayres panjang lebar yang dibalas Arsen dengan putaran bola mata malas.

“Papa mau masuk dulu. Nanti kamu suruh dia ketemu Nenek, biar nenek yang kasih tau ruangan dia di mana,” pesan Arsen pada Ayres begitu pria jangkung itu sudah memarkirkan mobilnya di garasi.

Ayres mengangguk mengerti sebelum kemudian menarik lengan Aileen untuk diajak keluar. Aileen mengikuti dengan antusias. Tidak menyangka dia akan mendapatkan tempat tinggal secepat dan sebagus ini---meski hanya menjadi asisten rumah tangga sih.

“Eh ... jangan lari! Sini Bibi gendong aja,” tawar Aileen panik sambil merentangkan lengannya lebar-lebar.

Arsen yang mendengar itu, tanpa sadar menoleh pada perempuan berpiyama hitam satin tersebut. Begitu Ayres dengan tanpa ragu berlari dan naik ke gendongan Aileen, pria beralis tebal itu tersenyum samar.

“Terserah dia makhluk atau perempuan ajaib dari planet mana. Yang jelas ... dia hebat juga.”

***

“Nak, sudah tidur?” Suara seorang perempuan tua yang mengetuk pintu membuat Aileen yang baru saja berbaring langsung bangkit duduk.

“Masuk aja, Nek!” jawab Aileen membuat pintu kamarnya kemudian terbuka.

“Badan kamu pasti pegel banget, ya? Sini Nenek pijitin. Kebetulan ini Nenek udah bawa minyak urutnya sekalian,” ucap Nenek Namira---Mama Arsen sambil tersenyum hangat.

Aileen meringis tidak enak hati. Perempuan itu menggaruk pipinya kikuk. “Aku kan cuma pembantu di sini, Nek. Masak dipijitin sama majikan sih?” tanya Aileen bingung.

Namira terkekeh geli. Wanita dengan rambut yang sudah hampir sepenuhnya beruban itu kemudian duduk di belakang Aileen.

“Kan kamu jadi pembantunya Arsen, bukan Nenek. Kalau bagi Nenek, kamu ya cucunya Nenek,” jawab Namira lembut sambil mulai mengoleskan minyak urut ke telapak tangannya.

Dengan beberapa paksaan, akhirnya Aileen mau membuka bajunya sehingga membuat Namira leluasa mengurut pundaknya. Rasanya ... terlalu nyaman. Sudah sangat lama sejak terakhir kali Aileen dimanjakan seperti ini.

Rasanya ... seolah Almarhumah Ibunya hidup kembali. Sejak tinggal bersama Ayah selepas kematian sang Ibu, dunia Aileen terlalu banyak berubah. Ayahnya yang semula lembut, penyayang dan hangat mendadak menjadi orang yang keras, suka memukul, memerintah dan membentak. Bagian terparahnya ... pria itu bahkan berani menjualnya sebagai taruhan judi kepada juragan di desa.

Mengingat itu semua, tanpa sadar, satu persatu air mata mulai jatuh di pipi Aileen. Sebelum Namira sempat sadar, perempuan 19 tahun itu buru-buru menghapusnya.

“Nenek enggak tau Arsen nemuin perempuan sebaik dan secantik kamu dimana. Tapi yang jelas, Nenek seneng banget karena akhirnya punya temen perempuan di rumah ini.” Namira berucap tulus sebelum kemudian menyelesaikan kegiatan mengurut pundak Aileen.

“Justru aku yang harusnya terima kasih sama Nenek dan Om Arsen. Makasih banyak udah dikasih tempat tinggal sebagus ini.” Aileen menjawab sambil membalikkan badannya menghadap Mama sang majikan.

“Kamu pasti anak yang baik. Kalau nggak gitu, nggak mungkin bocah senakal Ayres bisa langsung nurut terus nempel gitu sama kamu. Maaf ya, kalau cucu Nenek nakal banget.” Aileen mengangguk sebagai jawaban.

Perempuan itu masih tidak menyangka bakal bertemu dengan orang sebaik Namira.

***

Pukul tiga pagi. Aileen terbangun karena perutnya yang meronta kelaparan. Bagaimana ini? Dia jadi menyesal karena sempat melewatkan makan malam hanya karena sibuk menemani Ayres yang demam.

Aileen bahkan baru bisa terlelap pukul 2 pagi. Dia belum cukup tidur tapi juga belum cukup mengisi perutnya. Dengan langkah gontai, Aileen akhirnya bangkit dan segera berjalan menuju dapur. Dia harus mencari sesuatu untuk dimakan.

Begitu sampai di dapur dengan langkah sempoyongan, Aileen mendadak menghentikan langkah begitu melihat Arsen tengah minum di depan kulkas yang terbuka. Karena malu, baru saja Aileen hendak memutar balik kalau saja Arsen tidak lebih dulu bersuara.

“Mau ngapain?” tanya pria itu terdengar menyeramkan di telinga Aileen.

“Enggak ada, Om. Enggak jadi. Aku balik ke kamar dulu,” jawab Aileen panik sambil hendak berlari pergi.

Tapi, belum sampai kemana pun, sebuah tangan menarik kerah tengkuk piyamanya dari belakang membuat usaha kabur perempuan pendek itu malah sia-sia.

“Kamu laper?” tanya Arsen yang akhirnya diangguki Aileen malu.

“I-iya, Om. Aku belum makan dari pagi kayaknya,” jawab Aileen apa adanya sambil mengingat apa saja yang ia lakukan sejak pagi tadi. Mulai dari kabur dari rumah, salah menaiki Bus, tersesat di tengah ramainya kota, sampai menolong Ayres kemudian berakhir di rumah ini.

BRAK!

“Astaga!” Aileen mengerjap terkejut sekaligus terjingkat kaget begitu gebrakan di meja dapur bergema keras.

Dari tangan besar Arsen.

Aileen mendadak gemetar ketakutan. Apa dia sudah melakukan kesalahan? Kenapa Arsen terlihat marah sekali padanya?

“Cepat duduk!” perintah duda dengan alis tebal itu terdengar tidak ingin dibantah.

Aileen mendadak blank.

“Duduk saya bilang!” bentak pria jangkung itu mulai tidak sabaran.

Dengan penuh ketakutan, Aileen akhirnya duduk di sebuah kursi dapur. Tidak berapa lama, Arsen mulai mengeluarkan sebungkus mie instan dari dalam lemari kemudian mengeluarkan beberapa ikat sayur dari dalam kulkas.

Aileen hanya memandangi dengan diam. Ingin bertanya tapi terlalu takut dengan wajah Arsen yang seolah mengatakan ‘jangan berani ganggu saya!’ tersebut. Beberapa menit kemudian, semangkuk mie instan rebus dengan beberapa sayuran terhidang di depan Aileen.

“Ini mau diapain, Om?” tanya Aileen mendadak bodoh.

“Dikasih makan kambing. Ya kamu makan lah! Cepet! Saya nggak mau sampai ada yang enggak makan apalagi sampe kena maag di rumah ini. Inget itu baik-baik!” pertegas Arsen dengan raut wajah kelewat serius.

Aileen mengangguk patuh kemudian mulai makan dengan perlahan. Tapi, tatapan intens Arsen membuat tangan perempuan itu mendadak gemetar hebat saking gugup dan takutnya. Bahkan, sekarang Aileen menjatuhkan sendok di genggamannya ke lantai.

“Ck, ceroboh!” cerca Arsen galak tapi tak ayal segera mengambilkan sendok baru untuk Aileen.

“Kamu harus makan yang banyak. Biar cepet gede. Biar bisa segera saya nikahin buat jadi Mamanya Ayres.” Arsen bergumam santai sambil memangku dagu menatap Aileen.

Seketika, Aileen yang tengah menyeruput kuah mie sotonya langsung tersedak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Sosok di Balik Masalah

    "Apa aku sebaiknya pergi dari rumah aja, ya?" Aileen bertanya pada Arsen.Arsen yang malam ini hampir terlelap karena sudah luar biasa mengantuk, kontan saja terbangun dan melotot galak. "Kamu gila?!" bentak Arsen sebal.Aileen menggeleng yakin. "Enggak. Seharusnya aku emang pergi sejak awal. Kalau kayak gitu, mungkin Ayres enggak bakal diteror lagi. Dia juga enggak mungkin takutin apapun lagi setelah ini," jelas Aileen memaparkan spekulasinya jika sampai ia benar-benar pergi dari rumah ini."Kamu pikir cuma Ayres aja yang bisa butuh kamu? Saya juga bisa! Apa selama ini kamu tinggal di rumah ini buat Ayres aja?" tanya Arsen tidak habis pikir.Mendengar omelan suaminya, Aileen jadi merasa bersalah. Perempuan itu kemudian berbaring membelakangi Arsen sambil mengusap air mata yang diam-diam mengalir dari sudut mata."Bukan gitu. Aku cuma enggak tahan liat Ayres ketakutan di rumahnya sendiri. Aku enggak bisa liat dia nangis terus-terusan kayak gitu gara-gara aku. Dia keliatan takut banget

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Orang Dalam

    Aileen tidak tahu apa yang salah dengan putranya. Tapi, sejak ia menemukan bocah itu sudah kembali di rumah mereka, kenapa Ayres malah jadi takut padanya?Ada apa? Apa sebelumnya Aileen sempat melakukan kesalahan? Apa Ayres hanya sedang marah pada Aileen karena semalam Aileen berhenti mencarinya dan memilih tidur di rumah?"Sayang ... kamu enggak mau makan? Mau Mama bikinin atau beliin sesuatu?" tanya Aileen untuk kesekian kalinya.Mencoba mengajak bocah sipit berbicara. Tapi, lagi dan lagi, bocah itu tetap tidak mau menyahutinya. Yang dilakukan Ayres hanya bersembunyi di pelukan Papanya. Ayres seolah tidak berani dekat-dekat dengan Aileen."Udah, kamu balik aja sana ke kamar dulu. Ntar kalau udah tenang dan mau cerita, mungkin dia mau bicara sama kamu. Kamu istirahat aja, kalau saya butuh sesuatu nanti saya panggil Bi Rindi." Arsen menegur sambil mengelus punggung tangan istrinya.Pada akhirnya, Aileen menjawab dengan satu anggukan. Perempuan itu juga kasihan dengan Ayres yang terus

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Percaya Sama Saya

    Aileen menggigit kuku jemarinya gusar. Perempuan itu terus memandangi sekitar jalanan panik. Sedangkan Arsen, hanya menggenggam sebelah tangan Aileen erat. Berniat menenangkan sang istri sekaligus dirinya sendiri."Apa kita balik ke kebun binatang aja ya, Mas? Kita cari di sana sekali lagi. Mungkin aja dia masih di sana cuma kita belum cari yang bener aja," pinta Aileen yang dibalas Arsen dengan gelengan."Di sana udah ada yang jaga. Lagian gerbang kebun binatangnya juga udah dikunci, biar enggak ada yang bisa keluar masuk lagi. Kalau emang Ayres ketemu di sana, pasti mereka hubungin kita." Arsen menjelaskan yang dalam hati dibenarkan Aileen.Perempuan itu kemudian menatap jalan yang mereka lewati lagi. Takut jika sampai sang putra malah tidak tertangkap matanya."Kita pulang dulu, ya? Ini udah larut banget. Kamu juga belum makan, kan?" tanya Arsen yang ditanggapi Aileen dengan gelengan."Enggak," jawab Aileen final. Terdengar tidak ingin dibantah atau bernegosiasi lagi."Kalau gitu k

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Ayres Hilang

    "Udah bawa botol minumnya, kan?" Aileen bertanya sekali lagi.Ayres mengangguk. "Udah, Mama. Udah bawa bekal juga. Terus aku juga bawa wortel mentah," jawab bocah sipit itu tanpa mau melunturkan senyumnya.Aileen mengernyit bingung. "Kamu buat apa bawa wortel mentah? Kalau mau lauk wortel, Mama masakin aja." Perempuan pendek itu bertanya heran."Emang kapan aku suka wortel, Mama? Aku kan mau kasih makan kelinci. Pasti di kebun binatang ada kelinci," sahut Ayres yang dibalas Aileen dengan cubitan gemas di pipi gembul putranya."Yaudah sana! Berangkat sama Papa ke sekolah. Inget loh ya, jangan jauh-jauh dari Bu Guru!" peringat Aileen sambil mengaitkan tas bocah itu di punggungnya.Ayres menempelkan tangan di pelipis; memasang posisi hormat. Berikutnya, bocah itu berlari keluar diikuti Aileen dari belakang.Tapi, begitu sudah membuka pintu mobil, bocah itu malah berbalik dan berlari lagi menuju sang Mama. Aileen mengernyit. Apa lagi?"Kamu ketinggalan sesuatu?" tanya Aileen begitu Ayres

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Malam Termanis

    "Mama Ai Mama Ai!" Ayres memanggil begitu pagi ini Aileen bahkan belum bangun dari tempat tidurnya."Kenapa, Sayang?" jawab Aileen lembut dengan suara serak khas bangun tidurnya."Besok aku udah bagi raport. Mau sekolah SD dooong. Mama Ai sama Papa pergi ambilin, ya? Kata Bu Guru, harus diambilin sama orang tua. Eh, tapi Mama Ai kan masih muda." Bocah itu bercerita panjang lebar."Yaudah, suruh aja Nenek. Nenek kan udah tua tuh. Berarti dia orang tua," sahut Arsen malah semakin menyesatkan teori yang diyakini sang putra.Aileen mencubit pinggang suaminya begitu pria itu duduk di sisi ranjang. "Kamu ini!" kesal Aileen yang hanya dibalas Arsen dengan kekehan geli."Ntar Papa yang ambilin raport kamu. Jangan Mama, dia lagi sakit. Gara-gara semalam main hujan kayak anak kecil. Beneran bukan orang tua banget kan, Res?" ucap Arsen yang dibalas bocah itu dengan anggukan setuju."Kenapa Mama boleh main hujan? Aku kan juga mau tapi selalu dilarang," tanya Ayres protes.Arsen terkekeh geli begi

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Jangan Diulangi Lagi

    "Saya anter sampai sini aja. Udah sana masuk!" usir Arsen begitu mobilnya sudah terparkir di parkiran butik melati.Aileen menoleh aneh. Tumben sekali Arsen tidak mengantarnya sampai dalam. Apa pria sipit ini sedang sibuk?"Kamu lagi sibuk, ya? Seharusnya kan aku dianter sama supir aja," ucap Aileen merasa bersalah.Arsen menoleh bingung. "Kapan aku bilang aku sibuk?" tanya pria itu heran."Buktinya kamu mau langsung pergi. Biasanya nganter aku dulu sampai dalem," jawab Aileen polos.Arsen terkekeh geli sambil menjawil sebelah pipi Aileen gemas. "Enggak sibuk kok. Cuma lagi belajar percaya aja. Jangan curigaan terus sama istri sendiri. Dikira begini begitulah. Bosen saya marahan cuma karena hal kekanakan kayak gitu," jelas Arsen yang dibalas Aileen dengan 'ooo' yang panjang."Kamu enggak mau turun nih? Biar saya culik terus jadiin pajangan di ruangan saya," tanya Arsen yang dibalas Aileen dengan delikan."Nanti kalau aku jadi pajangan, bukan cuma kamu doang yang liat dong?" jawab Aile

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status