Share

Bab 7

"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!"

"Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut.

"Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.

'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'

"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"

Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.

Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sampai ke rumah. Dia tidak peduli seburuk apa Citra sekeluarga, yang dia inginkan hanyalah agar anaknya bisa menikah secepat mungkin.

Persyaratannya terhadap menantunya pun jauh lebih rendah dari Dimas Anggara, selama masih hidup dan berjenis kelamin wanita, itu sudah cukup.

Mendengar suara itu, Citra memalingkan wajahnya. Senyuman indah yang dia tunjukan di awal tiba-tiba berubah menjadi dingin. "Masuk? Maaf, aku sangat sibuk!"

"Satu lagi, lebih baik kamu tidak usah bermimpi tentang pernikahan kita! Dimas Anggara …. Pria idiot sepertinya sama sekali tidak pantas bersanding denganku, apalagi sehelai ramputku! Kalau sampai pria seperti ini bisa menikah, maka anggap saja aku kalah!"

"Sampai jumpa!" Selesai berkata, dia pun langsung berbalik badan dan pergi.

Ibunya menyuruhnya datang untuk mencari Dimas Anggara, itu sama saja membuang-buang waktunya.

Melihat hal ini, Dewi pun tercengang. 'A-ada apa? Kenapa bisa seperti ini?

Apakah wanita ini memang memiliki banyak wajah?'

'Sikapnya yang baru saja tidak seperti ini! Dia membawa beberapa hadiah, apakah hanya untuk kembali menghina Dimas?!'

Dimas Anggara sangat memahami pemikiran wanita ini, perasaan yang berubah-ubah, bukankah semua karena sepuluh miliar itu? Dia ogah dengan wanita yang gila harta seperti ini.

"Aduh! Wanita itu benar-benar gila!"

Karin juga keluar, dia pun berkata dengan kesal seraya berkacak pinggang ketika melihat punggung Citra.

"Adikku, jangan sampai kamu memedulikan wanita seperti itu, jangan memasukkan perkataannya ke dalam hati!" Dia ingin menghibur perasaan adiknya, tapi dia malah melihat Dimas Anggara sama sekali tidak menghiraukan masalah ini.

"Ma, Kak, kalian tidak perlu mencemaskanku! Aku sudah menikah!"

"A-apa?!" teriak Dewi dan Karin dengan serempak. "M-menikah?! Jangan bercanda!"

"Kamu mengatakan kalau kamu sudah menikah?" Karin seakan-akan mendengar sebuah omong kosong yang benar-benar gila. "Siapa pasanganmu?"

"Dimas, kamu sedang bercanda, 'kan? Bukankah kamu tidak pernah mempunyai pacar selama ini?" Dewi mengerutkan keningnya dengan kuat, dia tidak pernah mengira hal ini akan terjadi.

Dimas Anggara tidak menjelaskan apapun dan langsung mengeluarkan surat nikahnya dan memberikan kepada mereka. Fakta lebih menjelaskan daripada kata-kata.

Melihat secarik kertas itu, Dewi dan Karin seketika tercengang. Foto wanita yang ada di surat nikah memang sangat cantik, tapi mereka tetap saja khawatir.

"Wanita ini terlihat tidak mudah untuk dihadapi!" Dengus Karin merasa curiga.

"Mungkinkah dia mencoba memanfaatkanmu?" Dewi berkata sembari memegang Dimas.

Dimas Anggara sangat memahami kecemasan kakak dan ibunya, dia pun bergegas menghibur mereka dengan kebohongan. "Kalian tidak perlu khawatir, aku sebenarnya sudah mengenalnya ketika wajib militer, dia adalah wanita yang kuat. Selain itu, dia memiliki sifat seperti artis yang tidak ingin mempublikasikan hubungan. Karena itu, kami terus berpacaran secara diam-diam."

"B-benarkah?" Dewi akhirnya mengerti alasan kenapa Dimas Anggara tidak mau berpacaran selama ini, ternyata dia sudah mempunyai pasangan sejak awal. "Maaf karena Mama selalu memaksamu untuk kencan buta!"

"Ma, Kak, maaf aku sudah merahasiakan hal ini begitu lama kepada kalian!" sebuah kebohongan terucap jelas dari mulut Dimas. "Dari dulu aku selalu memikirkan karier Naya dan memilih untuk terus merahasiakannya. Pokoknya, kalian tidak perlu lagi mengkhawatirkan pernikahanku lagi, aku dan Naya pasti akan bahagia!"

Meskipun Dimas Anggara sudah berkata seperti ini, tetap saja ibu dan anak ini tidak tenang. Terutama Karin, dia menebak kalau adiknya sedang berbohong. Jika dia memang sudah mempunyai pacar sejak awal, kenapa dia masih mau pergi kencan buta selama 20 kali dan baru memberi tahu mereka sekarang?

Namun, adiknya pasti mempunyai masalah untuk berkata seperti ini, jadi dia juga tidak ingin mengungkapkan kebohongannya, karena takut ibunya akan khawatir.

"Dimas, kalau begitu, apa pekerjaannya? Karena kalian sudah menikah, kenapa dia tidak ikut kamu pulang ke rumah?" Dewi bertanya sampai akhir.

Dimas Anggara memang sudah memperkirakan hal ini, namanya seorang ibu, bagaimana mungkin tidak ingin mencari tahu informasi tentang menantunya? Terlebih lagi ibunya!

"Ma, Naya menjabat sebagai eksekutif tinggi di sebuah perusahaan besar, dia sangat sibuk biasanya, jadi tidak bisa ikut aku pulang ke rumah!"

"Apa? Lalu, dia tinggal di mana kalau malam?" tanya Dewi dengan gugup.

"Tenang saja, Ma, dia sudah membeli rumah, jadi aku yang akan pindah ke sana!"

"Tapi …." Air mata Dewi pun langsung mengalir deras.

Meskipun Karin juga tidak rela membiarkan adiknya pergi, tapi dia harus menghibur ibunya. "Ma, Dimas sudah tumbuh besar, cepat atau lambat dia pasti akan meninggalkan rumah ini. Apa Mama ingin mengikatnya seumur hidup denganmu? Apa Mama tidak ingin secepatnya bisa menggendong cucu?"

Dewi tentu juga sangat memahami logika ini, tidak ada menantu yang ingin tinggal bersama dengan mertua pada zaman ini, masalah hubungan intim di malam hari juga tidak akan leluasa. Namun, dia tetap tidak bisa menahan tangisannya.

"Dimas, karena kamu menyukainya, maka Mama juga tidak akan menentang kalian! Tapi, Mama mempunyai satu permintaan, bisakah kamu membawanya pulang ke rumah untukku? Juga mengatur pertemuan antar dua keluarga?" Dewi memohon dengan wajah memelas, ini adalah permohonan yang sangat standar.

Melihat tatapan ibunya yang seperti ini, Dimas Anggara pun terjebak dalam kesulitan. 'Wanita seperti Naya, bagaimana mau datang ke sini?'

Meskipun dia tidak mengetahui jabatan apa yang sedang dijabat oleh Naya, juga tidak mengetahui kalau dia adalah anak dari keluarga yang sangat kaya raya, tapi dari penampilannya, Dimas Anggara juga tahu kalau dia bukan berasal dari keluarga biasa. Dia hanya takut rumahnya yang biasa ini akan mengotori pakaian mahalnya.

Mengenai pertemuan kedua keluarga, itu tidak perlu diungkit lagi. Itu hal yang sangat tidak mungkin.

Dari pembicaraan yang dilontarkan Naya, dia menikah karena permintaan kakeknya, jika menginginkan wanita itu meminta keluarganya untuk bersandiwara di depan keluarganya, mungkin lebih baik membunuhnya saja, itu akan jauh lebih mudah, kan?

'Apa yang harus aku lakukan?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status