"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!"
"Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut."Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sampai ke rumah. Dia tidak peduli seburuk apa Citra sekeluarga, yang dia inginkan hanyalah agar anaknya bisa menikah secepat mungkin.Persyaratannya terhadap menantunya pun jauh lebih rendah dari Dimas Anggara, selama masih hidup dan berjenis kelamin wanita, itu sudah cukup.Mendengar suara itu, Citra memalingkan wajahnya. Senyuman indah yang dia tunjukan di awal tiba-tiba berubah menjadi dingin. "Masuk? Maaf, aku sangat sibuk!""Satu lagi, lebih baik kamu tidak usah bermimpi tentang pernikahan kita! Dimas Anggara …. Pria idiot sepertinya sama sekali tidak pantas bersanding denganku, apalagi sehelai ramputku! Kalau sampai pria seperti ini bisa menikah, maka anggap saja aku kalah!""Sampai jumpa!" Selesai berkata, dia pun langsung berbalik badan dan pergi.Ibunya menyuruhnya datang untuk mencari Dimas Anggara, itu sama saja membuang-buang waktunya.Melihat hal ini, Dewi pun tercengang. 'A-ada apa? Kenapa bisa seperti ini?Apakah wanita ini memang memiliki banyak wajah?''Sikapnya yang baru saja tidak seperti ini! Dia membawa beberapa hadiah, apakah hanya untuk kembali menghina Dimas?!'Dimas Anggara sangat memahami pemikiran wanita ini, perasaan yang berubah-ubah, bukankah semua karena sepuluh miliar itu? Dia ogah dengan wanita yang gila harta seperti ini."Aduh! Wanita itu benar-benar gila!"Karin juga keluar, dia pun berkata dengan kesal seraya berkacak pinggang ketika melihat punggung Citra."Adikku, jangan sampai kamu memedulikan wanita seperti itu, jangan memasukkan perkataannya ke dalam hati!" Dia ingin menghibur perasaan adiknya, tapi dia malah melihat Dimas Anggara sama sekali tidak menghiraukan masalah ini."Ma, Kak, kalian tidak perlu mencemaskanku! Aku sudah menikah!""A-apa?!" teriak Dewi dan Karin dengan serempak. "M-menikah?! Jangan bercanda!""Kamu mengatakan kalau kamu sudah menikah?" Karin seakan-akan mendengar sebuah omong kosong yang benar-benar gila. "Siapa pasanganmu?""Dimas, kamu sedang bercanda, 'kan? Bukankah kamu tidak pernah mempunyai pacar selama ini?" Dewi mengerutkan keningnya dengan kuat, dia tidak pernah mengira hal ini akan terjadi.Dimas Anggara tidak menjelaskan apapun dan langsung mengeluarkan surat nikahnya dan memberikan kepada mereka. Fakta lebih menjelaskan daripada kata-kata.Melihat secarik kertas itu, Dewi dan Karin seketika tercengang. Foto wanita yang ada di surat nikah memang sangat cantik, tapi mereka tetap saja khawatir."Wanita ini terlihat tidak mudah untuk dihadapi!" Dengus Karin merasa curiga."Mungkinkah dia mencoba memanfaatkanmu?" Dewi berkata sembari memegang Dimas.Dimas Anggara sangat memahami kecemasan kakak dan ibunya, dia pun bergegas menghibur mereka dengan kebohongan. "Kalian tidak perlu khawatir, aku sebenarnya sudah mengenalnya ketika wajib militer, dia adalah wanita yang kuat. Selain itu, dia memiliki sifat seperti artis yang tidak ingin mempublikasikan hubungan. Karena itu, kami terus berpacaran secara diam-diam.""B-benarkah?" Dewi akhirnya mengerti alasan kenapa Dimas Anggara tidak mau berpacaran selama ini, ternyata dia sudah mempunyai pasangan sejak awal. "Maaf karena Mama selalu memaksamu untuk kencan buta!""Ma, Kak, maaf aku sudah merahasiakan hal ini begitu lama kepada kalian!" sebuah kebohongan terucap jelas dari mulut Dimas. "Dari dulu aku selalu memikirkan karier Naya dan memilih untuk terus merahasiakannya. Pokoknya, kalian tidak perlu lagi mengkhawatirkan pernikahanku lagi, aku dan Naya pasti akan bahagia!"Meskipun Dimas Anggara sudah berkata seperti ini, tetap saja ibu dan anak ini tidak tenang. Terutama Karin, dia menebak kalau adiknya sedang berbohong. Jika dia memang sudah mempunyai pacar sejak awal, kenapa dia masih mau pergi kencan buta selama 20 kali dan baru memberi tahu mereka sekarang?Namun, adiknya pasti mempunyai masalah untuk berkata seperti ini, jadi dia juga tidak ingin mengungkapkan kebohongannya, karena takut ibunya akan khawatir."Dimas, kalau begitu, apa pekerjaannya? Karena kalian sudah menikah, kenapa dia tidak ikut kamu pulang ke rumah?" Dewi bertanya sampai akhir.Dimas Anggara memang sudah memperkirakan hal ini, namanya seorang ibu, bagaimana mungkin tidak ingin mencari tahu informasi tentang menantunya? Terlebih lagi ibunya!"Ma, Naya menjabat sebagai eksekutif tinggi di sebuah perusahaan besar, dia sangat sibuk biasanya, jadi tidak bisa ikut aku pulang ke rumah!""Apa? Lalu, dia tinggal di mana kalau malam?" tanya Dewi dengan gugup."Tenang saja, Ma, dia sudah membeli rumah, jadi aku yang akan pindah ke sana!""Tapi …." Air mata Dewi pun langsung mengalir deras.Meskipun Karin juga tidak rela membiarkan adiknya pergi, tapi dia harus menghibur ibunya. "Ma, Dimas sudah tumbuh besar, cepat atau lambat dia pasti akan meninggalkan rumah ini. Apa Mama ingin mengikatnya seumur hidup denganmu? Apa Mama tidak ingin secepatnya bisa menggendong cucu?"Dewi tentu juga sangat memahami logika ini, tidak ada menantu yang ingin tinggal bersama dengan mertua pada zaman ini, masalah hubungan intim di malam hari juga tidak akan leluasa. Namun, dia tetap tidak bisa menahan tangisannya."Dimas, karena kamu menyukainya, maka Mama juga tidak akan menentang kalian! Tapi, Mama mempunyai satu permintaan, bisakah kamu membawanya pulang ke rumah untukku? Juga mengatur pertemuan antar dua keluarga?" Dewi memohon dengan wajah memelas, ini adalah permohonan yang sangat standar.Melihat tatapan ibunya yang seperti ini, Dimas Anggara pun terjebak dalam kesulitan. 'Wanita seperti Naya, bagaimana mau datang ke sini?'Meskipun dia tidak mengetahui jabatan apa yang sedang dijabat oleh Naya, juga tidak mengetahui kalau dia adalah anak dari keluarga yang sangat kaya raya, tapi dari penampilannya, Dimas Anggara juga tahu kalau dia bukan berasal dari keluarga biasa. Dia hanya takut rumahnya yang biasa ini akan mengotori pakaian mahalnya.Mengenai pertemuan kedua keluarga, itu tidak perlu diungkit lagi. Itu hal yang sangat tidak mungkin.Dari pembicaraan yang dilontarkan Naya, dia menikah karena permintaan kakeknya, jika menginginkan wanita itu meminta keluarganya untuk bersandiwara di depan keluarganya, mungkin lebih baik membunuhnya saja, itu akan jauh lebih mudah, kan?'Apa yang harus aku lakukan?'Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d