Alvaro kembali meneguk segelas wine yang ada di tangannya. Minuman berwarna merah itu terasa pahit dan getir saat menyentuh lidah, tapi terasa panas saat di tenggorokan. Dentuman musik terdengar keras di semua penjuru Paradise Club. Semua orang yang ada di sana terlihat asyik meliuk-liukan tubuh di atas lantai dansa, tapi tidak dengan Alvaro. Dia memilih duduk di sofa yang berada di pojok belakang sambil menikmati sebotol wine.
'Kalau kamu ngotot ingin memiliki anak dariku? Lebih baik kita berpisah!'
Alvaro mengusap wajah kasar. Ucapan Angela beberapa jam yang lalu kembali melintas di ingatan. Mereka selalu saja bertengkar setiap kali membahas permintaan Mama. Angela tidak mau hamil padahal dia harus memiliki anak agar Dinata Group jatuh ke tangannya.
Alvaro dilema. Di satu sisi dia ingin memiliki anak sekaligus mendapatkan perusahaan Dinata, tapi di lain sisi dia tidak ingin berpisah dengan Angela.
Ah, semua ini membuatnya sangat frustrasi.
"Hey! Kalian lihat lelaki yang duduk sendirian itu? Kasihan sekali sahabatku itu. Padahal dia sudah menikah tapi istrinya malah pulang ke rumah orang tuanya!" Lelaki berkulit tan itu tertawa puas setelah mengejek Alvaro.
Sementara dua orang wanita yang duduk di samping kanan dan kirinya berusaha menahan diri agar tidak tertawa karena tak ingin menyinggung perasaan Alvaro.
Alvaro mendengkus kesal. Rasanya dia ingin sekali menyumpal mulut sahabatnya itu agar berhenti mengoceh. "Sialan, kau!" desisnya menatap Felix tajam.
Tawa Felix seketika pecah. "Al, Al, aku sudah pernah bilang kan, kalau menikah itu nggak enak. Sekarang kau baru tahu rasanya, kan?" ucap Felix sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Dia sering mengingatkan Alvaro agar berpikir matang-matang sebelum memutuskan untuk menikahi Angela. Namun, sahabatnya itu tetap ngotot ingin menikahi model itu. Bukan bahagia yang Alvaro dapat, hidup lelaki itu malah semakin mengenaskan setelah menikah.
Angela hanya sibuk mengerjar karir modelnya di luar negeri dan menghabiskan uang Alvaro. Wanita itu tidak bisa berperan menjadi istri yang baik bagi sahabatnya.
Seharusnya Alvaro bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Angela, pikir Felix. Namun, Alvaro sudah telanjur mencintai model seksi itu.
"Jangan cemberut terus, Al. Kau tidak ingin bersenang-senang dengan kami?" Felix mengecup kedua bibir wanita penghibur itu dengan penuh minat. Lelaki don juan sejati itu benar-benar menikmati malam ini.
Alvaro melirik mereka dengan malas. Dia memutuskan untuk meninggalkan kebiasaan buruknya setelah menikah dengan Angela. Sekarang hanya Angela wanita yang paling cantik dan menarik di matanya.
Felix menghela napas panjang. Alvaro benar-benar pria yang sangat bodoh. Sahabatnya itu menolak banyak wanita hanya demi Angela. Wanita yang jelas-jelas hanya menyukai uangnya.
"Kau serius tidak mau bersenang-senang dengan kami?" Felix kembali bertanya, tapi Alvaro malah sibuk dengan ponselnya. Lelaki itu tidak pernah berhenti menelepon Angela, tapi sejak tadi hanya suara mbak-mbak operator yang menerima panggilannya. Angela memang sengaja mematikan ponselnya.
"Sialan!" Umpatan itu meluncur begitu saja dari bibir Alvaro. Dia begitu kesal karena tidak berhasil menghubungi sang istri.
"Sudahlah, Al. Lupakan Angela untuk malam ini. Lebih baik kita bersenang-senang!"
Alvaro mendengkus kesal karena Felix tidak juga menyerah menawarkan wanita jalang pada dirinya. "Aku tidak mau!"
"Apa kau cuma mau minum sampai pagi?"
"Iya," jawab Alvaro sambil memesan lagi sebotol soju karena wine-nya sudah habis.
Tidak lama kemudian seorang gadis mengantar minuman itu untuk Alvaro. Kedua mata Felix sontak berbinar ketika melihat gadis itu. Segera dia meminta kedua wanita jalang yang menemaninya sejak tadi untuk pergi.
"Hai, Caramell."
***
[ Bersambung ]
Makasih sudah baca, jangan lupa sub dan review. Thank you ... ( ˘ ³˘)❤
Cara sedang berada di sebuah toko khusus perlengkapan bayi bersama Alvaro. Mereka ingin membeli kado untuk ulang tahun putri Jafier dan Adisty yang pertama.Waktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa putri Jafier dan Adisty sudah berulang tahun yang pertama. Padahal rasanya seperti baru kemarin dia meminta Alvaro untuk menikahi Adisty demi memenuhi amanah terakhir Sadewa. Namun, kenyataannya Adisty malah menikah dengan Jafier. Mereka bahkan sudah memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Allecia Disa Mahendra."Alva, bagaimana kalau kita beli ini untuk Disa?" Cara menunjukkan beberapa buah biku cerita yang ada ditangannya pada Alvaro."Bagus, buku ini pasti berguna untuk Disa."Cara pun mengambil beberapa buku cerita untuk Disa lantas meletakkannya ke dalam keranjang. Setelah itu mereka berkeliling untuk melihat barang-barang yang lain. Sebuah sepatu khusus bayi berusia satu tahun berhasil menarik perhatian Cara. Sepatu berwarna merah itu pasti coc
Dua tahun kemudian ....Alvaro mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis mucul bibirnya melihat Cara yang tertidur lelap di sampingnya.Alvaro pun mengecup bibir Cara sekilas lalu mendekap tubuh gadis itu semakin erat. Dia merasa sangat bahagia karena wajah Cara yang dia lihat pertama kali saat membuka mata."Sekarang jam berapa, Alva?" tanya Cara dengan mata terpejam.Alvaro pun melirik jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang sudah jam tujuh, tapi dia mengatakan masih jam lima pada Cara."Tolong bangunin aku lima menit lagi." Cara menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alvaro mencari posisi tidur yang paling nyaman dan kembali terlelap.Alvaro pun membiarkan Cara kembali tidur, bahkan lebih dari lima menit. Cara sepertin
Sambil terus berciuman Alvaro langsung membaringkan Cara di atas tempat tidur dan langsung menindih gadis itu."Erngh ...." Cara hanya biasa mengerang di bawah tubuh Alvaro. Kecupan dan hisapan lembut lelaki itu selalu membuatnya kualahan."Alva ...." Napas Cara terengah. Gadis itu langsung menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-parunya karena Alvaro tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas."Kamu mau membunuhku?"Kening Alvaro berkerut dalam mendengar pertanyaan Cara barusan. Sedetik kemudian dia tersenyum ketika menyadar Cara sedang sibuk mengatur napas."Aku tidak bisa menahannya lagi, Sayang. Maaf ...." Alvaro menarik Cara agar duduk menghadapnya lantas menurunkan resleting gaun gadis itu dengan perlahan.Sepasang buah dada Cara yang terbungkus strapless bra berwarna merah terpampang jelas di kedua matanya. Terlihat sang
Hari bahagia itu akhirnya tiba. Cara terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin model Long Slevee A-Line yang mengembang di bagian bawah berwarna putih. Gaun tersebut membuat penampilan Cara terlihat lebih feminim lewat detail renda bermotif bunga yang panjangnya menyapu lantai. Sebuah mahkota perak berhias batu berlian yang ada di atas kepalanya membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.Jantung Cara berdetak cepat, telapak tangannya pun terasa dingin dan basah. Cara tanpa sadar meremas gaun pengantinnya dengan kuat karena mobil yang ditumpanginya sebentar lagi tiba di Gereja yang akan dia gunakan untuk pemberkatan bersama Alvaro."Gaunmu nanti bisa kusut kalau kamu remas seperti itu, Caramell!" Daniel berdecak kesal karena Cara sejak tadi terus meremas gaun pengantinnya hingga berkerut.Daniel sebenarnya malas sekali menghadiri pemberkatan pernikahan Alvaro dan Cara. Namun, dia terpaksa datang ke acara ters
Tatapan teduh Jafier seolah-olah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja."Jangan menangis." Tubuh Adisty membeku di tempat karena Jafier tiba-tiba mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan lembut.Senyum hangat dan genggaman erat lelaki itu mampu mengubah perasaannya menjadi tenang dalam sekejab. Dalam seperkian detik Jafier telah berhasil menarik Adisty tenggelam dalam pesonanya.Namun, sedetik kemudian Adisty cepat-cepat tersadar kalau Jafier melakukan semua ini murni karena tanggung jawabnya sebagai suami, bukan karena alasan yang lain sebab lalaki itu tidak memiliki perasaan pada dirinya."Astaga, kalian manis sekali." Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Cara karena melihat Jafier yang begitu perhatian pada Adisty.Adisty tergagap lantas cepat-cepat menarik tangannya dari genggaman Jafier karena malu. Suasana pun mendadak canggung selama beberapa saat. Semua kalima
Mama menatap beberapa contoh undangan pernikahan yang ditunjukkan oleh pemilik percetakan yang datang ke rumah karena dia malas pergi keluar. Lagi pula kondisi kakinya masih belum pulih sepenuhnya.Ada sekitar dua puluh contoh undangan yang orang tersebut tunjukkan. Namun, hanya dua undangan yang berhasil menarik perhatian Mama."Bagaimana menurutmu undangan ini?" Mama menunjukkan undangan yang kertasnya terdapat bibit tanaman. Jika kertas undangan tersebut dibasahi lalu ditanam, lama-kelamaan akan tumbuh bunga yang sangat indaj. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga mereka berjalan harmonis."Unik, kan?""Iya, Ma.""Yang ini juga bagus. Gimana menurut kamu?" Mama menunjukkan udangan pilihannya yang kedua pada Cara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti, pita atau bros yang bisa digunakan oleh tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Alvaro.Kening Cara berkerut d