Share

4. Aku Bukan Jalang!

Sebuah crop top warna merah dengan potongan dada yang sedikit rendah melekat sempurna di tubuh Cara. Gadis itu terlihat sangat sexy padahal pakaiannya tidak terlalu terbuka seperti pelayan yang lain. Semua mata lelaki yang ada di Paradise Club menatapnya dengan penuh minat. Termasuk Felix. Dia sudah tertarik dengan gadis itu saat pertama kali melihatnya.

"How was your day, Caramell?" sapa Felix terdengar ramah, tapi Cara terlihat tidak peduli. Gadis itu sebenarnya tidak ingin bekerja di kelab malam, tapi dia sedang membutuhkan uang untuk pengobatan sang ibu.

Para tetangga menganggapnya wanita murahan karena bekerja di kelab malam dan sering pulang pagi. Padahal dia hanya mengantar makanan dan minuman ke para pelanggan. Tidak lebih. Namun, ibu-ibu yang tinggal di sekitar rumahnya selalu menganggapnya jalang, pelacur, bahkan simpanan om-om.

"Selamat menikmati, Tuan," Cara membungkuk sekilas sebelum kembali ke belakang untuk mengantar minuman ke pelanggan lain. Namun, Felix tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya.

Cara menatap tajam tangannya yang berada dalam genggaman Felix, seolah-olah meminta lelaki itu untuk melepas genggamannya.

Felix tergagap lantas cepat-cepat melepas tangan Cara. "Sorry ...."

Cara mengangguk sekilas, lantas berbalik untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun, Felix lagi-lagi mencekal perngelangan tangannya.

"Caramell, tunggu!"

"Apa Anda butuh sesuatu?" tanya Cara berusaha profesional.

"Em, apa kamu bisa menemani aku malam ini?"

Alis Cara terangkat sebelah. Tidak terhitung sudah berapa kali Felix meminta untuk ditemani. Namun, jawabannya tetap sama. "Tidak."

Felix tanpa sadar mendesah panjang karena Cara lagi-lagi menolak permintaannya. "Caramell, please. Aku rela meninggalkan semua teman-teman wanitaku demi dirimu."

Wajah Cara mengeras. William Felix selalu menganggap perempuan seperti permen karet. Habis manis sepah dibuang. Apa lagi wanita yang bekerja di kelab malam sepertinya tidak lebih dari sekadar alat pemuas bagi lelaki itu.

"Mau, ya? Please ...." Felix sungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia rela meninggalkan semua teman-teman wanitanya jika Cara mau berkecan dengannya.

"Sepertinya telinga Anda tidak tuli. Sudah berapa kali saya katakan, saya tidak mau," tandas Cara tidak kalah serius.

"Eh, Tuan mau apa?" Cara refleks mundur karena Felix tiba-tiba mendekat, menatapnya tajam sambil menyeringai seram. Penolakan Cara membuat harga diri seorang William Felix merasa direndahkan.

Felix meraih dagu Cara agar menatapnya. "Gadis munafik. Kau butuh uang, kan? Berapa jumlahnya? Bilang saja, pasti kuberi. Tapi ada syaratnya."

Felix semakin mendekat. "Biarkan aku menikmati tubuhmu," bisiknya terdengar menjijikkan di telinga Cara.

Apa perempuan yang bekerja di kelab malam harus menjual diri?

Tidak!

Cara tidak akan melakukan hal serendah itu meskipun dia membutuhkan uang untuk mengobati sang ibu.

Plak!

Cara tanpa sadar menampar Felix dengan cukup keras. Amarah terukir jelas di wajah cantiknya. Ucapan Felix barusan benar-benar membuatnya geram.

Rasa panas sontak menjalari pipi Felix yang terlihat sedikit memerah. "Kau ...," sengitnya menatap Cara tajam. Felix benar-benar marah karena Cara berani menampar pipinya.

"Jaga ucapanmu, Tuan. Aku bukan wanita jalang. Ahh ...." Cara memekik karena Felik mencengkeram bahunya lumayan kuat. Mendorong tubuhnya dengan keras hingga membentur dinding yang ada di belakang.

"Ahh ...." Cara kembali memekik karena punggungnya lumayan sakit. "Tuan, sakit. Saya mohon lepaskan."

Cengkeraman Felix malah semakin erat. Lelaki itu tidak memedulikan Cara yang merintih kesakitan. "Jangan sok suci, Nona. Terima saja uangku dan biarkan aku menikmati tubuhmu."

Felik menghimpit Cara hingga tidak ada jarak di antara mereka. Kedua matanya menatap gadis itu dengan penuh minat. Pelan, dia mendekatkan wajahnya. Aroma alkohol yang menguar dari mulut Felix tercium jelas di hidung Cara.

"Tuan, saya mohon. Jangan ...." Cara berusaha mendorong Felix agar menjauh. Namun, Felix tetap diam tak bergeming kerena tenaganya tidak sebanding dengan lelaki itu.

Alvaro hanya diam sambil menikmati wine-nya melihat apa yang Felix lakukan tanpa ingin membantu Cara meskipun gadis itu berteriak minta tolong.

"Tuan, jangan!" Cara terus memberontak, berusaha melepaskan diri dari kungkungan Felix. Namun, Felix malah semakin memperkecil jarak di antara mereka.

"Aroma tubuhmu sangat lezat, Caramell ...." bisik Felix sambil menghirup leher Cara dalam-dalam.

Entah mendapat kekuatan dari mana Cara meraih sebotol minuman keras yang ada di dekatnya untuk memukul kepala Felix.

"Ahh!" Cengkeraman di bahu Cara terlepas begitu saja karena kepala Felix terasa sangat sakit. Dengan tangan gemetar lelaki itu meraba cairan berwarna merah yang merembes dari kepalanya.

Kedua mata Felix sontak membulat. Darah.

"Ka-kau ...?"

***

[ Bersambung ]

Hai-hai, Cara dan Alvaro up lagi. Hope you like it, Guys. 😘

Jangan lupa sub dan review. Thank you.... 🌻

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Lisna Fitriani
seru dan menegangkan
goodnovel comment avatar
Aeris Park
biar tahu rasa si Felix 😆
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Rasakan kamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status