Home / Romansa / Istri Kedua Dosen Dingin / Bab 6. Setuju atau Tidak?

Share

Bab 6. Setuju atau Tidak?

Author: Miss Caya 88
last update Last Updated: 2025-11-27 15:57:07

Murinah memandang Elric dengan tatapan tajam. “Secepat itu?” 

Suasana hening. Murinah berusaha mencerna kenyataan yang ada di hadapannya. Sebagai seorang ibu tentu dia ingin putrinya cepat menikah. Tapi sungguh, ini terlalu dadakan. 

“Kenapa cepat banget?” Murinah mengulang pertanyaannya. 

Lala kembali berdebar. “Bu, Lala kan udah bilang. Pak Elric mau serius jadi tolong kasih restu.”

“Kau tahu nikah itu kayak apa? Nikah itu tanggung jawab, La. Ibu nggak pengen kau dapat yang orang sembarangan meskipun kaya,” Murinah menasehati Lala.

“Izin bicara, Bu,” Bayu, asisten Elric meminta izin bicara. “Pak Bos saya ini dosen pembimbing proyek penelitian Non Lala. Beliau sudah kenal Non Lala sejak lama. Beliau hanya ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius tidak ada niat lain.”

Elric menatap ke arah Bayu. Seolah memberi tanda jika itu hal yang ingin dia ungkapkan. 

Bayu menatap balik ke arah Elric dengan gelengan pelan kecil. Seolah menyuruh melanjutkan pembicaraan. 

Elric menghela napas. “Saya berniat serius ingin menikah dengan Lala. Tak ada niat menyakiti, Bu. Kedatangan kemari hanya ingin meminta restu Ibu.”

“Tapi kenapa hanya kalian berdua saja? Dimana keluarga yang lain?” Murinah masih curiga. 

Elric kembali menatap ke arah Bayu. Seolah bertanya harus menjawab apa.

“Bu, Lala udah bilang. Keluarga Pak Elric sudah meninggal,” Lala berusaha menegaskan lagi.

Murinah tidak puas dengan jawaban itu. “Masak nggak ada keluarga yang lain? Paman, Bibi atau apa gitu?” 

Elric tertunduk. Seolah ucapan itu menghantam sisi dirinya yang terdalam. Dia anak angkat, tak pernah tahu siapa keluarganya yang lain. 

“Saya sendirian dan sebatang kara, Bu. Karena itu saya nyari calon istri untuk teman hidup,” ujar Elric dengan suara sedikit bergetar. 

“Oh begitu,” Murinah tertegun. “Masuk akal juga jika datang tanpa keluarga besar.”

Lala menghela napas panjang. Seolah sedikit lega, ibunya mulai percaya. 

Murinah berpikir cukup lama. “Baiklah. Aku izinkan kau menikahi putriku, Nak Elric.” 

Ada perasaan yang lega di dalam benak Lala. Satu langkah sudah terlalui. Meski ada perasaan bersalah karena tidak jujur. 

“Makasih, Bu,” Lala memeluk Murinah. 

Proses penyematan cincin juga dilakukan. Murinah memasangkan cincin emas ke jari tangan Elric. Pak Kades mewakili Elric memasangkan cincin ke jari tangan Lala.

“Semoga lancar sampai hari H ya,” Bu Kades nampak turut senang. 

“Bu Mur bentar lagi mantu. Mbak Lala udah lamaran,” Gito turut menyaksikan acara itu. 

Lala menatap cincin emas yang terpasang di jarinya. Ukurannya nampak sedikit kebesaran. 

‘Wajar, Pak Elric nggak tahu ukuran jariku,’ batin Lala. 

***

Malam harinya.

Lala memandang atap rumahnya yang terbuat dari seng dan kayu. Dirinya sudah terbaring di atas tempat tidur tapi tak bisa terlelap. 

“Satu pintu udah gue lewatin. Besok apa lagi yang bakal terjadi?” Lala memandang meja kayu rapuh di sudut kamarnya. 

Tatapan Lala lalu beralih menatap ke dinding bata rapuh yang belum diplester semen. Nampak banyak coretan berwarna-warni yang dibuat dari kertas HVS dan spidol. 

Lala melangkah menuju meja itu,” Gambar bunga dandelion, bunga yang gue kenal karena proker nonton film dari kakak-kakak KKN. Gue jadi punya mimpi kuliah tinggi karena mereka.” 

Lala membaca tulisan-tulisan impian itu. Pasti ada gambar bunga dandelion di setiap kertas. Dia tahu bunga dandelion dari film animasi yang diputar oleh mahasiswa KKN yang pernah datang ke desanya.

Perhiasan dan sebagian uang dari Elric diletakkan di atas meja itu. Mata Lala memandang perhiasan itu. 

“Gue nggak pernah bermimpi punya kalung mutiara. Ternyata cantik juga,” Lala menyentuh kalung itu. 

Lala mulai menginstal aplikasi diary digital pada ponselnya. Dia mulai menulis isi hatinya.

Aku bermimpi bisa seperti dandelion yang bebas

Bebas terbang meraih mimpi 

Lalu kembali membangun desaku lagi

Namun aku jatuh di tengah medan konflik

Konflik perebutan takhta dua penguasa Universitas Lentera Harapan

Semoga saja diriku tak tewas di tengah perang yang berkobar 

Lala berhenti mengetik. “Cuma bisa curhat di sini biar nggak gila. Gue nggak pernah kebayang jadi istri Pak Elric.”

Mata Lala menatap ke arah ponselnya lagi. Ada pesan dari Elric.

Elric: Waktuku tak banyak. Besok pagi ikut cari barang untuk persiapan menikah. Kurang dari sebulan kita menikah.

Tak ada pesan manis. Tak ada basa basi. Mata Lala beberapa detik tak berkedip. Dia berusaha mencerna pesan itu. 

“Dingin. Apa sih yang gue harapin,” Lala memikirkan cara kata-kata yang pas untuk membalas pesan itu. 

Lala: Baik, Pak. Selamat malam. 

Mata Lala berusaha terpejam. Tapi saat dia menutup mata entah mengapa perasaan aneh membayanginya. 

Mata Lala tak jadi terpejam. “Gue udah bohongin banyak orang.”

Lala membuka foto lamaran sederhananya dengan Elric. Nampak dia bersanding dengan Elric sambil menunjukkan cincin. 

“Gue dag dig dug. Besok mau ngapain aja ya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Dosen Dingin    Bab 7. Apa yang Kuharapkan?

    “La, udah ada yang jemput tuh di depan,” terdengar suara Murinah memanggil Lala. Lala terus menghembuskan napas panjang lewat mulutnya. Dia melihat penampilannya lagi di kaca lemari yang sudah buram itu. “Iya, bentar, Bu,” sahut Lala. Mata Lala berusaha memastikan jika penampilannya rapi. Ada drama yang harus diperankan lagi hari ini. ‘Harus bersikap senatural mungkin di depan Ibu. Tapi, jujur gue juga deg-degan mau keluar sama Pak Elric,’ batin Lala. Lala keluar dari kamar. Dia sudah berpakaian rapi dengan blus warna biru muda. Cincin lamaran dari Elric sudah dikenakan di jari tangannya. “Ayo, cepetan! Kau jangan buat calonmu nungguin,” Murinah menarik tangan Lala. Nampak Elric sudah berdiri di depan halaman rumah Lala. Sorot matanya dingin, senyumnya seolah dipaksakan. Lala bisa merasakan hal itu dalam sekali tatap. “Kami pergi dulu, Bu. Mungkin sore hari baru kembali,” Elric meminta izin membawa Lala. “Iya, titip Lala ya,” sahut Murinah singkat. Elric han

  • Istri Kedua Dosen Dingin    Bab 6. Setuju atau Tidak?

    Murinah memandang Elric dengan tatapan tajam. “Secepat itu?” Suasana hening. Murinah berusaha mencerna kenyataan yang ada di hadapannya. Sebagai seorang ibu tentu dia ingin putrinya cepat menikah. Tapi sungguh, ini terlalu dadakan. “Kenapa cepat banget?” Murinah mengulang pertanyaannya. Lala kembali berdebar. “Bu, Lala kan udah bilang. Pak Elric mau serius jadi tolong kasih restu.”“Kau tahu nikah itu kayak apa? Nikah itu tanggung jawab, La. Ibu nggak pengen kau dapat yang orang sembarangan meskipun kaya,” Murinah menasehati Lala.“Izin bicara, Bu,” Bayu, asisten Elric meminta izin bicara. “Pak Bos saya ini dosen pembimbing proyek penelitian Non Lala. Beliau sudah kenal Non Lala sejak lama. Beliau hanya ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius tidak ada niat lain.”Elric menatap ke arah Bayu. Seolah memberi tanda jika itu hal yang ingin dia ungkapkan. Bayu menatap balik ke arah Elric dengan gelengan pelan kecil. Seolah menyuruh melanjutkan pembicaraan. Elric menghela napas. “

  • Istri Kedua Dosen Dingin    Bab 5. Orang Dari Kota

    “Wah, Bu Mur! Ada orang kaya raya cari Lala!” “Dari kota katanya. Pasti mukanya ganteng!” “Lala hebat banget nih!” Karena desa kecil, berita seperti itu tersebar dengan cepat. banyak orang mulai berkerumun di dekat rumah Lala. Semua tetangga sibuk mempertanyakan siapa gerangan orang kaya dari kota itu. Padahal belum bertemu, tetapi mereka sudah menebak sembarangan. Murinah hanya tersenyum menanggapi mereka. Dia terus berjalan menuju ke rumah Pak Kades. Tangan Lala digandeng erat. “Kamu nggak bikin masalah kan, La?!” bisik Murinah. Lala menggeleng sambil menatap Murinah. “Nggak, Bu. Lala nggak pernah bikin masalah sama siapa pun!” Jantung Lala berdebar. Dia sendiri juga khawatir hal buruk akan menimpanya lagi. ‘Kalau orang kota yang datang itu ternyata suruhan Pak Rino, habislah gue! Bisa aja gue diculik,’ batin Lala. Nampak rumah besar dengan pendopo kayu di halaman depan. Itu adalah rumah kepala Desa Pandan Wangi, Bapak Tresna Wibawa. “Budhe, yang nyari Mbak Lala

  • Istri Kedua Dosen Dingin    Bab 4. Rahasia Tetap Rahasia

    “Duh! Gimana caranya ngasih tau Ibu ya?” Liburan semester tiba. Sesuai rencana, Lala pulang lebih dulu ke Desa Pandan Wangi. Hari ini sudah hari ketiga semenjak kepulangannya. Dia masih belum tahu bagaimana memberitahu sang ibu terkait pernikahannya dengan Elric. Lala melangkah mondar-mandir di kamarnya yang masih berlantai tanah. Gelisah. Tanpa sadar, dia menggigit kuku di ibu jari tangan kanannya. Lagi, Lala bermonolog pelan, “Pak Elric juga belum ngabarin mau datang kapan. Katanya baru ada acara penting.” Dia mencoba merangkai kata di dalam kepalanya dan memikirkan kemungkinan reaksi sang ibu. “Oke. Yang penting jangan sampai gue bahas soal jadi istri kedua. Tinggal bilang kalo gue bakal nikah.” Merasa sudah mantap dengan skenario yang disusun, Lala membaringkan dirinya di atas dipan kayu itu. Nampak sebuah kertas tertempel di dinding, berisikan catatan impian gadis muda itu. “Nikah muda dan jadi istri kedua nggak ada dalam list ini,” gumam Lala sedikit kecewa. “Padahal

  • Istri Kedua Dosen Dingin    Bab 3. Aku Sudah Hancur

    “Ngomong apaan, La?!” Rosi kembali tak yakin dengan kondisi Lala. Dia beberapa kali melihat Lala bicara sendiri. “Kayaknya bener. Lo musti istirahat! Lo jadi suka ngomong sendiri deh!” Lala menatap Rosi kemudian cemberut. “Apa gue keliatan kayak orang gila, Ros?” “Ya … nggak juga. Cuma kayak orang stres.” Rosi menjawab jujur. “Kenapa? Berat kerjaan di Hima?” Lala terdiam. Dia berharap itulah alasan stresnya saat ini. Sayang, yang membuat dirinya terlihat seperti orang sakit jiwa, bukan hal remeh seperti beban kuliah atau organisasi. Karena ini tentang harga dirinya sebagai seorang wanita utuh. Namun, tidak mungkin juga dia membuka aib itu pada Rosi. Dia tidak tahu akan seperti apa reaksi Rosi kalau tahu. “Paling gue kecapekan kali ya.” Lala menutupi beban sesungguhnya. “Nah! Itu paham!” tukas Rosi. “Mendingan buruan ke sekre, terus kita balik kos. Gimana?” Lala mengangguk setuju. “Oke deh!” Baru saja mereka mulai melangkah meninggalkan area dosen, ponsel Lala bergetar

  • Istri Kedua Dosen Dingin    Bab 2. Ayah atau Harta

    “Mau kamu apa, Rino?!” tanya Elric. Ajudan Rino membawakan sebuah tablet. Sebuah video panas Elric dan Lala diputar di layar tablet itu. “Astaga!” teriak Lala. Dia tak tahu jika malam panasnya itu direkam. Netra Elric membulat seketika. Ia tidak menyangka kalau Rino merekam semua yang terjadi semalam. Rino tersenyum seolah mengejek. “Ini!” Rino menunjukkan kertas itu tepat di depan wajah Elric. Elric memicingkan mata, mencoba mencari tahu apa yang tertera di kertas tersebut. Spontan, netra Elric membulat setelah mengetahui kemauan Rino. “Kamu mau aku mundur dari jabatanku?! Dan nolak jadi pewaris?” Elric menatap Rino tajam. Rino mengangguk. Tangannya memegang tablet yang masih memutar video panas itu. “Gampang kan? Apa kamu lebih suka kalau kesehatan Papa memburuk?” ancam Rino lagi. Matanya menatap tajam Elric. Tablet itu didekatkan ke arah wajah Elric. “Bayangin reaksi Papa kalo lihat pemandangan panas ini tersebar di seluruh kota. Dia pasti lebih cepat masuk lian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status