“Sory, gue kagak kenal ama suara lo di telpon. Emang dapat nomer dari mana?”
“Ada deh,” jawab Ferdi tetawa membuat Kiara merasa tersanjung.
Merekapun ngobrol hingga berjam-jam lamanya, hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Kiara berusaha mengakhiri pembicaraan namun ditahan oleh Ferdi.
“Ke, boleh gue ketemu ama lo? Ada yang mau gue sampein, penting banget!”
“Apa? Ngomong aja di sini, bisa kan?” ucap Kiara
“Kagak bisa, Ke. Lo sekarang jahat banget sih! Mentang-mentang udah nikah ama CEO.”
“Oke-oke, kita ketemu di mana? Tapi gue kagak bisa lama, Fer. Nanti gue cerita juga, gimana posisi gue di keluarga suami sekarang.”
“Oke, Cantik. See you tomorrow, gue tunggu di tempat biasa kita nongkrong dulu. Kafe depan sekolah kita, oke!”
Kiara menarik napas panjang, hatinya berdebar kencang kembali. Mengingat masa-masa SMA dulu bersama Ferdi. Cowok yang selalu mengejarnya dan menjanjikan macam keindahan dunia. Rasa sesak mengingat Kiara tidak berani menerima cinta Ferdi saat itu. Ingatan tentang Ferdi berlalu lalang di dalam pikirannya, hingga dia terlelap tidur dan bermimpi tentang Ferdi.
Keesokan harinya, seperti biasa Kiara melakukan pekerjaan di rumah Andra dan Mimi seperti biasanya. Meskipun statusnya sekarang sebagai istri sah dari Andra, namun pekerjaannya tetap saja sebagai pembantu di rumah tersebut. Jika bukan karena surat perjanjian dan membayar hutang, Kiara sudah pergi dari rumah itu dan mencari majikan baru.
“Kiara, kamu makan di sini mulai sekarang. Temani kami, layani kami,” perintah Andra melihat Kiara hendak pergi ke belakang setelah menyiapkan makanan.
Selama ini, dia hanya satu meja jika diperintahkan. Jika tidak, Kiara akan makan bersama dengan pembantu yang lainnya makan di belakang. Andra memberikan alasan untuk kebersihan calon anaknya. Tidak ingin Kiara kotor dengan makan di belakang bersama pembantu yang lain.
Tanpa protes Kiara menuritu perintah Andra meski melihat raut wajah Mimi tidak sedap dipandang mata. Bagaimanapun Kiara lebih muda dan terlihat cantik meski tanpa makeup. Setelah makan selesai, mereka melanjutkan aktifitas seperti biasanya. Andra pergi ke kantor, sedangkan Mimi ikut bersamanya pagi ini.
Semenjak Andra menikah dengan Kiara, Mimi uring-uringan terus pembawaannya. Namun pagi ini ada senyum di sudut bibirnya kepada Kiara. Dia sudah menyiapkan kejutan untuk gadis yang baru menjadi madunya itu. Dengan memanfaatkan Ferdi, teman Kiara yang dulu pernah jatuh cinta kepada gadis itu. Hanya dengan uang, Mimi bisa membuat Ferdi tertarik bekerjasama dengannya.
“Kamu janjian dengan Kiara di mana?” tanya Mimi saat tiba di kantor Andra.
Mimi keluar ruangan setelah memberikan pesan kepada Andra yang saat itu sedang meeting bersama koleganya. Dia bergegas menuju tempat janjian Kiara dan Ferdi. Dengan menyamar dan membawa satu orang pengawal, duduk di sudut kafe yang terlindung dari penglihatan orang-orang.
Terlihat sosok gadis sederhana cara berpakaiannya masuk ke dalam kafe. Kiara, dia datang dengan memakai celana jeans dan kaos pendek berwarna biru laut, cocok dengan kulitnya yang putih. Sedangkan dari dalam kafe muncul cowok berwajah tampan dengan topi hitam menyambut kedatangan gadis itu. Ferdi, berjalan ke arah Kiara dengan senyum mengembang di bibirnya yang berwarna coklat kehitaman, tampak semakin mempesona. Sesaat mereka berjabat tangan, Ferdi berusaha memeluk Kiara namun gadis itu menghindar dengan langsung duduk di kursi kesayangannya dulu. Membuat Ferdi kecewa dan menarik napas panjang.
“Lo pelit banget, peluk aja kagak mau. Dulu juga kagak gitu,” kata Ferdi dengan bibir manyun membuat Kiara tertawa.
“Beda kondisi kita sekarang Fer. Dulu gue belum nikah, sekarang status gue beda,” ucap Kiara mencari alasan.
“Suami lo kan kagak ada, Ke. Sumpah, gue kangen berat ama lo sekarang. Kagak tahu, kenapa gue kagak bisa move on dari lo!”
“Coba aja, belum coba udah nyerah. Udah pesan minum belum?” tanya Kiara mengalihkan pembicaraan.
Sejujurnya di dalam hati, dia merasa tersanjung dengan penyataan Ferdi. Bagaimanapun juga dia pernah mempunyai rasa dengan Ferdi waktu itu. Dan belum ada yang menggantikan di hatinya.
“Belum, bentar ya! Lo mau minum kayak dulu? Kita memorian dulu yak! Please please … Ke,” pinta Ferdi memohon sambil menaruh kedua tangan di depan dadanya, membuat Kiara menahan tawanya.
“Iya, astaga, lo kenapa, sih?”
Ferdi pergi ke kasir dan memesan minuman kesukaan mereka waktu masih duduk di bangku SMA. Coffee latte dan jus alpukat kesukaan Kiara. Minuman yang mereka habiskan selama berjam-jam hingga pemilik kafe sudah hafal dengan mereka.
Mereka kemudian kembali bercengkerama diselingi tawa sesekali dan gerakan tangan saling memukul. Kiara benar-benar menikmati kenagngan ketika mereka masih sekolah waktu itu. Meski status mereka tidak ada ikatan pacaran, tetapi selalu bersama dan sering membuat iri teman cewek yang menyukai Ferdi saat itu.
Sedangkan dari sudut meja kafe yang berada di pojok, nampak Mimi dengan wajah kesal sekaligus senang tersenyum sinis.
“Ternyata Ferdi benar-benar bisa dia andalkan untuk tugas selanjutnya.”
Setelah puas melihat dua sejoli yang sedang bernostalgia, Mimi keluar lewat pintu samping resto. Dia memberikan pesan kepada Ferdi, bahwa uang lima juta sudah ditransfer ke rekening cowok tersebut.
Sementara itu, ponsel milik Ferdi menyala dan pesan dari Mimi tertera, senyum mengembang di bibir cowok itu. Membuat Kiara penasaran.
“Kok senyum sendiri setelah dapat pesan? Pasti dapat cewek baru, atau dapat rejeki?” tanya Kiara sambil tersenyum sambil menyedot minuman yang tinggal seperempat gelas.
“Tau aja. Iya nih, dapat rejeki. Ketemu gadis cantik, dan dapat pundi- pundi rupiah juga. Gue traktir lo kali ini sampai puas. Gimana kalau kita ke Orion? Mumpung gratis nih, gue yang bayar,” tantang Ferdi.
“Waduh, kenapa harus ke Club sih Fer? Di sini aja udah cukup, lo tambah deh pesen apaan gitu!”
Kembali Ferdi ke kasir dan memesan beberapa menu andalan di sana. Terlihat Ferdi agak lama berbincang dengan pelayan kafe. Hanya dalam hitungan menit menu sudah siap. Berhubung waktu sudah lewat makan siang. Kiara yang merasa lapar menghabiskan Spaghetti Bolognese dalam waktu sekejap. Ferdi terlihat tersenyum puas melihat aksi Kiara.
“Lo seperti orang kelaparan, ati-ati entar keselek. Itu pedes loh!”
“Enak sekali Spaghettinya. Lama kagak makan ini,” ucapnya setelah minum air putih. “Eh … kok mendadak gue pusing ya, Fer? Aduh, gimana ini? Berat sekali kepala gue.”
Kiara memegang kepala dengan tangan memegang tubuh Ferdi. Berulangkali Kiara berusaha untuk membuka mata tetap saja tidak dapat bertahan. Secara perlahan tubuhnya limbung dan bersandar ke Ferdi. Senyum licik terpancar dari bibir mengingat rencananya berjalan dengan mulus seperti jalan tol. Cowok itu melihat ke sekeliling kemudian membawa Kiara masuk ke mobilnya....
Setelah beberapa saat berpelukan, Andra dan Kiara duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang tentang masalah yang mereka hadapi. Kiara mendengarkan dengan seksama semua keluhan Andra. Ia memberikan semangat dan dukungan penuh pada suaminya.Mata Kiara bertemu dengan tatapan penuh harap Andra. Ia mengulurkan tangannya, menggenggam jemari suaminya erat."Aku yakin kita bisa melewati semua ini bersama-sama, Mas," ujarnya lembut, suaranya bagai belali yang menenangkan. "Kita harus tetap kuat dan saling mendukung."Andra mengangguk pelan. Ia merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Kiara. Di tengah badai kehidupan yang sedang mereka hadapi, kehadiran Kiara bagaikan oase di tengah gurun. Namun, kekhawatiran masih menghantui pikirannya."Aku tahu, Sayang," jawabnya, "Tapi aku khawatir kalau Mimi akan melakukan hal-hal yang tidak terduga. Dia tidak akan menyerah begitu saja."Kiara tersenyum pahit. Ia pun merasakan kegelisahan yang sama. "Aku juga khawatir," akunya, "Tapi kita tidak
Andra merasa detak jantungnya semakin cepat saat dia mencoba membujuk Mimi. Darah mengalir dari luka di tangan Mimi, dan perban yang Andra pasang terlihat kurang rapi.“Mimi,” bisik Andra, “kita harus segera ke klinik. Lukamu perlu diperiksa lebih lanjut.”Mimi menatap Andra dengan mata yang penuh ketakutan, tapi akhirnya mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan pelan menuju mobil, Andra memastikan Mimi tetap tenang. Di dalam hati, Andra berdoa agar luka Mimi tidak terinfeksi.Mimi memandang Kiara dengan mata tajam, senyumnya menyiratkan kepuasan. Andra merasa jantungnya berdebar.“Kiara,” ucap Andra dengan suara bergetar, “aku akan mengantar Mimi ke klinik. Tapi setelah itu, kita harus bicara.” Kiara hanya mengangguk, dan Andra membantu Mimi berdiri.Mereka berdua keluar dari rumah, Andra memandang Kiara dengan ketegangan. Mimi berhasil membuat Andra meninggalkan Kiara sendirian. Ia merasa puas dengan keberhasilannya. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa untuk menjalankan rencana jah
Suara Mimi memecah keheningan di apartemen itu. Kiara dan Andra saling pandang dengan tatapan was-was. Jantung mereka berdebar kencang. Dengan langkah ragu, Andra melangkah maju. Di ruang tamu, berdirilah Mimi dengan senyum merekah di wajahnya. Tatapan matanya menusuk tajam ke arah Kiara.Mimi dengan nada mengejek. “Oh, ternyata kalian berdua ada di sini. Lama tidak bertemu, Andra. Kau terlihat segar sekali.Andra tergagap. “Mi... Mimi, apa yang kau lakukan di sini?”Mimi mendekati mereka. “Hanya ingin menyapa suami tercinta. Sudah lama kita tidak bertemu, bukan?”Kiara berdiri di belakang Andra, tubuhnya gemetar. Ia merasa seperti sedang berada dalam sebuah mimpi buruk.Kiara berusaha tenang.” Apa maksudmu datang ke sini?”Mimi tertawa kecil. “ Maksudku? Tentu saja ingin bertemu dengan orang-orang yang kucintai.”Mimi melirik ke arah perut Kiara, lalu kembali menatap Andra.“Oh ya, selamat ya. Sepertinya kau akan segera menjadi seorang ayah.”Nada bicara Mimi terdengar penuh sindiran
Kiara memeluk erat Andra, suaminya, di ambang pintu rumah mereka. Senyumnya tak henti mengembang, melupakan semua kesedihan yang pernah merundunginya. Menjadi istri kedua karena paksaan memang pahit, tapi Andra telah membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya.Pernikahan mereka memang tak lazim. Andra, pengusaha kaya raya. Kontrak pernikahan mereka jelas: Andra menginginkan bayi dari rahim Kiara, dan Kiara akan diceriakan Andra setelah melahirkan. Tak ada cinta di awal pernikahan mereka, hanya rasa saling membutuhkan. Kiara menikah demi menebus hutang keluarganya.Namun, seiring waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Kiara. Andra yang dingin dan kaku ternyata penyayang dan perhatian. Dia selalu meluangkan waktu untuk Kiara, mendengarkan ceritanya. Perhatian kecil Andra yang tulus itu menghangatkan hati Kiara yang dingin.Kiara pun berusaha menjadi istri yang baik bagi Andra. Dia menemaninya, dan selalu ada saat dia membutuhkan. Perlahan tapi pasti, Andra pun mulai luluh hatinya. Di
Hangatnya pelukan Andra menyelimuti Kiara, mengusir hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Air mata mereka telah mengering, digantikan oleh perasaan cinta dan kasih sayang yang kembali mekar di antara mereka."Maafkan aku, Kiara," bisik Andra, suaranya bergetar. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu."Kiara menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Mas Andra. Aku tahu kau sangat perhatian denganku dan bayiku. Bukannya dia yang kalian tunggu sejak awal?"Andra tersenyum, senyum yang tulus dan penuh penyesalan. "Ya, kamu benar. Aku berjanji, Kiara. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku akan menjadi suami dan ayah terbaik untukmu dan anak kita."Kiara tersenyum, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dia tahu bahwa Andra tulus dalam penyesalannya, dan dia ingin memberinya kesempatan kedua."Aku percaya padamu, Mas Andra," bisiknya.Andra memeluk Kiara lebih erat, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia bersyukur karena Kiara masih mau memberinya kese
Kiara yang diliputi rasa ingin tahu, memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang asal-usulnya yang selama ini menjadi rahasia. Dia beralih ke media sosial milik adiknya, Alex, sebagai sumber informasi. Namun, karena sudah lama tidak aktif di media sosial, Kiara mengalami kesulitan dalam menemukan akun Alex yang menggunakan nama samaran.Meskipun terkendala, Kiara tidak menyerah. Dengan semangat yang kuat, dia terus mencari dan menelusuri akun demi akun. Upayanya tak sia-sia. Berkat kerja keras dan keteguhannya, Kiara akhirnya berhasil menemukan akun Alex. Rasa lega dan bahagia menyelimuti dirinya saat dia membuka profil Alex dan mulai menjelajahi kehidupan digital sang adik angkat.Kiara mulai menjelajahi postingan dan foto-foto Alex, mencari petunjuk apa pun yang bisa mengantarkannya pada informasi tentang asal-usulnya. Dia berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, siapa orang tuanya? Mengapa dia ditinggalkan? Dan apa rahasia di balik masa lalun