Kiara bekerja di rumah keluarga Andra, seorang CEO tampan, untuk melunasi hutang keluarganya. Namun siapa sangka, kepolosan Kiara menarik Andra yang sudah memiliki istri? Parahnya lagi, istri pertama Andra bahkan setuju bila Kiara menikahi Andra asal gadis itu melahirkan keturunan--sesuatu yang tak bisa dilakukannya. Lantas, bagaimana nasib Kiara selanjutnya?
Lihat lebih banyak“Maaf ... apakah Kiara boleh tanya, Tuan?”
Usai bertanya, Kiara memilin jari.
Jelas sekali, gadis itu takut bertanya pada Andra--sang majikan yang juga akan menjadi suaminya sebentar lagi.
Di sisi lain, Andra tampak mengehentikan sarapannya. “Apa?" tanya pria itu dingin.
Seketika saja, gadis yang hanya lulusan SMA itu tertunduk merasa sudah salah bicara.
Namun, dia tak bisa menahannya lagi! Ini kesempatannya bertanya pada Andra--mumpung istri pria itu sedang pergi sebentar.
Sejak kemarin, dia sungguh penasaran.
Sebagai CEO tampan dari perusahaan ternama, Andra telah memiliki istri yang cantik.
Keduanya tampak saling mencintai. Namun anehnya, kenapa Kiara harus menjadi madu di antara mereka?
“Kenapa harus saya yang menjadi madu untuk Nyonya, Tuan?” tanya Kiara pada akhirnya.
Pria tampan itu bersidekap tangan di dada. “Sederhana. Aku menginginkan anak, tetapi itu tidak dapat Mimi wujudkan."
"Tapi, jangan berharap lebih dari itu. Jika anak itu lahir, kamu hanya akan menjadi pengasuhnya saja," ucap Andra lagi, “Jadi sekarang kamu makan dan jangan sampai sakit. Itu akan menyusahkan.”
Ruang makan itu seketika sunyi mendadak.
Hampir semua pembantu mengintip dari balik jendela sekat dapur--melempar tatapan satu sama lain.
Kiara sendiri merasa jantungnya mencelos.
Posisinya ternyata tidak lebih dari mesin pencetak anak yang siap dipecat sewaktu-waktu.
Namun, dia tak berdaya.
Kabur pun tak mungkin. Gaji 5 tahunnya bekerja sebagai pembantu sudah dibayar muka oleh Andra dan sang istri untuk membayar utang, kontrakan, dan biaya pengobatan sang ayah.
Bisa-bisa penolakannya akan berakibat fatal untuk keluarganya.
Dalam diam, Kiara pun melanjutkan makannya bersama Andra.
Hanya denting sendok, garpu, dan piring yang terdengar di sana.
Cukup lama.
Kesunyian itu baru berhenti kala Andra yang telah menyelesaikan sarapan, tiba-tiba berkata, “Ikut ke taman belakang. Ada yang ingin dibicarakan.”
Kiara sontak mengangguk.
Diikutinya langkah Andra yang lebar.
Namun sesampainya di taman, ternyata Mimi sudah menunggu duduk di kursi kayu.
Andra menghampiri istri pertamanya dan mencium lembut rambut yang tergerai sebahu.
Pemandangan yang entah mengapa membuat Kiara merasa campur aduk.
Apakah dia akan menjadi orang ketiga di antara pasangan serasi ini?
“Kalian kenapa saling diam?” tanya Mimi seketika menoleh ke arah Kiara.
“Nggak ada apa-apa, Sayang. Tapi, kurasa Kiara sepertinya butuh penjelasan kembali."
Mimi menatap Kiara sinis. “Baiklah, akan aku jelaskan.”
“Setelah nanti kamu melahirkan anak kami, kamu dan Andra akan bercerai," jelas wanita itu.
"Ingat! Kami hanya menginginkan anak darimu. Jadi, tidak boleh ada rasa di antara kalian. Bila kamu melanggar, maka aku akan tuntut kamu!” ancam Mimi.
Tangan Kiara sontak mengepal, menahan emosinya. “Maaf lancang, Tuan dan Nyonya. Jika hanya anak, bukannya Tuan bisa dengan menggunakan bayi tabung, mengapa harus dengan saya?”
“Apa ini caramu untuk mangkir dari utang keluargamu?” sarkas Mimi, “Kami bisa saja melakukan bayi tabung, tapi apakah kau bisa menjamin melunasi utangmu?”
"Justru, ini kami lakukan untuk kebaikanmu."
Kali ini, Mimi tampak emosi.
Andra bahkan sampai menarik tangan wanita itu untuk menenangkannya.
Namun, istri pertama Andra itu tampak masih kesal.
“Baiklah, memang ada rahasia yang harusnya kamu tahu. Dan ini baru kami ketahui. Sebenarnya kamu bukanlah anak kandung dari kedua orang tua kamu. Lebih tepatnya kamu anak pungut yang ditaruh di bak sampah. Mereka tidak akan merasa kehilangan kamu sedikitpun,” jawab Mimi tanpa beban.
Deg!
Bak petir di siang bolong, Kiara bingung dengan ucapan Mimi.
Tidak mungkin kedua orang tua membohongi dirinya selama bertahun-tahun!
Sejak kecil, Kiara diasuh oleh mereka dengan penuh kasih sayang.
“Jangan bohong, katakan jika ini tidak benar?” sanggah gadis itu dengan napas memburu.
“Buat apa kami bohong kepadamu? Apalagi kamu sebentar lagi akan menjadi maduku dan akan tinggal di sini selamanya,” ucap Mimi dengan tersenyum sinis, "Kau sebenarnya sudah dijual kepada kami. dan pada akhirnya kamu akan tahu, yang mereka lakukan sekarang. Mereka kanya ingin bersenang-senang dengan uang dari kami.”
Mimi terdiam sejenak menatap Kiara dengan tajam, “Buka mata kamu, Kiara! Jangan hanya sekedar menyalahkan kami saja.”
“Tidak ... ini tidak mungkin!” ucap Kiara menggelengkan kepala.
“Silakan jika kamu tidak percaya, Mas tolong kamu ambil bukti dan tunjukkan kepadanya,” pinta Mimi mendongak ke arah Andra.
Pria yang sedari tadi diam itu lantas mengeluarkan ponsel dari saku.
Andra menelpon seseorang dan sesaat kemudian datang dengan map di tangan.
Dia menyerahkannya kepada Kiara dengan senyum sinisnya.
Kiara membaca dengan teliti, matanya melebar sempurna dengan tangan menutup bibir.
“A-aku … jadi selama ini ….”
Seketika mata Kiara terbuka lebar melihat kenyataan yang ada.
Ucapan Mimi benar.
Dia bukan anak kandung dari ayah dan ibu yang selama ini merawatnya.
Berkas pernyataan yang dilihat, bahkan sudah dibubuhkan dengan tanda tangan yang sudah hafal milik ayah dan dan ibunya.
“Sudah! Kamu tidak usah pikirkan lagi. Sekarang yang terpenting kamu sudah ada di sini dan siap melayani kami dengan status baru kamu nanti. Oh ya, satu lagi, kamu besok sebaiknya belajar melayani Andra dan aku dengan baik. Ingat status kamu sekarang sudah milik kita!” kata Mimi--meninggalkan ras sakit begitu mendalam di hati Kiara.
Setelah beberapa saat berpelukan, Andra dan Kiara duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang tentang masalah yang mereka hadapi. Kiara mendengarkan dengan seksama semua keluhan Andra. Ia memberikan semangat dan dukungan penuh pada suaminya.Mata Kiara bertemu dengan tatapan penuh harap Andra. Ia mengulurkan tangannya, menggenggam jemari suaminya erat."Aku yakin kita bisa melewati semua ini bersama-sama, Mas," ujarnya lembut, suaranya bagai belali yang menenangkan. "Kita harus tetap kuat dan saling mendukung."Andra mengangguk pelan. Ia merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Kiara. Di tengah badai kehidupan yang sedang mereka hadapi, kehadiran Kiara bagaikan oase di tengah gurun. Namun, kekhawatiran masih menghantui pikirannya."Aku tahu, Sayang," jawabnya, "Tapi aku khawatir kalau Mimi akan melakukan hal-hal yang tidak terduga. Dia tidak akan menyerah begitu saja."Kiara tersenyum pahit. Ia pun merasakan kegelisahan yang sama. "Aku juga khawatir," akunya, "Tapi kita tidak
Andra merasa detak jantungnya semakin cepat saat dia mencoba membujuk Mimi. Darah mengalir dari luka di tangan Mimi, dan perban yang Andra pasang terlihat kurang rapi.“Mimi,” bisik Andra, “kita harus segera ke klinik. Lukamu perlu diperiksa lebih lanjut.”Mimi menatap Andra dengan mata yang penuh ketakutan, tapi akhirnya mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan pelan menuju mobil, Andra memastikan Mimi tetap tenang. Di dalam hati, Andra berdoa agar luka Mimi tidak terinfeksi.Mimi memandang Kiara dengan mata tajam, senyumnya menyiratkan kepuasan. Andra merasa jantungnya berdebar.“Kiara,” ucap Andra dengan suara bergetar, “aku akan mengantar Mimi ke klinik. Tapi setelah itu, kita harus bicara.” Kiara hanya mengangguk, dan Andra membantu Mimi berdiri.Mereka berdua keluar dari rumah, Andra memandang Kiara dengan ketegangan. Mimi berhasil membuat Andra meninggalkan Kiara sendirian. Ia merasa puas dengan keberhasilannya. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa untuk menjalankan rencana jah
Suara Mimi memecah keheningan di apartemen itu. Kiara dan Andra saling pandang dengan tatapan was-was. Jantung mereka berdebar kencang. Dengan langkah ragu, Andra melangkah maju. Di ruang tamu, berdirilah Mimi dengan senyum merekah di wajahnya. Tatapan matanya menusuk tajam ke arah Kiara.Mimi dengan nada mengejek. “Oh, ternyata kalian berdua ada di sini. Lama tidak bertemu, Andra. Kau terlihat segar sekali.Andra tergagap. “Mi... Mimi, apa yang kau lakukan di sini?”Mimi mendekati mereka. “Hanya ingin menyapa suami tercinta. Sudah lama kita tidak bertemu, bukan?”Kiara berdiri di belakang Andra, tubuhnya gemetar. Ia merasa seperti sedang berada dalam sebuah mimpi buruk.Kiara berusaha tenang.” Apa maksudmu datang ke sini?”Mimi tertawa kecil. “ Maksudku? Tentu saja ingin bertemu dengan orang-orang yang kucintai.”Mimi melirik ke arah perut Kiara, lalu kembali menatap Andra.“Oh ya, selamat ya. Sepertinya kau akan segera menjadi seorang ayah.”Nada bicara Mimi terdengar penuh sindiran
Kiara memeluk erat Andra, suaminya, di ambang pintu rumah mereka. Senyumnya tak henti mengembang, melupakan semua kesedihan yang pernah merundunginya. Menjadi istri kedua karena paksaan memang pahit, tapi Andra telah membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya.Pernikahan mereka memang tak lazim. Andra, pengusaha kaya raya. Kontrak pernikahan mereka jelas: Andra menginginkan bayi dari rahim Kiara, dan Kiara akan diceriakan Andra setelah melahirkan. Tak ada cinta di awal pernikahan mereka, hanya rasa saling membutuhkan. Kiara menikah demi menebus hutang keluarganya.Namun, seiring waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Kiara. Andra yang dingin dan kaku ternyata penyayang dan perhatian. Dia selalu meluangkan waktu untuk Kiara, mendengarkan ceritanya. Perhatian kecil Andra yang tulus itu menghangatkan hati Kiara yang dingin.Kiara pun berusaha menjadi istri yang baik bagi Andra. Dia menemaninya, dan selalu ada saat dia membutuhkan. Perlahan tapi pasti, Andra pun mulai luluh hatinya. Di
Hangatnya pelukan Andra menyelimuti Kiara, mengusir hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Air mata mereka telah mengering, digantikan oleh perasaan cinta dan kasih sayang yang kembali mekar di antara mereka."Maafkan aku, Kiara," bisik Andra, suaranya bergetar. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu."Kiara menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Mas Andra. Aku tahu kau sangat perhatian denganku dan bayiku. Bukannya dia yang kalian tunggu sejak awal?"Andra tersenyum, senyum yang tulus dan penuh penyesalan. "Ya, kamu benar. Aku berjanji, Kiara. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku akan menjadi suami dan ayah terbaik untukmu dan anak kita."Kiara tersenyum, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dia tahu bahwa Andra tulus dalam penyesalannya, dan dia ingin memberinya kesempatan kedua."Aku percaya padamu, Mas Andra," bisiknya.Andra memeluk Kiara lebih erat, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia bersyukur karena Kiara masih mau memberinya kese
Kiara yang diliputi rasa ingin tahu, memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang asal-usulnya yang selama ini menjadi rahasia. Dia beralih ke media sosial milik adiknya, Alex, sebagai sumber informasi. Namun, karena sudah lama tidak aktif di media sosial, Kiara mengalami kesulitan dalam menemukan akun Alex yang menggunakan nama samaran.Meskipun terkendala, Kiara tidak menyerah. Dengan semangat yang kuat, dia terus mencari dan menelusuri akun demi akun. Upayanya tak sia-sia. Berkat kerja keras dan keteguhannya, Kiara akhirnya berhasil menemukan akun Alex. Rasa lega dan bahagia menyelimuti dirinya saat dia membuka profil Alex dan mulai menjelajahi kehidupan digital sang adik angkat.Kiara mulai menjelajahi postingan dan foto-foto Alex, mencari petunjuk apa pun yang bisa mengantarkannya pada informasi tentang asal-usulnya. Dia berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, siapa orang tuanya? Mengapa dia ditinggalkan? Dan apa rahasia di balik masa lalun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen