"Jadi kamu nggak bisa nginep nemenin aku, Vit?"Yunita buru-buru mengenakan pakaiannya setelah melewati pergulatan luar biasa dengan Aldi untuk ketiga kalinya, dan sekarang waktu menunjukkan hampir pukul lima sore. Jadi, dia tak bisa mengulur waktu lagi, atau membuat Samuel semakin curiga. Terutama setelah tadi siang dia tak menjawab telepon dari suaminya."Nggak bisa, bapakku bisa ngamuk kalau tau aku keluyuran malem-malem." Entah untuk keberapa kalinya dia berbohong pada pria itu, hanya agar pria itu percaya bahwa dia seorang janda rumahan. "Tapi besok pagi aku dateng ke sini lagi kalau bapakku udah berangkat kerja.""Ah, aku pilih pulang aja deh kalau kamu emang nggak bisa nginep." Aldi mendesah sambil mengenakan pakaiannya yang menumpuk di sofa. "Nanti aja kalau kamu bisa nginep, aku sempetin dateng lagi ke sini."Ketika Yunita mengangguk sambil bercermin dan memulas lipstik di bibirnya, Aldi menambahkan, "Vit, serius nih aku nggak perlu ganti uang bekas bayar kamarnya?""Udah, ng
"Siapa tadi nama kakaknya?" tanya Samuel."Irwan."Begitulah jawaban singkat Anji, salah satu karyawan yang bekerja untuk Samuel —sekaligus germo yang menyediakan berbagai tipe wanita untuk tamu, atau wisatawan yang tengah berlibur atau sekedar menginap di kawasan itu.Awalnya, Samuel memanggil Anji hanya ingin bertanya di mana rumah Annabelle. Samuel memang pernah mengantarkan Annabelle pulang, tetapi dia tentu tidak tahu dengan detail di mana pastinya rumah wanita itu.Setelah Anji datang dan Samuel berpikir bagaimana menjalankan rencananya, alih-alih mendatangi rumah Annabelle, Samuel justru menyelidik karyawannya itu—mencari informasi lebih banyak tentang Annabelle. Lalu, Samuel mengetahui bahwa Anji dan Annabelle tinggal di kampung yang berdekatan. Hanya berbeda RT, tetapi tetap satu RW.Jadi, dengan sedikit sogokan dari Samuel, Anji membeberkan semua yang dia ketahui tentang Annabelle. Samuel memang mengetahui bahwa Annabelle menjadi pekerja seks komersial karena terdesak utang
"Mabok Tupperware kali, Ma," gumam Samuel acuh tak acuh sambil mengganti pakaian dan melempar pakaian bekas ke keranjang cucian, lalu keluar dari kamar.Samuel tahu bahwa Yunita beringsut turun dari tempat tidur. Dengan ekor matanya, Samuel mendapati gerakan Yunita tampak terlihat lemah. Biasanya, jika sudah melihat Yunita seperti itu, Samuel akan langsung menggendong dan membopong wanita itu. Namun, kali ini Samuel memilih untuk mengabaikan Yunita, karena tahu wanita itu hanya bersandiwara.Ketika Samuel tiba di dapur dan hendak membuat kopi bagi diri sendiri, Yunita yang mengikuti dari belakang tiba-tiba berkata, "Mama nggak masak, badannya sakit semua soalnya, si Alfian aja mama suruh beli bakso dibening buat—""Nggak aneh kalau kamu nggak masak. Waktu sehat aja nggak masak, apa lagi sakit kayak gitu," tukas Samuel sambil menuang air panas ke dalam cangkir berisi kopi. "Baru tau kalo uang belanja tujuh juta sebulan cuma cukup buat beli telor sama mie, nggak ada bedanya sama uang be
Annabelle akhirnya meminta bantuan Samuel agar menghadapi orang bank yang datang ke rumahnya, karena kedua orangtuanya yang sudah berusia hampir enam puluh tahun itu sudah terguncang mendengar kabar rumahnya akan disita.Annabelle bukan tidak memiliki saudara selain kakak lelakinya yang kini sedang bekerja di Jakarta, tetapi dua kakak perempuan lainnya tinggal bersama suami mereka, dan jaraknya tak bisa ditempuh dengan waktu satu atau dua jam.Elli, kakak keduanya tinggal di Jawa bersama sang suami dan anak-anaknya. Sementara Hani, kakak ketiganya ikut merantau ke Lampung bersama suaminya, dan Annabelle tahu bahwa keadaan ekonomi dan komunikasi keluarganya sangat terbatas.Bahkan, sudah hampir satu tahun mereka tak datang berkunjung, dan itu pasti lagi-lagi karena besarnya biaya ongkos yang harus mereka keluarkan. Jadi, semenjak Annabelle menjanda, dialah yang paling tua di antara kedua adik perempuan dan satu adik laki-lakinya.Meski baru dua kali bertemu dengan Samuel, tetapi Annabe
"Bismillahirrahmanirrahim."Malam itu, Pak Yunus—bapak Annabelle mengawali ucapannya sambil berjabat tangan dengan Samuel di hadapan beberapa saksi."Yaa Samuel Khadafi bin Rifan Atmaja, saya nikahkan engkau dan kawinkan engkau dengan pinanganmu, putri kandungku Annabelle Maisara, dengan mas kawin satu juta rupiah dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Annabelle Maisara binti bapak Yunus dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.""Bagaimana para saksi?" tanya si penghulu sambil menoleh pada empat orang yang menyaksikan jalannya pernikahan siri tersebut. "Sah?""Sah!""Sah!""Sah!""Alhamdulillah."Samuel memang berencana menikahi Annabelle dan menjadikan wanita itu sebagai istri mudanya, apa pun caranya. Namun, dia tak menduga bahwa pernikahan akan dilangsungkan pada hari itu juga, tepat setelah percakapannya dengan Annabelle tak sengaja didengar oleh orang tua wanita itu.Jadi, ketika orang tua Annabelle menyelidik seberapa jauh hubungan mereka, Samuel dengan terang-terangan m
"Jadi, Nak Samuel," bapak Annabelle menambahkan sambil menatap Samuel penuh harap. "Biar Annabelle berkelakuan buruk sekali pun, tapi dia anak Bapak. Sekarang kamu suaminya, kamu berhak bawa Annabelle dan ngedidik dia dengan cara baik-baik. Tapi, bapak mah khawatir istri kamu tahu kalau kamu udah nikah, terus datang nyamperin Annabelle. Pan nggak mungkin kamu belain Annabelle yang belum ketahuan bakalan berjodoh panjang apa nggak sama kamu …""Tapi, istri kamu kan udah ke uji," lanjut bapak Annabelle pahit. "Pan kamu bilang udah nikah hampir sepuluh tahun. Itu berarti istri kamu sabar, tapi belum tentu bisa sabar kalau dia tau dimadu. Jadi, walaupun kita baru aja ijab kabul dan Annabelle menjadi tanggung jawab dan hakmu sebagai suami, tapi bapak cuma mau minta, kalau Annabelle mending tinggal di sini dulu aja, khawatir—""Tapi, Pak," potong Samuel, menahan diri agar tak memekik, terutama ketika tenggorokannya terasa dicekik akibat kata-kata terakhir yang diucapkan bapak Annabelle. "Aku
Semalam Annabelle mendesak Samuel agar pria itu pulang, karena dia belum terbiasa dengan kehidupannya yang tiba-tiba jungkir balik dan berubah 180 derajat hanya dalam beberapa jam.Namun, Annabelle justru terkejut saat ibunya membangunkan untuk sholat subuh, dan meminta dia membangunkan adik lelakinya agar pergi ke mesjid menyusul bapaknya.Annabelle mendapati Samuel tertidur di tengah ruangan bersama Fathur—adik lelaki Annabelle yang masih kelas lima SD, pantas saja sang ibu menyuruh dia membangunkan adik lelakinya. Mungkin belum berani membangunkan menantu dadakannya, sehingga sengaja mengandalkan Annabelle.Setelah percekcokan antara dia dan Samuel semalam, Annabelle langsung mengunci pintu kamar dan tidur secepat yang dia bisa—berharap pernikahannya dengan Samuel hanya mimpi buruk semata.Annabelle bahkan seolah lupa bahwa dia terbiasa tidur dengan dua adik perempuannya, sementara adik lelakinya tidur di ruangan—karena rumah itu hanya memiliki dua kamar tidur yang salah satunya ada
Annabelle tertohok hingga matanya terbelalak. Dia ingin tertawa, mengerti bahwa kemungkinan Samuel mengalami mimpi basah—meski dalam hati kecilnya bertanya-tanya, kenapa Samuel justru menyalahkan bibirnya? Bukankah semalam bukan Annabelle yang mencium Samuel?Samuel tahu bibir Annabelle yang merapat sedang berupaya agar tidak menertawakan apa yang baru saja dia katakan.Jadi, sebelum Annabelle bisa berkomentar apa pun tentang pengakuannya, Samuel kembali menambahkan dengan jengkel, "Handuk kamu aja lah. Dingin tau pulang bawa motor pagi-pagi gini."Annabelle mendecakan lidah, mengejek dengan suara pelan, "Percuma badan tatoan kalau sama udara dingin aja masih takut!"Alih-alih marah, Samuel justru terkekeh-kekeh melihat ekspresi Annabelle yang mendelik sebelum berlalu pergi sambil membereskan alas tidur bekas Samuel. Tak lama kemudian wanita itu kembali dengan membawa handuk berwarna ungu, sarung bersih, dan pouch monokurobo berisi alat mandi."Ada sikat gigi baru yang baru dibeli kem