Beranda / Romansa / Istri Kedua Sang Jenderal / 05. Bertemu Istri Pertama Kaiden

Share

05. Bertemu Istri Pertama Kaiden

Penulis: rainaxdays
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-28 12:05:11

Mobil Kaiden melaju dengan kecepatan sedang.

Anna duduk di jok belakang bersama Kaiden. Keheningan menguasai keduanya. Pandangan Anna terus tertuju pada pemandangan di luar jendela, memperhatikan distrik-distrik yang ia lalui, sampai kemudian matanya melebar melihat perbatasan yang mengarah ke ibu kota.

Perbatasan dibatasi oleh dinding beton dan pagar besi yang menjulang. Tempat itu dijaga ketat oleh pengawal yang akan selalu melakukan pemeriksaan. Mereka membawa senapan panjang dan tak segan menembak jika ada sesuatu yang mencurigakan.

Hanya warga tertentu yang bisa bebas keluar masuk dari perbatasan, seperti orang-orang yang bekerja di pemerintahan.

Kaiden sendiri memiliki mobil hitam khusus dengan inisial namanya di bagian depan, sehingga para pengawal tidak perlu mengecek identitasnya lagi. Kaiden selalu menggunakannya saat keluar dari ibu kota.

Anna mencoba untuk terlihat biasa saja ketika mobil melewati perbatasan, tetapi tetap saja ia tidak bisa menahan rasa takjubnya. Meskipun, kebencian akan mewahnya tempat ini masih bersarang di hatinya.

Ibu kota dipenuhi warna-warna yang cerah dan berkilau, gedung-gedung tinggi nan mewah yang menjulang, dan orang-orang yang berlalu lalang dengan wajah angkuh. Pakaian mahal dan perhiasan yang mereka kenakan nyaris membuat mata Anna sakit.

Sungguh berbanding terbalik dengan apa yang ada di luar perbatasan. Kebanyakan adalah daerah kumuh dengan warna abu-abu, cokelat, dan hitam yang mendominasi.

Ini bukan pertama kalinya Anna ke ibu kota, tetapi ia tetap merasa takjub dan benci di saat yang sama. Ia hanya bisa ke sini setahun sekali untuk menjenguk ayahnya. Terhitung, ini yang ketiga kalinya.

“Kita akan segera sampai,” ucap Kaiden dengan suara pelan.

Anna menoleh, tetapi pria itu sudah memalingkan wajah ke arah lain.

Pandangan Anna kembali terarah keluar jendela, dalam hati ingin tahu apakah Kaiden mengizinkannya untuk menjenguk ayahnya. Anna meliriknya, tetapi ia merasa ragu untuk bertanya.

Mungkin nanti, pikirnya.

Sebuah bendera hitam yang berkibar kemudian menarik perhatiannya. Itu adalah bendera negara Mosirette, dengan lambang kepala singa putih di bagian tengah.

Singa adalah simbol keberanian—favorit Pemimpin Shelton.

Anna kembali melirik Kaiden, menduga kalau mansion megah tempat bendera itu berkibar adalah milik Kaiden.

Dan benar saja, mobil berbelok ke dalam halaman mansion yang sangat luas. Anna menurunkan kaca mobil dan memperhatikan bunga bakung putih yang memenuhi halaman depan. Aromanya semerbak dan memenuhi penciuman.

Tanpa sadar Anna terus memperhatikan pemandangan halaman depan, sampai kemudian suara Kaiden terdengar.

“Ayo keluar,” panggil Kaiden, membukakan pintu.

Anna cukup tersentak saat pria itu sudah berada di hadapannya. Anna segera keluar, mungkin terlalu terburu-buru sampai kepalanya hampir terantuk pintu mobil.

Untungnya, Kaiden dengan cepat menahan kepalanya dan membantunya berdiri. Anna lagi-lagi tersentak saat Kaiden menyentuh pinggangnya.

“Terima kasih,” ucap Anna cepat, lalu beringsut menjauh. Ia membenci Kaiden, tetapi ia masih punya sopan santun setelah ditolong.

Anna menyalahkan gaun dan heels runcing yang ia pakai sekarang.

“Sama-sama,” balas Kaiden, seringai tipis terbentuk di bibirnya.

Anna yakin pria itu merasa besar kepala setelah mendengar ucapan terima kasihnya.

“Nah sekarang, tunjukkan senyumanmu, calon istriku. Jangan buat ayahmu malu," bisik Kaiden ketika mengulurkan tangannya.

Anna mau tak mau menerimanya, kemudian memaksa sudut bibirnya untuk membentuk senyum tipis.

Ini semua semata-mata demi ayahnya, bukan Kaiden.

Kaiden menariknya menuju pintu utama, di mana para pengawal dan pelayan berjejer untuk memberi sambutan.

Mereka membungkuk hormat ketika Kaiden dan Anna melangkah memasuki mansion. Bangunan berlantai tiga itu dipenuhi ukiran abstrak berwarna emas, dengan hiasan batu mulia di permukaan dindingnya.

Kaiden langsung membawa Anna menuju aula utama. Kandelar emas raksasa yang menggantung menjadi hal pertama yang menarik perhatian Anna.

Ini lebih terlihat seperti istana, pikir Anna.

Ini hanya mansion Kaiden. Kediaman milik Pemimpin Shelton sudah pasti jauh lebih mewah.

Bahkan, rumah sakit tempat ayahnya dirawat memiliki desain yang tak kalah luar biasa, dengan segala peralatan mahal dan canggih.

Bisakah ia mengunjungi ayahnya besok?

Anna tidak tahu jalurnya. Seorang pengawal pemerintahan selalu mengantarnya. Mereka melewati jalanan kecil berkelok, bukan jalan utama seperti yang ia lalui bersama Kaiden.

Anna hanya bisa memperhatikan pemandangan ibu kota sekilas, sebelum ia dibawa ke jalan yang dipenuhi pepohonan selama berjam-jam. Ia pikir jalan utama akan membuatnya tiba lebih cepat di rumah sakit.

Anna hendak bertanya ketika suara langkah kaki terdengar mendekat. Matanya menangkap sepatu heels putih yang elegan, lalu pandangannya naik pada gaun silver dengan potongan yang seksi. Terakhir, mata Anna bersirobok dengan iris cokelat yang terlihat licik.

Selena Benheiton—istri pertama Kaiden.

“Ah, kau sudah datang, Kaiden.” Selena buru-buru mengamit lengan suaminya dan menariknya menjauh dari Anna. Dia memperhatikan penampilan Anna dari atas sampai ke bawah. Tatapan menghina itu muncul, hanya sekilas dan Selena dengan cepat menampilkan senyum manisnya.

“Annalise, ini Selena. Aku pikir kau sudah tahu dari berkas yang kukirim sebelumnya,” ucap Kaiden.

Anna mengangguk dengan senyum palsu.

Selena lantas mengulurkan tangannya dan Anna menjabatnya.

“Kalian berdua mengobrol lah. Aku harus mengurus sesuatu dan akan kembali dalam beberapa menit,” imbuh Kaiden.

Anna melotot dan ingin menahan pria itu, tetapi Kaiden sudah berlalu pergi menyusuri lorong yang mengarah ke ruangan lain.

‘Astaga. Bagaimana bisa dia meninggalkannya begitu saja bersama istrinya?’

Selena langsung menjaga jarak dan menampilkan wajah angkuhnya. Matanya bergerak memperhatikan penampilan Anna sekali lagi, kemudian ia mendecih. “Yah, kau terlihat seperti ekspektasiku.”

Anna mengerutkan kening. “Maaf?”

Selena tersenyum miring. “Gadis miskin kotor dari tempat kumuh. Bahkan gaun mahal itu tidak bisa membantumu. Statusmu masih terlihat rendah.”

Anna tahu kalau statusnya memang sangat rendah di Mosirette, tetapi ia tidak menyangka istri Kaiden akan mengatakannya di pertemuan pertama keduanya.

Ternyata benar. Selena tidak semanis apa yang majalah dan koran bicarakan.

“Aku tidak mengerti kenapa Pemimpin Shelton harus memilih wanita rendahan sepertimu.” Selena kembali berbicara, melanjutkan olokannya. “Pertama-tama, kau harus tahu diri di mansion ini. Posisiku akan tetap sama dan kau hanya penghasil anak untuk Kaiden. Jadi, jangan coba-coba untuk bersikap seperti tuan rumah di sini.”

Lalu, Selena berbalik pergi dengan sepatu hak tingginya yang menubruk keras lantai keramik.

‘Selena membencinya’, batin Anna.

Kehadirannya di rumah ini membuat reputasi Selena tercoreng karena tidak bisa memiliki anak. Tetapi, bukan Anna yang menginginkannya. Pemimpin Shelton yang menetapkan segalanya.

Anna memperhatikan kepergian Selena dan seutas pemikiran muncul di benaknya.

Selena jelas tidak menginginkan pernikahan antara Anna dan Kaiden terjadi. Jadi... bisakah ia memanfaatkan hal itu? Mungkinkah kebencian Selena padanya bisa membuat pernikahannya dengan Kaiden batal?

Anna tersenyum sumringah. Ya, itu terdengar luar biasa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kedua Sang Jenderal   05. Bertemu Istri Pertama Kaiden

    Mobil Kaiden melaju dengan kecepatan sedang. Anna duduk di jok belakang bersama Kaiden. Keheningan menguasai keduanya. Pandangan Anna terus tertuju pada pemandangan di luar jendela, memperhatikan distrik-distrik yang ia lalui, sampai kemudian matanya melebar melihat perbatasan yang mengarah ke ibu kota. Perbatasan dibatasi oleh dinding beton dan pagar besi yang menjulang. Tempat itu dijaga ketat oleh pengawal yang akan selalu melakukan pemeriksaan. Mereka membawa senapan panjang dan tak segan menembak jika ada sesuatu yang mencurigakan. Hanya warga tertentu yang bisa bebas keluar masuk dari perbatasan, seperti orang-orang yang bekerja di pemerintahan. Kaiden sendiri memiliki mobil hitam khusus dengan inisial namanya di bagian depan, sehingga para pengawal tidak perlu mengecek identitasnya lagi. Kaiden selalu menggunakannya saat keluar dari ibu kota. Anna mencoba untuk terlihat biasa saja ketika mobil melewati perbatasan, tetapi tetap saja ia tidak bisa menahan rasa takjubnya. Mes

  • Istri Kedua Sang Jenderal   04. Pergi ke Ibu Kota

    “Astaga Anna! Sayangku! Kau tidak pernah muncul di depan lubang hidungku setelah sekian lama!” Anna mendengus melihat tingkah sahabatnya yang kelewat dramatis. “Ya, karena kau akan menyedotku dengan lubang hidungmu yang lebar itu.” Vasily tertawa dan melempar bokongnya ke tumpukan jerami. Di sampingnya, Anna menghela napas panjang, wajahnya kusut butuh disetrika. Vasily yang memperhatikan mengerutkan kening bingung. “Apa yang terjadi?” tanya Vasily tanpa basa-basi. “Kepalaku sakit,” jawab Anna lemas. Sudah tiga hari ia tidak bisa tidur dengan baik karena memikirkan pernikahannya dengan Kaiden. Tubuhnya sakit di semua bagian, tetapi ia merasa perlu menemui sahabatnya untuk menceritakan semuanya. “Apa kau memikirkan pernikahanmu dengan Jenderal Kaiden?” Anna mengangguk dengan bibir cemberut. “Yah itu...” Vasily menggaruk tengkuknya dan menyandarkan kepalanya ke kandang kuda di belakangnya. “Aku dengar istri pertama Jenderal Kaiden sebenarnya sangat licik. Dia berasal dari kelas

  • Istri Kedua Sang Jenderal   03. Patuhi Jenderalmu

    “Biar kuberitahu satu hal padamu. Aku membencimu dan akan selalu membencimu. Aku melakukan ini demi ayahku. Jadi, jangan berharap aku akan bersikap lemah-lembut padamu. Aku tidak akan pernah melakukan penghormatan seperti yang dilakukan orang lain.” Anna menatap Kaiden tepat di mata, tak menyesal sedikit pun mengatakannya. Ia merasa perlu memberi tamparan tak kasat mata setelah Kaiden menyudutkannya. “Dimengerti,” ucap Kaiden dengan seringai keji, sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan Anna. “Kupikir, tidak ada orang yang tidak membenciku," gumamnya, seolah bicara dengan dirinya sendiri. Anna menyipitkan matanya. Tiba-tiba, pria itu berdiri dan membungkuk ke arahnya. Anna membelalak saat Kaiden menyentuh dagunya dan mendongakkan kepalanya sampai mata keduanya bertemu. Mata biru Anna terlihat seperti air jernih di laut yang disinari matahari, kontras dengan mata hitam Kaiden yang gelap seperti lautan mati tanpa cahaya. Kaiden menyeringai. “Kau juga harus tahu satu hal, wanita

  • Istri Kedua Sang Jenderal   02. Persetujuan (Paksa) Anna

    Ketegangan yang menguar di udara terasa mencekik. Kaiden hanya diam di tempatnya, tetapi tatapan matanya yang intens seolah berusaha melucuti Anna. Seringai tipis tersemat di bibirnya. Pria ini sengaja, pikir Anna. Dia sengaja melakukan intimidasi seperti ini untuk membuat lawannya mengkerut. Sebuah teknik halus untuk membuat kepercayaan diri seseorang menurun. Kaiden tahu benar bagaimana menggunakan kekuasaannya, tetapi Anna mencoba untuk tidak merasa gentar sedikit pun. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa jauh di dalam hatinya, ada percikan ketakutan yang muncul. Anna menekan tangannya ke paha dan membalas tatapan Kaiden. Mata hitam pria itu tampak mengerling, ada sesuatu yang tengah ia rencanakan dalam kepalanya. Apakah pria ini benar-benar hanya akan menatapnya? Dia duduk dengan santai di seberang meja, punggungnya bersandar di sofa. Asap teh di atas meja tak lagi mengepul. Hampir 10 menit berlalu dalam keheningan. Anna membersihkan tenggorokannya dan memilih untuk menyesa

  • Istri Kedua Sang Jenderal   01. Lamaran Sang Jenderal Kejam

    Kekuatan dan kekuasaan adalah hal yang utama di Mosirette. Seseorang yang berada di derajat terbawah hanya bisa menunduk menerima perintah. Apa pun yang dikatakan oleh sang Pemimpin Negara, rakyat kecil hanya bisa menganggukkan kepalanya. Seperti halnya yang terjadi pada Annalise York, ketika tawaran perjodohan disodorkan padanya. Helaan napas frustrasi berembus dari mulut Anna. Kepalanya rasanya ingin meledak. Ia merasa sangat bingung dan gelisah memikirkan apa yang akan terjadi satu jam ke depan. Ia ingin menolak lamaran sang jenderal, tetapi di sisi lain, ayahnya yang sakit memintanya untuk menerima pria itu. Ayahnya selalu bijaksana dalam mengambil keputusan. Namun kali ini, Anna pikir ayahnya telah keliru. Apa yang ayahnya lihat dari pria itu? Sang jenderal yang terkenal dengan kekejamannya. Kaiden Hyperion. Rumor yang beredar mengatakan kalau Kaiden adalah pembunuh berdarah dingin yang tidak memiliki belas kasihan. Dia membantai siapa pun yang melanggar perintahnya, seka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status