Home / Romansa / Istri Kedua Sang Jenderal / 04. Pergi ke Ibu Kota

Share

04. Pergi ke Ibu Kota

Author: rainaxdays
last update Huling Na-update: 2025-05-28 12:04:37

“Astaga Anna! Sayangku! Kau tidak pernah muncul di depan lubang hidungku setelah sekian lama!”

Anna mendengus melihat tingkah sahabatnya yang kelewat dramatis. “Ya, karena kau akan menyedotku dengan lubang hidungmu yang lebar itu.”

Vasily tertawa dan melempar bokongnya ke tumpukan jerami. Di sampingnya, Anna menghela napas panjang, wajahnya kusut butuh disetrika. Vasily yang memperhatikan mengerutkan kening bingung.

“Apa yang terjadi?” tanya Vasily tanpa basa-basi.

“Kepalaku sakit,” jawab Anna lemas. Sudah tiga hari ia tidak bisa tidur dengan baik karena memikirkan pernikahannya dengan Kaiden.

Tubuhnya sakit di semua bagian, tetapi ia merasa perlu menemui sahabatnya untuk menceritakan semuanya.

“Apa kau memikirkan pernikahanmu dengan Jenderal Kaiden?”

Anna mengangguk dengan bibir cemberut.

“Yah itu...” Vasily menggaruk tengkuknya dan menyandarkan kepalanya ke kandang kuda di belakangnya. “Aku dengar istri pertama Jenderal Kaiden sebenarnya sangat licik. Dia berasal dari kelas atas dan orang tuanya adalah konglomerat yang cukup berpengaruh.”

“Hmm ya.”

“Tapi coba pikirkan sisi positifnya!” Vasily menegakkan tubuhnya dan menatap Anna dengan serius. “Kau tidak perlu menyekop kotoran kuda lagi.”

Anna spontan melotot mendengar hal itu. “Yang benar saja? Dia tidak memiliki belas kasihan. Dia pembunuh sadis. Kau menyuruhku melihat sisi positif hanya karena tidak perlu menyekop kotoran lagi?”

“Tapi bukankah kau benci dengan bau kotoran kuda?” Vasily menaikkan satu alisnya, tampaknya berusaha menghibur Anna, tetapi tidak berhasil.

Anna kembali menghela napas. Tidak ada yang bisa ia pikirkan tentang sisi positif dari pria itu. Tangan Kaiden sudah berlumuran darah. Dia menggunakan senjata dan ketangkasannya dalam bela diri untuk melenyapkan nyawa seseorang.

Kaiden telah mengikuti pendidikan militer sejak umur 12 tahun. Dia memiliki ambisi setinggi langit. Entah apa yang mendorongnya, tetapi Anna tahu Kaiden menyimpan kebencian yang sangat besar akan sesuatu.

Di ibu kota sendiri, reputasi sang Jenderal terbilang sangat cemerlang.

Semuanya bermula ketika peperangan meletus dan pemberontak ada di mana-mana. Mereka ingin Shelton Damme turun dari jabatannya saat itu, dan pemimpin baru harus dipilih dari kelompok para pemberontak.

Kemudian, Kaiden naik pangkat menjadi Jenderal dan tak disangka bisa menuntas habis para pemberontak.

Lalu terjadi revolusi secara besar-besaran, dan wilayah Mosirette dibagi dua.

Ibu kota dan wilayah di luar ibu kota.

Setelahnya, masih ada pemberontak dalam kelompok kecil yang menolak pemerintahan di bawah Shelton dan jenderalnya. Mereka mengatakan bahwa hanya kalangan atas yang diuntungkan dan sebagian besar orang menderita.

Tetapi lagi-lagi semuanya musnah.

Keahlian Kaiden dalam memukul mundur para pemberontak tidak ada duanya.

Sekarang, tahun 2045, tidak pernah ada lagi pemberontak yang muncul. Kaiden terus memberantas propaganda terselubung dan membuat seluruh warga Mosirette aman.

Ya, aman dari pemberontak, tetapi tidak dengan perekonomian mereka yang berbanding terbalik dengan warga di ibu kota.

Kesenjangan di Mosirette terlihat sangat jelas. Ibu kota penuh glamor dan kemewahan, sementara di luar itu, hanya sedikit warga yang bisa hidup dengan baik.

Anna sendiri harus membersihkan kandang kuda setiap hari untuk mendapat upah. Ia juga menjual sayuran dan buah ke pasar.

Meskipun begitu, Anna tidak pernah ingin tinggal di ibu kota. Tempat itu penuh dengan berbagai macam kebusukan.

“Anna, coba kau lihat ini. Koran mencetak sangat banyak. Semua orang sangat antusias dengan berita pernikahan kalian.”

Anna menoleh dan mendapati Vasily menyodorkan beberapa lembar koran. Di sana, terpampang foto sang Jenderal dalam seragam militernya, lalu di bawah fotonya tertulis:

‘Pengumuman pernikahan Jenderal Kaiden dengan rakyat biasa dari keluarga York telah dikonfirmasi!’

Anna memindai isi korannya dengan cepat. Dijelaskan secara singkat tentang ayah Anna—Baliant York—yang merupakan pahlawan perang. Ada pula, alasan kenapa Pemimpin Shelton merekomendasikan anak dari Baliant untuk Kaiden.

“Aku lihat semua orang membeli koran. Kalau kau pergi ke toko roti dan kedai kopi, kau akan dengar bagaimana mereka membicarakanmu dan Jenderal Kaiden,” ucap Vasily dengan menggebu-gebu.

Anna tidak pernah membeli koran, tetapi Fay bercerita kalau berita pernikahannya dengan Kaiden menyebar seperti angin musim semi yang menerpanya sekarang.

Baru kali ini Anna melihat antusiasme dari semua kalangan. Rakyat Mosirette yang tinggal di luar ibu kota kebanyakan membenci Kaiden karena lebih memihak kalangan atas, tetapi berita yang tersebar sekarang membuat kebencian itu seolah perlahan memudar.

Fakta bahwa Jenderal Kaiden akan menikahi seorang wanita dari rakyat jelata, seakan membuat mereka memiliki harapan. Bahwa Anna akan mengubah segalanya, atau mungkin... memberi bantuan besar pada mereka.

Anna tidak pernah memikirkan itu. Ia mungkin hanya dijadikan sebagai pion.

“Anna! Jenderal Kaiden datang untuk menemuimu! Cepat!" Adik perempuan Vasily mendadak muncul dari balik kandang dengan wajah panik. Anna dan Vasily refleks berdiri karena terkejut.

Kaiden datang?

Keduanya bergegas keluar dari kandang kuda, bersamaan dengan dua mobil yang masuk ke halaman rumah Vasily. Yang pertama adalah mobil Kaiden, dan yang kedua adalah mobil pelayannya.

Kaiden keluar dari mobil dan tampak memperhatikan sekeliling tempat Vasily yang kumuh.

Anna segera mendekat. “Apa kita memiliki pertemuan hari ini?” Seingatnya, Kaiden bilang pertemuan selanjutnya adalah minggu depan. Sekarang, baru tiga hari berlalu dan...

“Aku memajukannya,” ucap Kaiden, menatap ke belakang Anna.

Vasily dan adiknya telah membungkuk rendah sampai wajah keduanya sejajar dengan lutut mereka. Rambut pirang mereka terlihat berterbangan karena angin kencang.

“Aku pikir kau akan melakukan penghormatan seperti mereka?” Kaiden tersenyum miring dan Anna mengepalkan tangannya.

“Jangan harap.”

Kaiden tertawa.

Anna menyipitkan mata tidak suka. “Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini?”

Alih-alih menjawab, Kaiden malah mengisyaratkan pelayannya untuk mendekat. Pandangan Kaiden beralih ke pakaian Anna dan dia menghela napas.

“Ganti pakaian calon istriku.”

“Ya, Tuan.”

“Apa?” Anna menatap tidak mengerti.

“Kau terlihat seperti orang utan punah yang terlihat di buku,” ucapnya. “Bagaimana bisa kau ke ibu kota dengan pakaian seperti itu?”

Anna langsung memperhatikan penampilannya. Ia memakai kemeja lusuh dan celana jeans dengan warna yang sudah pudar. Lalu pandangannya berpindah ke Kaiden.

Kaiden memang selalu terlihat rapi dan bersih. Hari ini, dia memakai tuxedo mahal berwarna hitam. Aroma juniper dari tubuhnya masih sama dengan yang terakhir kali, dengan sedikit aroma rerumputan dan bunga-bunga liar di padang.

Anna mendengar kalau Kaiden suka berkuda.

“Apa kau belum mandi?” tanya Kaiden tiba-tiba.

Anna melotot. “Kau bercanda? Tentu saja aku sudah mandi! Hanya karena pakaianku lusuh, bukan berarti aku belum mandi!” Anna mendelik tidak terima, tetapi Kaiden hanya kembali menghela napas. Anna sungguh ingin menonjok wajah mulusnya itu sekali saja.

Pria ini sangat arogan. Bahkan melebihi Pemimpin Shelton.

“Pelayan, cepat lakukan tugasmu. Dandani dia di sini saja,” ucap Kaiden.

Pelayan wanita yang sudah membawa tas kertas di tangannya bergegas mendekati Anna. Wajahnya terlihat syok karena baru kali ini melihat seseorang bicara dengan santai dan meneriaki Kaiden tanpa kehilangan kepalanya. Apalagi Anna hanya rakyat jelata dengan status yang rendah.

“Cepat bersiap. Aku akan menunggumu di mobil.” Kaiden menyahut untuk terakhir kali sebelum masuk ke mobilnya, sementara Anna hanya bisa berdecak kesal.

Vasily dan adiknya segera membuka pintu rumah, mempersilakan sang pelayan untuk mendandani Anna di sana.

“Tolong pakai ini, Nona.” Pelayan itu memberikan sebuah dress sutra berwarna merah dengan tali kecil yang tipis.

Pakaian resmi di ibu kota adalah jas hitam untuk pria dan dress sutra untuk perempuan. Mereka mengenakannya saat ada acara resmi, pesta, atau perayaan khusus.

Dengan kain yang licin dan berkilau, dress sutra akan membentuk tubuh dengan baik. Sutra sendiri melambangkan status para perempuan ibu kota yang glamor, berkelas, dan juga seksi.

Anna tidak suka. Dan Kaiden malah selalu memberikan pakaian yang tidak ia sukai.

Anna mengenakan dress itu dengan terpaksa dan menatap refleksinya di cermin. Ia penasaran kenapa Kaiden mengajaknya ke ibu kota secepat ini.

Tidak mungkin kalau...

Mata Anna seketika membelalak ngeri.

Apakah mungkin pernikahan keduanya dipercepat?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kedua Sang Jenderal   57. Kesalahan Kedua

    “Dominic?” Wajah Anna berkerut, menatap sosok yang tengah berdiri di dekat gerbang masuk. Ia selalu melihat seorang prajurit kelas atas berjaga di sana, tetapi baru kali ini melihat Dominic yang mengambil alih tugas itu. Sepertinya, ada jadwal bergiliran menjaga mansion untuk setiap prajurit Mosirette. Dan sekarang adalah giliran Dominic. Meskipun Kaiden jelas-jelas tidak menyukai Dominic, dia masih berpegang teguh pada aturan—tidak mencampurkan masalah pribadi dan pekerjaan. Jadi, mau bagaimana pun juga, Dominic tetap berjaga di mansion miliknya. Anna memutuskan untuk mendekat, mengingat Kaiden belum kembali dari barak. Ada satu hal yang ingin ia tanyakan setelah membaca beberapa buku militer milik Kaiden. Kakinya yang masih sakit agak tertatih, dan itu membuat heels-nya menubruk lantai dengan keras. Bunyinya menarik perhatian Dominic. Dia menoleh dengan waspada, tetapi kemudian ekspresinya berubah. Senyumnya dengan cepat merekah begitu melihat Anna. “Hei, pengantin b

  • Istri Kedua Sang Jenderal   56. Bertengkar dengan Selena

    Foto-foto Anna bersama Kaiden dikirim ke mansion sore ini. Tetapi, bukan Anna yang menerimanya, melainkan Selena. Pelayan yang menerima paket itu sudah mengatakan bahwa isinya untuk Anna, namun Selena bersikeras ingin mengambilnya dan membukanya. Dan seperti yang Anna khawatirkan, Selena melihat semua foto itu. Semua pose mereka yang romantis, intim, dan sensual, bahkan beberapa foto candid yang Monica ambil sebagai ‘bonus’. Anna berdiri di lorong lantai dua, sementara Selena menghampirinya dengan berang. Hak sepatunya menubruk lantai dengan keras saat dia terburu-buru menghampiri Anna dengan emosi. Wajahnya memerah padam dan bibirnya berkerut kesal. Dia berhenti di depan Anna dan melemparkan foto-foto itu ke depan wajahnya dengan kasar. “Dasar jalang!” Selena meraung. “Apa kau yang meminta semua pose itu, hah?! Apa kau yang memintanya?!” “Monica. Bukan aku.” Anna bicara dengan suara tenang. Kakinya sakit dan ia hanya beranjak bangun dari tempat tidur untuk mengambil pake

  • Istri Kedua Sang Jenderal   55. Hasrat Tak Tertahankan

    Apakah... Kaiden sedang bergairah? Anna tidak ingin tahu. Ia tidak ingin tahu. Tetapi, ia sudah terlanjur tahu. Pipinya terasa panas tanpa bisa ia kontrol. Berbaring di atas tubuh Kaiden yang hangat otomatis mengingatkannya pada malam pengantin mereka. Menarik napas panjang, ia berusaha menormalkan ekspresinya. Tetapi, sulit untuk fokus ketika napas Kaiden yang terasa memberat terus menerpa kepalanya. Kaiden sedang terangsang di bawah sana. Dan Anna yang berbaring di atasnya tidak membantu sama sekali. Pose kedelapan mereka sebelumnya terlalu sensual. Mungkin itu penyebabnya. Kaiden harus memeluk tubuhnya dari belakang, sementara ia bersandar ke dada pria itu. Lehernya terekspos dan Kaiden menenggelamkan wajahnya di sana. Satu tangan Kaiden berada dekat dengan payudaranya, sementara tangan lainnya mencengkeram pinggangnya. Bagaimanapun hebatnya Kaiden dalam mengontrol diri, dia tetap pria normal yang memiliki hasrat seksual. Mereka bahkan masih harus melakukan satu

  • Istri Kedua Sang Jenderal   54. Pemotretan (2)

    Sepertinya, tidak akan ada pose normal dalam pemotretan ini. Padahal, Anna sudah berharap pemotretan ini akan cepat selesai. Kaiden tanpa basa-basi menarik pinggangnya, sementara tangannya yang lain menangkup wajahnya. Monica terus memberi instruksi sampai Anna tiba pada posisi di mana bibir Kaiden menekan mulutnya. Tidak kuat, tetapi tetap saja jantung Anna berdebar tak karuan. Tatapan mereka bertemu dan Monica berteriak heboh. “Ya! Ya! Pertahankan!” Monica melangkah mundur, lantas mengambil gambar. Bibir mereka hanya menempel satu sama lain, tetapi tatapan Kaiden yang terarah padanya cukup intens. Mereka setidaknya harus mempertahankan kontak mata selama beberapa detik. “Ubah posisi sedikit, Tuan dan Nyonya.” Kaiden memiringkan kepala Anna, dan bibirnya terasa bergerak—mengemut dan menghisap bibir Anna dengan lembut. Gambar diambil. “Ya, selesai!” Anna menghela napas dan segera menjauh dari Kaiden. Di luar panggung, Monica segera mengecek hasil fotonya di laya

  • Istri Kedua Sang Jenderal   53. Pemotretan (1)

    Fotografer yang akan memotret Anna dan Kaiden adalah setengah pria dan setengah wanita.Anna bilang begitu karena tampilan luar pria itu sangat jantan dan macho. Bahkan wajahnya terlihat seperti ‘pria normal’. Tetapi, caranya berbicara dan bertingkah persis seperti perempuan. Dia bahkan berlenggok-lenggok ketika berjalan.Dia sempat mengedipkan sebelah matanya dengan manja pada Vargaz. Tentunya, balasan Vargaz adalah tatapan sinis dan jijik.“Terima kasih sudah mempercayakan pemotretan ini lagi pada saya, Jenderal,” ucap pria itu, membungkuk rendah di hadapan Kaiden dan Anna dengan senyum lebar.Kaiden mengangguk. “Kuharap hasilnya sebagus biasanya.”“Tentu saja, Tuan! Anda akan selalu mendapat kualitas terbaik,” jawab pria itu dengan suara ceria dan feminim yang dibuat-buat. Ia menegakkan tubuhnya kembali dan beralih menatap Anna dengan senyum sopan. “Seperti yang dirumorkan, Anda memang sangat cantik, Nyonya. Lebih cantik dari saya.”Anna memaksakan senyumnya. “Terima kasih.”“Apaka

  • Istri Kedua Sang Jenderal   52. Perubahan Sikap Kaiden

    “Bukankah ini terlalu berlebihan, Camila?”Anna menatap Camila dengan satu alis naik. Ia telah didandani dengan riasan glamour dan glitter yang berkilauan di mana-mana. Tetapi, yang paling mencolok adalah gaun putihnyaPersis seperti gaun pengantinnya.Bagian belakang menjuntai dan terseret ketika Anna berjalan. Tidak berat, Anna hanya takut menginjaknya.“Bukankah ini hanya pemotretan biasa?” tanyanya lagi setelah Camila selesai menyisiri rambutnya.“Tidak, Nyonya. Ini adalah pemotretan yang sangat penting!” Camila bicara dengan antusias. Matanya sampai berbinar. “Wajah Anda dan Tuan Kaiden akan terpampang di seluruh majalah dan koran, baik di ibu kota maupun di luar ibu kota.”“Oh, apakah seperti berita lamaran Kaiden waktu itu?”“Benar, Nyonya. Pemotretan ini sekaligus untuk memperkenalkan Anda secara resmi pada publik, bahwa Anda adalah istri kedua Jenderal Kaiden.” Camila menjelaskan dengan wajah bangga.Camila adalah salah satu orang yang sangat mendukung hubungannya dengan Kaid

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status