Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 108. Terperangkap

Share

Bab 108. Terperangkap

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-07-27 21:44:58

Bukan sebuah permintaan untuk memperjelas, melainkan ancaman yang terselubung, sebuah perintah yang penuh intimidasi. Suara Keandra kini lebih rendah, lebih berbahaya.

Neina menelan ludah. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Namun, ia tahu, ia harus mempertahankan pendiriannya. Ini adalah satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari lingkaran setan ini.

“Ayo, kita wujudkan keinginan Pak Daniswara.”

Ia mengambil napas dalam, mengumpulkan sisa keberaniannya.

“Maka, Anda akan memiliki semua aset yang seharusnya milik Anda. Dan… saya bebas dengan kehidupan saya tanpa tekanan dan balas budi yang terus membayangi.”

Keandra mencondongkan tubuhnya lebih dekat, jarak di antara mereka kini tinggal beberapa sentimeter.

Neina bisa merasakan hangat napas Keandra di wajahnya, dan aroma maskulin yang kuat bercampur dengan kemarahan.

“Kau pikir semudah itu?” desis Keandra, suaranya nyaris berbisik namun penuh ancaman.

“Kau pikir dengan ‘melahirkan’ pewaris, kau bisa lepas tangan begitu saj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 108. Terperangkap

    Bukan sebuah permintaan untuk memperjelas, melainkan ancaman yang terselubung, sebuah perintah yang penuh intimidasi. Suara Keandra kini lebih rendah, lebih berbahaya.Neina menelan ludah. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Namun, ia tahu, ia harus mempertahankan pendiriannya. Ini adalah satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari lingkaran setan ini. “Ayo, kita wujudkan keinginan Pak Daniswara.” Ia mengambil napas dalam, mengumpulkan sisa keberaniannya. “Maka, Anda akan memiliki semua aset yang seharusnya milik Anda. Dan… saya bebas dengan kehidupan saya tanpa tekanan dan balas budi yang terus membayangi.”Keandra mencondongkan tubuhnya lebih dekat, jarak di antara mereka kini tinggal beberapa sentimeter. Neina bisa merasakan hangat napas Keandra di wajahnya, dan aroma maskulin yang kuat bercampur dengan kemarahan. “Kau pikir semudah itu?” desis Keandra, suaranya nyaris berbisik namun penuh ancaman. “Kau pikir dengan ‘melahirkan’ pewaris, kau bisa lepas tangan begitu saj

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 107. Dalam Kandang Singa

    Suasana di dalam lift seperti ruangan vakum yang menyerap semua suara. Hening. Kaku. Tegang. Neina berdiri sekitar dua meter dari Keandra, menjaga jarak seolah batas itu bisa melindunginya dari badai yang ia tahu akan segera datang. Detik demi detik berlalu dalam keheningan yang menyesakkan, hanya desing lembut mesin lift yang terdengar, menambah ketegangan di antara mereka. Neina merasakan setiap serabut di tubuhnya menegang, jantungnya berpacu seolah ingin melompat keluar dari dadanya. Ia mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam, namun udara di lift terasa semakin tipis, sulit untuk bernapas.Keandra bersandar pada dinding belakang lift, kedua tangannya terselip di saku celana, matanya menatap lurus ke depan. Tapi sesekali, sorot itu beralih cepat ke arah Neina, dingin dan tajam, seperti pisau yang diasah. Ada aura kemarahan yang pekat menguar dari dirinya, memenuhi ruang sempit itu. Neina bisa merasakannya, seperti hawa dingin yang menusuk tulang. Ia menahan napas, m

  • Istri Kedua Sang Presdir   106. Tak Terbayangkan

    Hari itu berjalan panjang. Neina menghabiskan jam-jamnya dengan mengikuti rapat yang membosankan, mengejar tenggat laporan yang mendesak, dan bertemu Keandra hanya beberapa menit—saat pria itu memberikan instruksi singkat tanpa menatapnya. Interaksi singkat yang dingin itu terasa seperti tamparan, namun Neina tidak membiarkannya memengaruhi semangatnya. Ia menyibukkan diri dalam tumpukan pekerjaan, melupakan sejenak gejolak emosi yang terjadi. Bahkan, ia tidak mengetahui apa pun tentang pertemuan penting antara Daniswara dan Keandra—pertemuan yang ia paksakan untuk hindari dengan alasan banyak pekerjaan. Ia hanya masuk sebentar untuk membawakan minuman, lalu pamit dengan tergesa-gesa.Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat dan langit memerah, Neina berdiri di tepi jendela ruangannya. Kopi di tangannya sudah dingin, tapi pikirannya tetap hangat oleh semangat yang ia bangun sendiri. Ia sadar, hari ini ia tidak menang. Ia tidak berhasil mengubah hati Keandra, ia tidak berhasil me

  • Istri Kedua Sang Presdir   105. Nilai Sebuah Keteguhan

    Neina melangkah menuju lift karyawan, setiap langkahnya terasa seperti menembus tirai bisikan dan lirikan. Seperti biasa, lorong panjang itu dipenuhi desas-desus. Obrolan akrabnya dengan Daniswara, orang penting yang memiliki hak seutuhnya atas DS Company, pagi ini menjadi bahan bakar baru untuk karyawan lain gosip."Kalian lihat sendiri 'kan? Bagaimana dia menjilat?" desis seseorang, suaranya dipenuhi nada jijik."Iya, bahkan sampai bos besar pun ia dekati," timpal yang lain, seolah Neina adalah seorang predator yang mengincar mangsa."Nggak banget deh kerja dengan cara seperti itu.""Iya. Sok akrab banget sama Pak Daniswara."Gumaman-gumaman itu tidak pernah benar-benar diam, selalu ada di setiap sudut kantor, mengikuti Neina seperti bayangan. Namun, hari ini, Neina merasa berbeda. Ada kekuatan baru dalam dirinya, membuatnya bisa melangkah tanpa harus menoleh, tanpa harus membiarkan bisikan-bisikan itu menyentuh hatinya. Ia memfokuskan pandangannya ke depan, pada tujuan yang jelas

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 104. Tak Gentar Melawan

    Di meja makan yang dihiasi vas kristal berisi mawar putih segar, aroma melati yang lembut beradu dengan ketegangan yang menyesakkan. Dua pasang mata saling melempar tatapan penuh bara, seolah ingin melumat habis Neina bersamaan saat itu juga. Neina, di ujung meja, duduk dengan tenang, jemarinya merapikan lipatan serbet di pangkuan. Wajahnya pualam, tapi sorot matanya yang waspada tak bisa ia sembunyikan. Di hadapannya, Olivia duduk angkuh, kedua tangan terlipat di depan dada, aura dominasi memancar kuat dari dirinya.Keandra, yang sudah bersetelan formal lengkap, menatap tajam pada Neina. Wajahnya dingin membeku, rahangnya mengeras, seolah memendam amarah yang siap meledak. Ia bangkit dari kursinya tanpa menyentuh sedikit pun sarapan yang telah Neina siapkan dengan cermat. "Aku tidak sarapan," ucapnya pendek, suaranya sedingin es.Olivia menoleh cepat, berusaha meraih lengan Keandra, nada suaranya berubah manis, penuh bujukan. "Sayang, setidaknya makan sedikit. Aku akan menyuruh B

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 103. Mulai Berontak

    Bibi Raras menghela napas, seolah pasrah namun juga bangga akan ketabahan Neina. “Baiklah kalau begitu. Tapi ingat kata Bibi, ya. Jangan sampai lengah.” Bibi Raras mematikan kompor, lalu mulai menata pancake di piring saji. “Sudah siap nih sarapannya. Ayo kita bawa ke meja makan.”Meja makan pagi itu terasa lebih ramai dari biasanya. Suara denting sendok beradu dengan piring terdengar lebih nyaring. Keandra sudah duduk di tempatnya, matanya terpaku pada layar ponsel, jemarinya lincah mengetik sesuatu. Raut wajahnya datar, seperti biasa, sulit ditebak apa yang ada di pikirannya. Di depannya, secangkir kopi hitam mengepulkan asap tipis. Olivia duduk di sampingnya, anggun dengan gaun tidur sutra berwarna dusty pink yang mewah, rambutnya tergerai indah, sesekali menyesap tehnya dengan gerakan gemulai, jemarinya yang lentik memegang cangkir porselen. Aroma teh Earl Grey yang lembut samar-samar tercium, bersaing dengan aroma kopi dan pancake.Neina membawa nampan berisi pancake yang t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status