/ Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 109. Mengikuti Keandra

공유

Bab 109. Mengikuti Keandra

작가: Wijaya Kusuma
last update 최신 업데이트: 2025-07-29 23:13:04

Neina mematung, seolah kakinya terpaku pada lantai marmer yang dingin. Detik-detik di dalam lift itu terasa seperti pukulan keras yang merenggut napasnya. Keandra. Suaminya. Atasannya.

Kata-kata itu berputar, menciptakan pusaran kebingungan dan rasa sakit. Ia tak bisa berlama-lama larut. Bisikan-bisikan mulai merayap dari sudut kantor, tatapan-tatapan menusuk penuh penilaian, seolah ia adalah pemeran utama dalam drama yang baru saja mereka saksikan.

Neina tahu, mereka melihatnya. Mereka melihat apa yang terjadi. Dan mereka tidak menyukainya yang pastinya akan bergosip tentang dirinya. Ya. Ini akan sangat besar gosip yang digoreng oleh orang-orang yang memang tidak pernah menyukainya.

Dengan sisa harga diri, Neina mengumpulkan kekuatan. Ia tidak akan hancur di depan mata-mata yang menghakimi itu. Langkah demi langkah, ia memaksa kakinya bergerak, meninggalkan lobi gedung yang megah namun terasa menyesakkan.

Setiap langkah terasa berat, menyeret beban tak kasat mata. Udara di luar d
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 122. Kopi Pagi

    “Kau terlihat tak percaya aku yang buat, Sayang?” Sorot mata kecewa Olivia perlihatkan untuk menarik simpati Keandra pagi ini. Keandra menghela nafas berat nya, “Bukan tak percaya. Hanya kau tak pernah melakukannya, bukan?” Keandra seolah membuka fakta jika memang Olivia tidak pernah melakukan pekerjaan memasak untuknya. “Jangan seperti itu, aku hanya sedang belajar menjadi istri yang baik untukmu. Aku tak ingin, peran penting di keluarga ini akan berpindah posisi.”Sengaja Olivia memberikan kalimat sindirannya untuk Neina. Neina diam, ia terlalu muak harus menyaksikan drama suami istri pagi ini. “Tak perlu kau mempersulit hidupmu. Aku sudah menyiapkan semua di rumah ini. Termasuk pelayan.” Keandra melirik ke arah Neina yang sejak tadi diam di kursinya. Ia seolah tidak tergoda dengan pembicaraannya dengan Olivia yang tak menganggap dirinya ada di meja makan bersama.“Sebentar.”Tiba-tiba saja Olivia bangkit dari duduknya. Ia ke arah pantry dan Keandra tahu jika Olivia sedang meng

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 121. Keributan Pagi

    Di rumah Daniswara, Keandra berdiri di depan jendela besar menghadap kolam ikan.“Kau yakin tak akan menyesal?” tanya Daniswara dari belakang.Keandra menoleh sedikit. “Penyesalan hanya datang ketika aku membiarkan diriku dipermainkan lebih jauh.”“Kadang… balas dendam adalah jalan yang berliku, Kean. Kau mungkin menang, tapi hatimu akan tetap terluka.”Keandra menghela napas. “Aku tidak ingin menang. Aku hanya ingin ia tahu… rasa itu tidak enak.”Daniswara mengangguk pelan. “Kau punya darahku. Tapi semoga kau juga punya kebijaksanaan ibumu.”Keandra diam. Nama ibunya selalu menjadi titik lemahnya.“Aku pulang sekarang,” ucapnya.Daniswara berjalan menghampiri dan memegang pundaknya. “Apa pun yang terjadi, ingat… keluarga adalah segalanya. Lindungi nama kita dan … Neina.”Keandra terdiam, ia tidak menolak dan juga tidak mengiyakan apa yang diminta oleh kakeknya itu padanya. Malam hari, rumah kembali sunyi. Olivia mengurung diri di kamar pribadinya, sibuk menghubungi seseorang lewat t

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 120. Rencana

    "Tuan Daniswara sudah menunggu di ruang belakang, Tuan Keandra."Keandra hanya mengangguk. Langkah-langkahnya menggema di lantai marmer mahal, melewati lukisan-lukisan tua yang menggambarkan sejarah panjang keluarga mereka. Bau khas rumah tua—perpaduan kayu lawas dan aroma herbal dari dupa Tibet—menyambutnya.Di taman belakang, di bawah pohon kamboja tua, duduklah Daniswara, sang kepala keluarga. Lelaki berusia delapan puluh itu mengenakan batik coklat tua dan memegang tongkat kayu dengan ukiran kepala naga.“Keandra,” panggilnya dengan suara berat namun penuh wibawa. “Akhirnya kau datang juga.”Keandra mendekat. “Jangan berpikir lebih.”“Tak masalah,” ujar Daniswara sambil menunjuk kursi kosong di hadapannya. “Duduklah. Kita perlu bicara, dan ini bukan obrolan ringan.”Keandra duduk. Pandangannya tajam, namun tak sepenuhnya bisa menyembunyikan kelelahan di balik sorot matanya.“Dengar, Kean,” Daniswara membuka percakapan, “kau tahu aku tak pernah ikut campur urusan pribadimu.”Keandr

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 119. Langkah Rahasia

    Tapi Neina tak mundur lagi. “Anda tak bisa terus mengendalikanku, Pak Keandra.”Keandra menarik napas panjang, lalu membuangnya keras. Tangannya mengepal.“Kau pikir aku suka ini semua?” suaranya kini melemah. “Kau pikir aku tidak tersiksa… karena harus pura-pura tidak peduli… karena harus jaga hubungan dengan Olivia, perusahaan, kakekku… semua orang?”Neina membeku. Matanya menatapnya. Keandra menunduk sebentar, lalu mendekat perlahan.“Aku membelamu karena aku tahu kau tidak bersalah. Tapi jangan minta lebih, Neina. Aku tidak bisa memberi lebih.”Dan dengan itu, Keandra berbalik. Masuk ke mobil. Menyalakan mesin. Dan pergi meninggalkan Neina berdiri sendiri di parkiran yang dingin.Neina tertegun di tengah kegelapan, kata-kata Keandra menusuknya dalam. Dingin dan menyakitkan, seperti angin malam yang menerpa kulitnya. Dia tidak bersalah? Benarkah? Hati Neina berteriak. Dia bersalah. Tentu saja dia bersalah. Bukan karena foto itu, tapi karena apa yang terjadi di balik foto itu. Kebe

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 118. Foto yang Membakar

    Langit Jakarta tampak biasa saja pagi itu. Gedung tinggi menjulang di jantung kota berdiri tenang seperti tak terjadi apa-apa. Namun di lantai 8 kantor DS Company, suasana mendidih seperti bara yang hendak menyulut api besar.Neina berjalan melewati deretan meja dengan nafas teratur, walau jantungnya berdebar tak karuan. Suasana kantor terasa... aneh. Biasanya, ia disambut dengan anggukan sopan atau senyum basa-basi. Tapi hari ini?Tatapan tajam, lirikan cepat, bisikan lirih. Ia tahu perasaan ini. Perasaan sedang jadi bahan pembicaraan.“Pagi,” sapa Neina pada seorang rekan kerja di departemen pemasaran.Wanita itu hanya mengangguk canggung. Lalu buru-buru menunduk menatap layar laptop. Neina menelan ludah. Matanya bergerak cepat menyapu sekitar. Beberapa kepala buru-buru berpaling begitu tatapan mereka bertemu. Di meja pantry, dua karyawan tampak melihat ke arah ponsel bersama-sama, lalu menoleh ke arah Neina dan tertawa kecil.Tiba-tiba, notifikasi masuk di ponselnya.Dari Eva: “Kam

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 117. Retak yang Pecah

    Langit malam menggantung kelam di atas mansion megah yang berdiri kokoh di atas tanah luas, sebuah istana keheningan yang kini diselimuti ketegangan. Lampu-lampu kristal memantulkan cahaya kekuningan ke dinding marmer, menciptakan bayangan yang bergoyang perlahan, seolah mengikuti irama napas rumah itu yang mulai sesak oleh konflik yang membara. Aroma bunga mawar yang seharusnya menenangkan kini terasa getir, bercampur dengan aura amarah yang menguar di setiap sudut.Di dalam kamar utama, suara dentingan jam antik yang monoton hampir tertelan oleh debat panas yang telah berlangsung selama lebih dari lima belas menit. Setiap kata yang terucap adalah percikan api yang membakar bara dendam yang telah lama terpendam."Aku sudah cukup sabar, Keandra!" Olivia berteriak dengan nada tajam, suaranya memantul di dinding-dinding besar kamar itu, menusuk telinga. Rambutnya yang tergerai terlihat acak-acakan, napasnya memburu, dadanya naik turun menahan amarah yang meledak-ledak. “Kalau kau ti

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status