Share

Bab 3

Author: Risma123
last update Last Updated: 2025-01-24 15:16:10

Setelah hari itu, Candra kembali sibuk dengan pekerjaan kantornya. Dia terkadang pulang larut malam, bahkan Vania tidak menyadari kapan dia pulang kerja saat itu. Biasanya Vania melihat Candra di pagi hari sedang tidur memeluknya erat. Terlihat wajah lelah dan letih sang suami, bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

"Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta dan merasa luluh melihat ketulusannya padaku juga keluarga kecil kami ini. Dia berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan aku dan memberikan yang terbaik untuk rumah tangga kami," batin Vania terharu. 

"Mau kemana? Masih pagi! Tidur lagi saja!" bisik Candra saat istrinya berusaha bangun dari tempat tidur.

"Aku mau buat sarapan dan bangunkan anak-anak untuk sekolah," balas Vania dengan suara pelan. 

"Kita punya pembantu. Hal seperti itu, biarkan mereka saja yang kerjakan. Tugas kamu peluk aku, temani aku bobo," bisik manja Candra yang semakin mempererat pelukannya di tubuh Vania.

Vania tak berkutik. Memang benar selama mereka menikah, Candra mempekerjakan dua pembantu rumah tangga di rumah itu. Tentu alasannya hanya satu, tidak ingin sang istri kelelahan mengurus rumah, dan hanya mau memanjakan Vania saja setelah menikah. Alhasil Vania jenuh di rumah, karena hampir semua pekerjaan dikerjakan pembantu. Dia juga ingin seperti istri-istri yang lain, yang bisa melayani suami juga anak-anaknya. Tapi Candra terlalu menyayanginya, dia tidak pernah membiarkan Vania mengerjakan pekerjaan rumah dan lebih banyak menawan sang istri di kamar untuk melayani kebutuhan birahinya. 

"Karena kamu begitu bersemangat untuk buat sarapan dan mengurus anak-anak, bagaimana kalau olahraga pagi dulu sebelum mengerjakan itu semua. Aku ingin lihat, masih energik kah istriku setelah berolahraga denganku pagi ini," bisik Candra yang membuat Vania tak melawan saat dia menciumi bibirnya dengan penuh gairah. 

Ini bukan pertama kalinya saat Vania ingin bangun membuat sarapan, dan berakhir di ranjang bersama suami tercintanya itu. Vania tidak bisa membayangkan seperti apa kuatnya nafsu suaminya setiap hari padanya, dan tidak melepaskan dia sebelum sang suami benar-benar puas. Alih-alih ingin membuat sarapan untuk keluarga, kini Vania berakhir terkapar di ranjang setelah cukup lama melayani kebutuhan birahi suaminya itu. 

Candra terlihat tersenyum puas melihat sang istri terkulai lemah. Dia menutupi tubuh Vania dengan selimut, lalu mengecup singkat bibir sang istri sebelum akhirnya masuk kamar mandi untuk bersiap ke kantor. 

Vania menoleh, menatap suaminya keluar dari kamar mandi. Niatnya ingin bantu Candra menyiapkan pakaian kantornya, dan membantu dia berpakaian. Tapi boro-boro mau bantu, saat Vania menggerakkan tubuhnya, dia merasa sakit sekujur tubuhnya sakit semua. Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk bangun dan hanya memperhatikan Candra yang terlihat kegirangan melihat kondisi lemah Vania saat itu. 

"Sayang, kamu kenapa? Tidakkah kamu mau bantu aku berpakaian?" bisik Candra menggoda. 

"Huh!" 

Hanya itu keluhan yang keluar dari bibir Vania mendengar kata-kata Candra yang menyindir. Kalau bukan karena dia, tentu Vania tidak akan berakhir seperti ini. Tapi bisa-bisanya dia malah berpikir untuk menyindir Vania dengan senyum puas di bibirnya. 

"Apakah aku keterlaluan menindasmu di ranjang tadi? Apakah kamu lelah? Sayang, maafkan aku. Aku terlalu menyukai tubuhmu sampai aku kehilangan kendali. Tidurlah sebentar lagi! Jangan urus urusan lain lagi! Anak-anak ada pembantu dan sopir yang antar ke sekolah. Istirahatlah!" ucap Candra sambil kembali mencium bibir Vania sebelum akhirnya keluar dari kamar. 

Candra kembali ke kamar. Dia membawa sarapan pagi untuk sang istri. Dua roti panggang dengan selai coklat dan segelas susu hangat. Dia duduk di sisi ranjang dan menuntun Vania untuk duduk. Berlahan dia menyuapi Vania makan sambil sesekali mengusap lembut pipi sang istri penuh kasih sayang. 

"Makan yang banyak! Bukankah kamu sudah capek melayaniku tadi, sekarang giliran aku yang melayanimu," ucap Candra sambil terus menyuapi roti ke mulut Vania. 

"Mas, kamu berangkat kerja saja. Tidak usah urus aku lagi. Aku bisa makan sendiri. Kalau kamu terus menemani aku seperti ini, aku takut kamu telat ke kantor," balas Vania khawatir. 

"Tidak usah mengkhawatirkan aku. Jarang-jarang aku punya waktu memanjakan istriku seperti ini kan? Vania, aku cinta kamu. Aku tidak ingin jauh darimu. Tidak bisakah kamu ikut aku ke kantor agar aku bisa melihatmu setiap hari tanpa harus berpisah seperti ini?" 

"Mana boleh! Kalau aku ikut ke kantor, yang ada kamu tidak fokus kerja. Kalau kamu rindu aku, cepat selesaikan pekerjaan kantormu, lalu pulang lah! Aku akan tunggu kamu dengan anak-anak di rumah."

"Baiklah. Tunggu aku kembali dari kantor ya, sayang!" ucap Candra sambil mencium lembut kening sang istri sebelum akhirnya meninggalkan kamar untuk pergi bekerja. 

Siang harinya, Vania dikagetkan dengan kedatangan Irma ke rumahnya. Dia menangis tersedu-sedu sambil memeluk tubuh Vania di pintu masuk. Vania tentu saja kebingungan dengan hal yang terjadi. Dia meminta Irma masuk ke rumah dan menceritakan hal yang terjadi padanya saat itu. 

"Ada apa, Ir? Kenapa kamu nangis?" tanya Vania khawatir. 

"Aku, aku dipecat dari pekerjaanku. Aku dituduh selingkuh dengan pemilik rumah makan tempat aku bekerja. Vania, padahal tempat itu adalah satu-satunya tempat aku mencari nafkah. Kalau seperti ini, bagaimana caraku melanjutkan hidup. Aku bingung sekali," ucapnya dengan wajah sedih yang membuat Vania iba. 

"Jangan menangis! Aku tahu kamu sedih karena kehilangan pekerjaanmu. Tapi percayalah, akan ada pekerjaan yang jauh lebih baik untukmu nanti. Kamu jangan sedih lagi! Bagaimana kalau temani aku jemput anak-anak ke sekolah? Kita bisa jalan-jalan dengan mereka ke taman hiburan. Mau?"

"Ya. Sepertinya yang aku butuhkan saat ini memang hiburan. Terima kasih Vania. Kalau tidak ada kamu, aku tidak tahu harus apa saat ini. Terima kasih sudah menjadi sahabat baikku," ucap Irma sambil memeluk tubuh Vania. 

Vania pun mengganti baju dan bersiap untuk pergi menjemput anak-anak sekalian jalan-jalan setelahnya. Tapi Vania dibuat terkejut saat melihat Irma berdiri di samping sofa ruang tamu sambil menatap ke arah foto pernikahan dia dan suaminya.

"Ada apa ini? Kenapa tatapan mata Irma terlihat begitu tertarik melihat suamiku?" batin Vania bingung. 

Saat itu Vania tidak menggubris kecurigaannya. Mungkin saja Candra hanya mirip dengan seseorang yang Irma kenal. Atau mungkin karena baru pertama kali Irma lihat foto suaminya setelah sekian lama mereka berteman. Tapi dia tidak bisa memungkiri, cara Irma menatap foto suaminya membuat dia sedikit cemburu dibuatnya. 

"Ehm... Irma, sudah selesai. Ayo kita berangkat!" ucap Vania yang segera membangunkan Irma dari lamunannya. 

"Oh, Vania. Ayo, ayo kita berangkat!" ucap Irma sambil tersenyum dan berjalan beriringan keluar rumah untuk menjemput kedua putri Vania di sekolahnya. 

Vania membawa mobil sendiri menuju arah sekolah anak-anak. Terlihat kedua anak Vania sudah menunggunya di depan pintu gerbang sekolah mereka dengan dengan senyum di bibirnya. Saat melihat mobil Vania berhenti di depan gerbang sekolah, mereka pun langsung mendekat sambil berteriak memanggil Vania.

"Mama... Mama..."

Hal itu membuat Vania langsung membuka pintu mobil dan memeluk erat tubuh kedua anaknya itu. Dia membawa mereka masuk ke dalam mobil yang tadi sedang dia kendarai. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 72

    Sampai di rumah sakit, Galang segera diobati oleh dokter. Sementara Vania, terlihat duduk sendiri di depan ruang tunggu. Entah kenapa Vania tak henti mengingat percakapan antara Candra dan Galang tadi. Selama ini Vania berpikir kalau pernikahannya dengan Candra hanyalah kecelakaan. Dia menduga kalau Candra mencintai dia, dan akhirnya bertanggung jawab untuk menikahinya. Siapa yang mengira jika dari awal sampai akhir, dia hanyalah sebuah rencana yang dibuat Candra untuk mengalahkan kakaknya. Sakit, pernikahan indah yang pernah dia rasakan, ternyata hanya kebohongan yang dibuat suaminya. Air mata Vania mengalir. Ternyata keinginan dia berpisah dari Candra bukanlah hal yang salah. Pernikahan dia dengan Candra, dari awal memang hanya bagian dari rencananya. Tidak ada cinta, semua palsu, semua hal indah yang selama ini Vania rasakan, ternyata hanya kebohongan yang dibuat Candra untuk mengalahkan kakaknya. Galang selesai diobati. Luka lebam sudah dioles obat, sementara luka yang berdarah

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 71

    Galang pun mengantar Vania ke rumah orangtuanya. Walaupun sedikit bingung, tapi Galang berusaha untuk tidak banyak bertanya hal pribadi gadis itu karna takut melukai hatinya. Sampai di rumah Vania keluar dari mobil Galang. Dia pun mendekatkan kepalanya ke jendela mobil Galang yang terbuka, untuk mengucapkan terima kasih pada sang bos. "Terima kasih untuk tumpangannya, bos. Jarang-jarang aku bisa jadikan bosku, supir pribadi gratis," ucap Vania yang disambut senyum simpul dari bibir Galang. "Kamu anggap aku supir pribadi gratis? Vania, apakah kamu tidak takut kalau potong sebagian gaji bulananmu sebagai kompensasi karena menghina bos sendiri sebagai supir? Nyalimu besar juga ya?" "Hahaha... Aku tahu bosku sedikit arogan dan mudah marah, tapi hatinya lembut, baik, dermawan, mana tega dia memotong gaji karyawan kecil sepertiku. Iya kan?" balas Vania yang hanya disambut anggukan kepala dari Galang. "Penjilat!" "Terima kasih pujiannya bos!" Galang tak henti tertawa saat berbinc

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 70

    Vania menundukkan kepalanya saat ayahnya duduk bersama ibunya di ruang tamu. Nampak wajah ayahnya yang marah menatap putrinya itu. Dia pun meminta Vania duduk, dan mulai meluapkan kemarahannya pada putrinya itu. "Katakan, Nak! Sebenarnya suamimu sudah melakukan apa padamu hingga kamu mau cerai? Waktu dia menikahi wanita lain, aku minta kamu cerai dengannya, tapi kamu bilang masih ingin mempertahankan pernikahan demi anak-anak. Lantas kenapa saat ini kamu menyerah, dan malah bersikeras ingin bercerai dengan Candra? Katakan dengan jujur! Ayah ingin dengar!" ucap ayah Vania yang membuat wajah Vania semakin menundukkan kepalanya.Vania pun menceritakan hal yang terjadi padanya. Dimana sang suami berkali-kali mendukung kejahatan dan penindasan Irma terhadapnya dan anak-anaknya. Sebelumnya Vania masih bersabar ketika Candra berdiri membela Irma, padahal Irma membuat anak bungsunya sekarat di rumah sakit. Belum lagi setelah menikahi Irma, suaminya jarang pulang, dan mengabaikan anak-anakny

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 69

    Vania membawa dua anaknya naik ke mobil taksi. Saat itu yang ada di dalam pikiran Vania, hanya ingin segera melarikan diri dari Candra. Pria itu tak pernah sekalipun memihak padanya, dan selalu membenarkan apapun yang dilakukan Irma, meskipun itu sesuatu yang merugikannya. Vania tak ingin lagi terus berada dalam pernikahan yang terus menyiksa batinnya. Dia juga tidak mau terus menerus terikat dengan Candra, dan berhubungan dengan istri kedua suaminya. Jalan terbaik yang saat ini bisa dia ambil, hanyalah pisah rumah dengan suaminya. Apapun yang terjadi, dia tidak ingin kembali bersama dengan suami yang sudah tak lagi menjaganya, dan tidak bisa menegakkan keadilan untuknya. Vania berhenti di sebuah rumah sederhana milik kedua orangtuanya. Dia keluar dari mobil taksi, dan menuntun dua putrinya menuju arah rumah itu. Tania, dan Kanaya nampak tak banyak bicara. Mereka tahu kalau papa mereka sudah lama tidak lagi perduli pada mereka. Ketimbang memperdulikan Candra, justru kedua anak itu l

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 68

    Pulang kerja, Vania langsung kembali ke rumahnya. Dia mendapati Candra sedang duduk di ruang tamu bersama Irma saat itu. Candra terlihat bahagia mengendong bayi laki-laki Irma. Sementara Irma yang menyadari kedatangan Vania, segera memprovokasi dengan membuat adegan mesra bersama Candra juga bayi kecil di gendongan suaminya itu. "Mas Candra, Vino sudah bisa mengoceh. Lucu sekali ya!" ucap Irma sambil menyandarkan kepalanya di bahu Candra. "Ya, dia lucu sekali!" balas Candra sambil mengecup bayi kecil di gendongannya itu. "Ganteng seperti papanya," sambung Irma lagi. Hal itu pun membuat keduanya tertawa bahagia dan merasa bangga dengan bayi laki-laki kecil yang dilahirkan Irma. Vania yang melihat adegan mesra itu, merasa tidak nyaman. Padahal mereka berdua punya rumah sendiri, tapi kenapa malah datang ke rumahnya untuk menunjukkan bermesraan satu sama lain. Benar-benar membuat mood Vania yang buruk semakin menjadi buruk. "Vania, kamu sudah pulang?" ucap Irma dengan senyum palsu di

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 67

    Vania tersenyum mendengar kata-kata yang diucapkan Candra. Walaupun dia sendiri tahu, kalau berharap terlalu banyak pada suaminya, dia mungkin akan kembali kecewa. Tapi bagaimanapun, Vania tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya tentang masa depan dua hatinya. Jika memang pernikahan dia dan Candra masih bisa diperbaiki, dia masih ingin mempertahankan pernikahan itu sekali lagi agar dia tidak menyesal dikemudian hari. Obrolan mereka itu pun didengar oleh Irma. Tentu saja Irma marah, merasa kesal dengan kedekatan kembali suaminya dengan istri pertamanya itu. Jelas-jelas sebelumnya sudah dibuat hampir cerai, tapi berujung malah semakin mesra dan romantis seperti saat ini. Irma yang tak terima suaminya kembali memiliki rasa cinta pada istri pertamanya. Dia pun mulai menyusun rencana untuk membuat kesalahpahaman dan pertikaian besar antara Vania dan Candra. Semakin tinggi Vania terbang mengejar cinta Candra, semakin besar rasa sakit dan kekecewaan yang akan dia dapatkan saat berpisah de

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 66

    Irma yang mendapati panggilan teleponnya dimatikan Vania, segera bergegas bangun dari tidurnya. Dia tidak bisa membiarkan suaminya berada satu atap lagi dengan istri pertamanya. Sudah susah payah selama ini membuat jarak untuk merenggangkan hubungan keduanya, tak mungkin dia biarkan rencana untuk memecah belah hubungan Candra dan Vania gagal. Sementara Irma mengendarai mobilnya menuju arah rumah Vania, di tempat lain, terlihat Candra masih memeluk erat tubuh Vania dalam tidurnya. Pria itu kelelahan, setelah menyiksa Vania cukup lama di ranjang. Vania yang juga lelah, berlahan mulai menutup matanya dan ikut terlelap dalam dekapan hangat tubuh Candra. Irma yang sudah mengendarai mobil sekitar setengah jam dari rumahnya, akhirnya sampai di rumah Vania. Dia langsung menerobos masuk ke dalam rumah, dan mencari keberadaan Candra. Saat membuka pintu kamar Vania, Irma kaget, melihat Candra dan Vania tengah tertidur lelap. Dimana saat itu Candra lah yang memeluk erat tubuh Vania yang tid

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 65

    Vania pun makan malam bersama Candra dan dua anaknya. Dia melihat Candra begitu memanjakan dua anaknya. Dimana saat itu Candra menyuapi kedua putrinya dengan penuh kasih sayang. Walaupun hati Vania sudah lama dikecewakan oleh Candra, tapi melihat anak-anaknya bisa tertawa bahagia bersama ayah mereka, itu sudah lebih dari cukup untuk Vania. "Tania, makan pelan-pelan! Kemari, biar papa suapi!" ucap Candra sambil mengusap bibir putri bungsunya dengan sapu tangan di tangannya. "Pa, aku juga mau disuapi!" pinta Kanaya, yang ikut manja pada papanya. "Baiklah. Hari ini papa akan suapi kalian sampai kalian kenyang!" balas Candra yang berakhir membuat mereka tertawa bersama-sama. Setelah selesai makan malam, Candra mendekati Vania. Walaupun sebelumnya sempat marah karena Vania mengusir Irma dan bayinya dari rumah itu, tapi Candra tidak bisa mengendalikan dirinya untuk mendatangi Vania setelah dia pulang dinas. Bahkan sebelum pulang menemui Irma, Candra sengaja datang ke rumah Vania leb

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 64

    Galang yang melihat Vania melamun, menatap ke arah mobil Irma, segera menepuk pundak gadis itu. Vania pun menoleh ke arah Galang, lalu kembali menatap mobil Irma yang pergi meninggalkan tempat itu. "Kamu kenapa? Khawatir pada adik brengsekku itu? Kasihan karena dia diselingkuhi istri keduanya? Vania, ingatlah, dia juga selingkuh dan menyakiti kamu juga anak-anak! Ini hanya balasan yang cepat atau lambat pasti akan diterima oleh seorang pengkhianat," ucap Galang yang membuat Vania menundukkan kepalanya dalam-dalam."Kamu benar. Ini adalah balasan. Sama seperti hal yang terjadi padaku sekarang. Ini semua balasan karena aku pernah menyakiti hatimu, dan mengkhianati kamu," gumam Vania pelan. "Tidak, itu tidak sama.""Tapi kenyataannya, aku memang selingkuh, dan menikahi adik dari pacarku sendiri. Maafkan aku! Hal yang terjadi padaku saat ini, adalah balasan atas semua hal buruk yang pernah aku lakukan padamu. Aku benar-benar minta maaf!" "Bodoh! Aku tidak pernah membencimu. Kamu sama s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status