Share

Istri Kedua Tuan Farraz
Istri Kedua Tuan Farraz
Author: RidaFa05

Bab 01. Rumah Sakit

Author: RidaFa05
last update Last Updated: 2024-01-01 16:15:43

Di sebuah salah satu Rumah Sakit besar yang berada di ibukota, terlihat seorang pria tengah duduk sambil menggenggam erat seseorang yang terbaring lemah di atas brankar.

Hari-hari yang pria itu lalui begitu sulit, lantaran wanita yang ia cintai tak sadarkan diri. Karena sebuah tragedi kecelakaan beruntun yang menimpa sang istri, wanitanya di nyatakan koma selama 1 tahun ini.

Akibat kecelakaan beruntun itu, sang istri hampir saja kehilangan nyawa jika tidak segera di tangani. Saat kecelakaan itu, hanya menewaskan sopir yang sedang mengantar istrinya.

Rasa sesal kian mendera diri, ia hanya mampu berandai-andai saja sekarang ini.

Andai istrinya tidak menyusul ke kantor, mungkin dia tidak akan mengalami kecelakaan dan sekarang masih bersama dengannya. Grisella Anastasia, istri tercintanya. Yang pada saat itu mengalami kecelakaan saat sedang di perjalanan menuju kantornya.

Farraz hanya bisa menunggu dan menunggu sang istri yang tak kunjung membuka mata, nyawa istrinya antara hidup dan mati selama ini. Tidak ada bosannya ia menyempatkan waktu untuk menjenguk istrinya, bahkan selalu bermalam di sana karena tidak mau berjauhan dengan istrinya.

Farraz Arsawijaya, seorang pria yang kini berusia 28 tahun itu sedang memeluk tubuh Grisella yang tampak tak berdaya. Melihat kondisi istrinya, Farraz benar-benar terpuruk.

Satu tahun sudah istrinya mengalami koma, masih belum ada tanda-tanda bahwa Kondisi istrinya membaik. Setiap kali ia berkunjung, tidak ada yang berubah, Grisella masih di nyatakan koma dalam waktu yang lama.

"Bangunlah Grisella ... aku sangat merindukanmu!" Farraz mencium puncak kepala Grisella dengan waktu yang lama, seolah tidak rela jika harus di lepaskan.

"Apa kau tidak merindukanku? Bangunlah, sudah 1 tahun kau tertidur, apa kau mau menyiksaku dengan kerinduan ini, Grisella?" Farraz terus meracau di samping wajah istrinya.

Ia terus mengajaknya berbicara, berharap Grisella bisa bangun dan membuka matanya. Satu tahun sudah Farraz lewati, hari-harinya tidak menyenangkan lantaran sang istri masih dalam kondisi sama.

Farraz dan Grisella sudah menikah sejak 3 tahun lamanya, awal mula mereka bertemu ketika Grisella menolong Farraz karena waktu itu dia mengalami kecelakaan saat keluar kota.

Bagi Farraz, Grisella itu bagaikan malaikat penolong. Jika saat itu tidak ada Grisella, ia tidak akan hidup sampai sekarang. Karena pertemuan itulah, Farraz jatuh hati pada wanita blasteran itu. Keduanya semakin dekat dan akhirnya memutuskan untuk menikah.

Walaupun sudah menikah 3 tahun, mereka masih belum di karuniai seorang anak. Bagi mereka itu tidak masalah, hidup bahagia bersama saja sudah cukup. Ya terkadang sang keluarga menuntut untuk meminta keturunan.

Apalagi sang Ayah, yang tak henti-hentinya menuntut mereka agar segera memiliki keturunan. Mereka juga tidak tahu, kenapa selama itu mereka belum di karuniai seorang anak.

Padahal mereka melakukannya hampir setiap hari dan saat pemeriksaan kesuburan, keduanya subur, tidak ada kemandulan yang di derita dari salah satunya.

Ceklek

Suara pintu di buka membuat Farraz menoleh ke sumber suara, sontak ia menjauhkan tubuhnya karena ada Dokter dan Suster yang akan memeriksa.

Dokter Liam, ia merupakan Dokter muda dan terbaik di Rumah Sakit besar ini. Ia juga di tunjuk oleh Farraz agar selalu memeriksa istrinya. Dengan senang hati Dokter Liam mengiyakan.

Di ibukota ini, siapa yang tidak mengenal Farraz Arsawijaya? Sebuah penghargaan besar bagi Dokter Liam di percayakan oleh pria bertubuh jangkung tersebut.

Farraz Arsawijaya merupakan putra tunggal Aryan Arsawijaya. Sang Ayah merupakan seorang pengusaha di berbagai bidang. Arsawijaya Corparation nama perusahaan besar yang didirikannya. Tidak hanya di ibukota saja, Arsawijaya Corparation memiliki cabang di kota besar lainnya.

Tidak hanya itu saja, Arsawijaya family juga mempunyai bisnis yang bergerak di bidang pembangunan, properti dan juga perhotelan yang tersebar di seluruh kota dalam Negri.

Itulah mengapa, keluarga Arsawijaya sangat terkenal di penjuru Indonesa dan banyak di segani oleh masyarakat, mereka juga berasal dari keluarga berada dan terpandang.

"Selamat siang, Pak Farraz," sapa dr. Liam sembari berjabat tangan.

"Ya, siang Dok," balas Farraz, menerima jabatan tangan Dokter muda itu.

Beberapa hari ini Farraz di sibukkan oleh pekerjaan kantor, sehingga ia baru bisa datang dan menjenguk istrinya di sini.

"Lama tidak bertemu, anda kemana saja Pak Farraz?" tanya dr. Liam.

"Ada sedikit urusan. Itulah sebabnya aku tidak datang. Oh ya, bagaimana keadaan istriku? Apakah sudah ada perkembangan?" Farraz berbalik tanya. Ia tidak mau berbasi-basi.

Dokter Liam tertawa kecil. Baginya, Farraz Arsawijaya itu sosok dingin, kejam dan arogan, dia tidak bisa melawan karena wajah dinginnya teramat menyeramkan.

"Sebentar Pak. Aku akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu." Farraz hanya bergumama sebagai jawaban.

Di samping brankar sang istri, sekujur tubuhnya menegang saat dr. Liam melakukan pemeriksaan. Dia penasaran, apakah pemeriksaan hari ini ada perkembangan atau tidak.

Dia harap, kondisi istrinya ada perkembangan.

Kala Dokter muda sudah selesai memeriksa dan melepaskan stetoskop di telinganya, Farraz tidak sabar untuk mendengarkan penjelasan sang Dokter.

"Bagaimana?" Sontak Farraz langsung bertanya.

Sang lawan bicara tidak langsung menjawab, melainkan terdiam beberapa saat. Netranya menatap Grisella yang menggunakan nebulizer di hidungnya.

"Maaf Pak Farraz. Pemeriksaan hari ini masih sama dengan pemeriksaan sebelumnya. Bahwa tidak ada perubahan pada Bu Grisella, keadaannya Bu Grisella masih sangat lemah," papar dr. Liam. Sedikit waspada, takut jika Farraz akan mengambuk dan menghajarnya jika mendengar kabar yang sama setiap harinya.

Hembusan napas pasrah Farraz keluarkan, dia tidak mengamuk seperti biasanya. Sekujur tubuhnya lemas dan ia terduduk di kursi. Mengusap wajahnya dengan kasar, dia sangat putus asa jika terlalu lama menunggu Grisella membuka mata.

"Lakukan yang terbaik. Anda boleh keluar, Dok," ujar Farraz sekenanya. Sebab, yang ia inginkan berdua dengan Grisella.

Tanpa membantah ucapan Farraz. Dokter Liam dan Suster itu keluar dari ruangan. Hanya menyisakan mereka berdua.

Sebenarnya Farraz sedang ada masalah di rumahnya, ia tidak mau menguras tenaga dan melampiaskan amarahnya di sini.

Dia juga malas untuk pulang, jika dia pulang pasti ia akan menerima tekanan. Dia paling muak jika dirinya di atur, padahal dia sendiri bisa menjalani hidupnya sendiri.

"Grisella, aku hanya mencintaimu dan akan selalu mencintaimu."

"Bangunlah, agar kita bisa berbahagia bersama seperti sedia kala."

Bibir Farraz terangkat, membentuk sebuah senyum simpul. Netra matanya menatap sendu ke arah wajah pucat Grisella yang terhalang oleh nebulizer di hidungnya. Sudah 1 tahun ini, alat medis itu melekat di hidung bangir Grisella.

Karena sebentar lagi ia akan kembali ke kantor, dia harus memuaskan diri dengan istrinya dulu. Setelah waktunya jam makan siang, Farraz menolak makan siang di kantor dan memilih untuk datang ke sini.

Hanya menemui dan melihat Grisella membuat Farraz tenang, sekali pun sedang di selimuti oleh amarah.

Begitu pentingnya Grisella di kehidupan Farraz. Meski Grisella tak sadarkan diri, Farraz akan selalu setia menemaninya hingga sadar nanti.

Hanya Grisella, wanita yang ia cintai setelah Ibunya. Ibunya Farraz sudah meninggal sejak dirinya kuliah. Pada saat itu, sang Ayah memilih untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu.

Yang Farraz baru ketahui, jika keduanya sudah menjalin hubungan ketika Ibunya masih hidup. Tentu saja Farraz sangat murka, ia sangat membenci mereka bertiga.

Ting!

[Pak Farraz, Tuan Aryan datang berkunjung. Beliau bilang, dia ingin menemui anda.]

Farraz memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku jasnya. Sejujurnya, Farraz merasa berat hati jika harus meninggalkan istrinya. Tapi, ada hal penting lainnya yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

***

Disebuah lorong rumah sakit, seorang gadis kini sedang berjalan dengan tergesa-gesa dengan tangan yang berada di telinganya, yang sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.

Shanaya Alunda namanya, seorang gadis yang kini umurnya 25 tahun itu mulai terbawa emosi. Shanaya merupakan lulusan terbaik di salah satu Universitas di Ibukota, dia juga aktif dalam dunia modeling. Namanya cukup terkenal di masyarakat.

Sementara di arah berlawanan, terlihat seorang pria itu memakaikan kacamata hitam yang baru keluar dari ruangan. Karena terlalu terburu-buru, ia tidak melihat ke arah depan dan menabrak pundak pria itu. Akibatnya, kacamata yang bertengger di hidung bangirnya pecah karena jatuh ke lantai.

"Oh my God, maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja menabrak anda," ujar Shanaya yang merasa bersalah akibat kecerobohannya.

Shanaya menghentikan langkahnya dan Shanaya menangkupkan kedua tangan, merasa bersalah atas kecerobohannya.

"Apa kau punya mata? Jika matamu masih normal, gunakan matamu untuk melihat!" ketus pria itu.

Gadis berambut berambut kepirangan kaget, dengan nada bicara pria itu yang tak santai.

"Kok anda marah? Saya 'kan sudah meminta maaf atas perbuatan saya. Lagi pula, saya tidak sengaja menabrak anda karena terburu-buru," jelas Shanaya.

"Kacamataku jadi pecah karena kecerobohanmu. Harusnya security melarang gadis ceroboh seperti masuk ke dalam Rumah Sakit, agar tidak membuat kekacauan!"

"Apa maksudmu bicara seperti itu?! Namanya juga tidak sengaja, mana saya tahu akan menabrak dan memecahkan kacamata anda. Berapa harga kacamatanya? Biar saya ganti, karena kecerobohanku ini."

Shanaya membelalakan matanya saat pria itu menepis tangan yang menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan. "Tidak perlu. Uangmu tidak akan mampu mengganti kacamata mahalku. Dasar gadis gila!"

Dicaci maki seperti itu oleh orang asing, membuat Shanaya berdecak kesal. Kedatangannya ke sini untuk menemui temannya, karena temannya di rawat di sini.

Sungguh hari sial bagi Shanaya, harus dipertemukan dengan pria angkuh dan arogan seperti di hadapannya ini.

"Dasar pria tidak punya tata krama! Berani sekali dia menghinaku seperti itu! Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam bertemu dengan pria seperti dia? Semoga ini yang pertama dan terakhir kalinya," gumam Shanaya, melanjutkan langkahnya ke ruangan tempat temannya dirawat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    "Maaf, Pak. Pak Nick mengatakan jika rapat dipercepat, saya sudah menyiapkan tiket pemberangkatan dua hari lagi," ujar sekretaris Arash mengabarkan perubahan jadwal kerja.Arash hanya bisa mengiyakan saja, tanpa membantah sama sekali. Biarkan saja sang sekretaris yang menghandle urusannya, Arash ingin menghabiskan waktu bersama anak dan istrinya sebelum pemberangkatan.Ia memasukkan ponsel ke dalam saku celana, kemudian kembali ke dalam kamar. Sengaja menghindar, agar Shiena tidak mendengar obrolan ini.Bisa-bisa Shiena bertambah marah saat tahu jadwal dipercepat. Shiena selesai menidurkan Keivandra, perempuan itu tampak kelelahan karena menyusui seharian."Kapan kau berangkat, Mas?" tanya Shiena, perlahan menarik puting payudaranya agar terlepas dari mulut Keivandra.Ditanyai seperti itu, Arash diam sejenak. "Tadi sekretarisku menghubungi."Wajah Shiena mendongak, menatap suaminya. "Terus kapan?""Ternyata jadwal dipercepat, aku akan melakukan pemberangkatan tiga hari lagi," kata Ara

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    Akira menunggu seseorang untuk menjemputnya. Gadis kecil itu sedang duduk di kursi depan sekolah seorang diri. Karena temannya yang lain sudah ada yang pulang, hanya menyisa beberapa saja dari mereka.Entah ke mana kedua orang tuanya, sampai sekarang belum menjemput. Akira hanya bisa mengerucutkan bibir kesal, luka di kakinya membuat dirinya sakit saat berjalan."Mommy dan Daddy ke mana, sih? Kok lama banget!" gerutu Akira.Dari arah gerbang sana, terlihat seorang dewasa yang melihat ke arah Akira yang sendirian di sana. Tidak tega membiarkannya, wanita tersebut lantas menghampiri."Boleh nggak Tante ikut duduk?" tanya wanita asing itu. Dia memiliki paras cantik, membuat Akira jadi mencuri-curi pandang ke arahnya.Akira jadi teringat nasihat kedua orang tuanya untuk tidak mudah dekat dengan orang asing. Dengan cepat ia menggeser tubuh untuk menjauh.Heran karena Akira tiba-tiba menjaga jarak, wanita tersebut hanya bisa terkekeh pelan."Jangan takut, Tante bukan orang jahat kok. Tante

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    Shiena kembali ke rumah dengan kegundahan di hatinya. Panggilan dari Arash saja tidak ia dengarkan, ia masih tidak menyangka akan hamil anak ke tiga.Arash berlari untuk mengimbangi langkah Shiena yang sudah menjauh ke dalam sana."Sayang, tunggu aku!" teriak Arash terus memanggil-manggil.Namun nihil, Shiena bahkan tidak mempedulikannya dan tetap berjalan menaiki tangga.Shanaya dan Farraz yang sedang mengasuh Keivandra pun melirik ke arah anaknya yang mengajar istrinya."Ada apa, Nak?" tanya Shanaya menghentikan langkah Arash.Napas Arash tersengal-sengal, ia menetralkan degup jantungnya yang tak karuan. Kemudian menghampiri mereka."Entah ... Shiena marah karena tahu dia sedang hamil," kata Arash.Sepasang mata Shanaya dan Farraz membola, terkejut mendengar kabar bahwa menantunya sedang mengandung lagi.Yang membuat kaget, anak mereka saja yang kedua baru berusia beberapa bulan."Ya sudah. Kau bujuk saja istrimu, lain kali pakai pengaman kalau mau berhubungan. Atau kalau perlu puas

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    Pagi ini, Shiena dan Arash dengan kompak mau mengantarkan Akira ke sekolahnya. Kebetulan juga, letak TK tak begitu jauh dari rumah.Arash juga sedang tidak terlalu sibuk, sehingga ia bisa bersantai. Toh, selagi ada waktu sebelum masuk jam kerja."Kalian mau nganter Rara?" tanya Shanaya. Lebih sering tinggal di sini, sekalian membantu Shiena mengurus anak-anak.Sementara Raisa dan Mark, mereka tinggal di luar negri dan pulang hanya sebulan sekali. Beruntung ada Shanaya, bisa membantu Shiena.Karena Akira ini memang susah dekat dengan orang, dulu pernah menyewa babysitter tetapi tak berlangsung lama."Iya, Mom. Rara ingin kami yang mengantar," jawab Shiena. Wajahnya masih terlihat lelah, Shanaya tahu itu."Oh ya sudah, Kevan bersama Mommy saja. Kalian pergilah." Shanaya mengambil alih Keivandra dalam gendongan menantunya. "Kalian tidak mau sarapan?"Arash melirik pada Shiena yang masih merasakan kantuk. "Mau sarapan dulu?"Kepala Shiena menggeleng, dia tidak selera makan, bawaanya mulai

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    "Nghhh, Masshh.""Ahh, Mas!""Kevan nangis tuh!"Di bawah kuasa suaminya, Shiena menahan desahan agar tak keluar saat Arash masiu masih sibuk meliuk-liukkan tubuhnya di atasnya.Suara tangisan bayi, membuat aktivitas dua insan itu terhenti dan melepaskan diri dengan peluh keringat membasahi."Cup, cup. Anak Mama jangan nangis, Nak," bisik Shiena, sembari menyusui anak bungsunya yang langsung tenang.Satu tahun sudah berlalu. Kehidupan rumah tangga Shiena dan Arash sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Mereka juga semakin harmonis, hanya ada cekcok biasa saja.Kini keduanya sudah dikaruniai seorang anak perempuan dan laki-laki. Anak bungsu mereka diberinama Keivandra Asrawijaya. Kini usianya sudah memasuki 3 bulan.Akira juga sudah tumbuh dewasa, bahkan sudah masuk TK. Kehidupan mereka tampak lebih bahagia dengan kehadiran anak-anak mereka."Kevan udah tidur lho, Sayang," bisik Arash, menunggu dengan sabar Shiena yang sedang menidurkan si bungsu.Shiena memutar bola mata malas, Arash

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 200. Ending

    Shiena merasa penasaran, karena Arash memilih beberapa pakaian di dalam lemari bajunya. Dia bilang, katanya ingin mengajaknya makan malam bersama yang lainnya.Pasalnya Arash bilang secara mendadak, tidak merencanakan dari awal jika memang ada acara seperti ini."Tumben sekali tidak memberitahuku dari awal kalau akan makan, kenapa mendadak sekali?" tanya Shiena, pasrah saja saat Arash memilah baju yang cocok untuk istrinya.Meresponnya, Arash hanya menerbitkan senyum saja. "Tidak mendadak, Sayang. Aku hanya lupa menyampaikannya," elaknya.Padahal hari ini Arash berencana untuk mengajak istrinya bertemu dengan ayah biologisnya, sesuai rencana yang mereka susun sebelumnya.Tentun tanpa sepengetahuan Shiena, agar menjadi kejutan nantinya."Mangkannya jangan bahas ranjang mulu yang dipikiranmu, jadinya lupa seperti itu," cibir Shiena.Mau bagaimana lagi, urusan ranjang sudah menjadi kebutuhan biologisnya."Ssstt, diam saja, Sayang. Bibirmu ingin kusumpal agar bisa diam?" ancam Arash, dian

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 199. Ayah Biologis

    Meskipun ada keraguan di hati Raisa untuk menerima kehadiran Mark, dia menyuruh pria bule itu masuk ke dalam rumahnya karena ingin menjelaskan sesuatu padanya.Mereka duduk di kursi yang berbeda, dengan posisi berhadapan dan dilingkupi kegugupan. Mark terus menilik Raisa yang tetap cantik di usianya, sedangkan Raisa lebih banyak diam dan menunduk.Mark menerbitkan senyum hangat, bisa bertemu dengan Raisa setelah sekian tahun berpisah. "Kau tidak jauh beda, kau tetap cantik, Sa," puji Mark.Bulu mata Raisa mengerjap-ngejrap, menormalkan degup jantungnya seolah akan gempa. "Ah, ya—maksudku tidak juga. Aku tetaplah wanita tua. Cepat jelaskan yang ingin kau katakan padaku."Kekehan kecil terdengar, Mark masih ingin memeluk tubuh Raisa dalam waktu yang lama. Selama masa penantian dirinya mencari Raisa hingga bisa bertemu dengannya."Tidak ingin melepas rindu dulu?" kekeh Mark, menggoda mantan kekasihnya yang mulai merona akibat ulahnya.Sadar jika kini bukan lagi anak muda, yang akan luluh

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 198. Kedatangan Mark

    Mobil yang mereka kendarai sudah tiba di pekarangan rumah besar dan mewah, yang lain dan tak bukan adalah rumah milik Raisa. Semenjak tahu dia adalah ibunya Shiena, Shiena sudah beberapa kali datang dan menginap, menemani Raisa yang tinggal sendirian.Dikabari Shiena akan datang ke rumah, Raisa mengosongkan jadwalnya untuk menyambung anak, menantu dan cucunya hari ini. Di depan terasa, terlihat seorang wanita paruh baya tampak antusias dengan kedangan mereka.Raisa melambaikan tangan, saat Akira menyapa neneknya terlebih dulu. "Nenek Isa!" sapa Akira kepada neneknya yang awet muda dan tampil cantik, tak jauh beda dengan Shanaya."Cucu Nenek Isa cantik sekali, kau benar-benar mirip Daddy-mu."Mereka bersalaman dan berpelukan, masuk ke dalam rumah dan lanjut mengobrol."Menginaplah dulu, Mama merindukanmu, Sayang," pinta Raisa pada putri semata wayangnya.Tidak ada jarak dan rasa sungkan bagi keduanya, mereka semakin dekat seperti anak dan ibu pada umumnya."Nanti aku datang lagi, Ma.

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 197. Shiena Hamil

    Senang mendengar kabar kehamilan Shiena yang kedua, pasalnya ini yang diinginkan Arash sejak lama. Siapa sangka, jika Shiena membeberkan berita bahagia ini.Hatinya terus bersyukur, karena kebahagiaannya terkabul satu persatu. Shiena ikut menangis bahagia, bisa mewujudkan keinginan Arash dan juga Akira."Selamat ulang tahun, Mas. Ini hadiah ulang tahun untukmu. Semoga kau suka," ucap Shiena, menunjukkan testpack bergaris dua pada suami.Arash melihat hasilnya. Benar, Shiena tengah positif hamil. Benar-benar membahagiakan, hadiah terindah yang Arash dapatkan."Terima kasih, aku sangat senang, Sayang," ungkap Arash, tidak membiarkan pelukan itu terlepas begitu saja.Di umurnya yang menginjak 28 tahun, dia sudah menjadi seorang ayah dari 2 anak. Ditambah istrinya masih sangat muda, bisa dibayangkan, jika mereka memiliki banyak anak nantinya."Aku gugup sekali, saat ingin memberitahumu. Aku baru ingat ulang tahunmu sebentar lagi. Jadi ... aku berpikir, menghadiahkan ini."Dua insan yang t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status