Home / Romansa / Istri Kedua yang Tersakiti / BAB 1 - Gundah di Balik Kebaya Sutra

Share

Istri Kedua yang Tersakiti
Istri Kedua yang Tersakiti
Author: R.D. Skypigeon

BAB 1 - Gundah di Balik Kebaya Sutra

last update Last Updated: 2024-08-20 12:05:38

Jelita menatap bayangannya di cermin besar yang menghiasi ruang tunggu pengantin. Kebaya putih mewah membalut tubuhnya yang ramping, namun wajahnya yang cantik tampak pucat. Jari-jarinya yang lentik bergetar saat ia mencoba merapikan hiasan rambutnya untuk kesekian kalinya.

"Tenang, Jelita. Kamu bisa melakukan ini," bisiknya pada diri sendiri, suaranya bergetar. "Ini adalah hari bahagiamu. Kamu akan menjadi seorang istri."

Namun kenyataan yang tak terucap menghantui pikirannya: ia akan menjadi istri kedua dari Bambang, yang tak lain adalah suami dari Novita. Seorang pria berusia 45 tahun, dua puluh tahun lebih tua darinya.

Novita adalah kakak dari ibu Jelita sekaligus pewaris tunggal dari Baskara Group. Perusahaan besar dan terkenal di pusat kota Jakarta. Saat Novita berusia 5 tahun, orang tuanya mengangkat seorang anak perempuan dari sebuah panti asuhan di pusat kota.

Jelita menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. "Paman Bambang adalah pamanmu. Dia akan menjagamu dengan baik. Kamu tidak perlu takut," gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Tiba-tiba, pintu ruang tunggu terbuka. Seorang wanita berpakaian rapi melangkah masuk dengan senyum profesional di wajahnya.

"Nona Jelita? Saya dari tim WO. Apakah Anda sudah siap? Ijab Qobul akan dimulai dalam 15 menit lagi," ujarnya dengan nada riang.

Jelita tersentak dari lamunannya. "Oh, um... bisakah saya diberi waktu sebentar lagi?" pintanya dengan suara pelan.

Wanita itu mengerutkan keningnya sedikit, namun tetap tersenyum. "Tentu, Nona. Tapi mohon jangan terlalu lama. Tamu-tamu sudah mulai berdatangan."

"Baik, terima kasih," jawab Jelita singkat.

Setelah Wanita itu keluar, Jelita kembali menatap cermin. Ia melihat bayangan seorang gadis muda yang seharusnya penuh semangat dan harapan di hari pernikahannya. Namun, yang ia lihat hanyalah keraguan dan ketakutan.

"Apa yang sedang kulakukan?" bisiknya pada dirinya sendiri. "Apakah ini benar-benar yang kuinginkan?"

Pikirannya melayang pada percakapan dengan ibunya beberapa minggu lalu.

"Jelita sayang, pernikahan ini adalah kesempatan yang bagus," kata ibunya waktu itu. "Pamanmu adalah yang baik. Dan Tante Novita bisa memberikan kehidupan yang layak untukmu."

"Tapi Bu, aku bahkan belum mengenalnya dengan baik," Jelita berargumen. "Dan dia adalah suami dari Tanteku..."

"Justru itu, kamu tidak perlu khawatir. Tante Novita akan membimbingmu dengan baik.” ujar ibu Jelita sambil mengelus rambut semata wayangnya itu.

“Tapi, bu…”

“Kamu hanya perlu memberikan keturunan untuk Tantemu, nak."

Jelita menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir ingatan itu. Ia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi apakah ini benar-benar yang terbaik?

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.

"Jelita? Boleh aku masuk?" terdengar suara wanita berkebaya Lavender dari balik pintu.

"Ya, Tante. Masuk saja," jawab Jelita pelan.

Dia adalah Novita ‘Tante Jelita sekaligus Istri pertama Bambang’ melangkah masuk, wajahnya berseri-seri melihat Jelita dalam balutan kebaya pengantin. "Oh, kamu cantik sekali," ujarnya terharu.

Jelita mencoba tersenyum, namun air matanya mulai menggenang. "Tante... aku takut," bisiknya.

Novita menghampiri dan memeluknya erat. "Sssh, tidak apa-apa, sayang. Wajar kalau kamu merasa gugup. Ini hari besar dalam hidupmu."

"Tapi Tante, apa ini benar-benar yang terbaik Tante dan Paman? Menjadi istri kedua..." Jelita tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Tantenya melepaskan pelukan dan memegang pundak Jelita. "Dengar, Sayang. Aku tahu ini bukan situasi ideal. Tapi percayalah, keputusanku ini bukan sembarangan. Ini semua kulakukan untuk Baskara Group. Dan juga, ini semua demi orang tuamu, bukan?” 

Jelita terdiam, air matanya mulai jatuh. "Tapi Tante…”

Novita menghela napas panjang. “Setelah pernikahan ini, hutang orang tuamu akan kuanggap lunas. Dan juga, hanya kamu yang bisa memberikan keturunan untukku dan Bambang. Bukankah itu yang kita semua inginkan?"

Sebelum Jelita bisa menjawab, terdengar ketukan lagi di pintu. Tim WO, kembali masuk.

"Maaf mengganggu, tapi kita harus segera bersiap. Para tamu sudah menunggu," ujarnya dengan nada sedikit mendesak.

Novita mengangguk. "Baik, kami akan segera siap. Beri kami lima menit lagi," pintanya pada Wanita itu.

Setelah Wanita itu keluar, Novita kembali menatapnya. "Nah, sekarang hapus air matamu. Kita tidak ingin merusak riasanmu yang cantik ini, kan?"

Dengan tangan gemetar, Jelita menghapus air matanya. "Tante..."

"Sssh, jangan berpikir terlalu banyak. Ini adalah langkah besar menuju masa depan yang lebih baik. Percayalah padaku," ujar wanita bersanggul itu sambil membantu merapikan gaun Jelita.

Jelita menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ia menatap bayangannya di cermin sekali lagi. Seorang pengantin cantik balas menatapnya, namun matanya menyiratkan keraguan yang mendalam.

Novita tersenyum lega. "Itu baru keponakanku. Ayo, jangan buat Bambang menunggu terlalu lama."

Dengan langkah berat, Jelita berjalan menuju pintu. Setiap langkah terasa seperti membawanya menjauh dari impian dan harapannya sendiri. Namun ia terus melangkah, membawa beban ekspektasi keluarga di pundaknya.

Saat pintu ruang tunggu terbuka, Jelita mendengar alunan musik pernikahan mulai mengalun. Ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, sebuah babak yang penuh ketidakpastian. Namun bagi dunia luar, ini adalah hari bahagia seorang pengantin cantik yang akan menikah dengan pria mapan dan terpandang.

Jelita melangkah keluar, memasang senyum palsu di wajahnya. Hari ini, ia akan menjadi istri kedua dari Bambang, pria yang tidak dicintainya. Dan dengan itu, ia mengubur dalam-dalam impian gadis muda yang pernah bermimpi tentang cinta sejati dan pernikahan bahagia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 139 - Epilog

    Pagi itu, matahari bersinar hangat menyambut hari kepulangan Raditya dari rumah sakit. Kediaman Baskara yang biasanya tenang kini dipenuhi kesibukan. Bi Inah sejak subuh sudah berkutat di dapur, menyiapkan bubur ayam special dan sup jagung kesukaan Radit. Aroma masakan menguar memenuhi setiap sudut rumah, menciptakan suasana hangat yang menenangkan. Tak lupa, Jelita juga sudah menyiapkan pancake kesukaan Radit. Jelita mondar-mandir merapikan kamar Radit untuk yang kesekian kalinya, memastikan semuanya sempurna untuk kepulangan putra sulungnya. Ayu yang baru bangun tidur menggeliat dalam gendongannya, tangan mungilnya menggapai-gapai udara kosong. "Sebentar ya, Sayang," Jelita mencium pipi tembem putrinya. "Kakak Radit sebentar lagi pulang." Pak Abdul yang sejak tadi berdiri di teras depan akhirnya berseru, "Mobilnya sudah masuk halaman!" Jelita merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini adalah momen yang sudah ia tunggu-tunggu - bukan hanya kepulangan Radit dari rumah sakit, tapi

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 138 - Penyatuan Hati

    Suasana di ruang ICU malam itu semakin hangat dengan kedatangan Ayah dan Ibu Novita. Roni yang baru saja tiba langsung menghampiri ranjang tempat cucunya berbaring. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi kekhawatiran melihat kondisi Raditya."Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan cucuku?" tanya Roni dengan suara bergetar, tangannya menggenggam tangan Radit yang masih terpasang selang infus.Novita, yang berdiri di samping ayahnya, mengusap air mata sebelum menjelaskan, "Radit mengalami pendarahan internal, Yah. Dia butuh transfusi darah darurat..." Ia berhenti sejenak, matanya melirik ke arah Jelita yang masih menggendong Ayu. "Dan... dan Jelita yang menyelamatkannya."Roni mengangkat wajahnya, menatap sosok yang selama ini ia tentang kehadirannya karena takut jika ia merebut Raditya. Jelita berdiri dengan tenang, sesekali menimang Ayu yang mulai mengantuk dalam gendongannya. Ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan Roni kali ini - sebuah pengakuan tak terucap atas kemuliaan hati per

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 137 - Ikatan Darah

    Malam semakin larut di rumah sakit kota. Suara langkah tergesa terdengar di koridor ICU, diiringi tangisan bayi yang sesekali pecah."Jelita!" Ibu Jelita bergegas menghampiri putrinya yang baru keluar dari ruang ICU. Di gendongannya, Ayu menggeliat tak nyaman, seolah merasakan ketegangan di sekitarnya. "Bagaimana keadaan Radit?""Masih koma, Bu," Jelita mengusap air matanya. "Tapi dokter bilang transfusi darahnya berhasil."Ayah Jelita yang berjalan di belakang mereka mengedarkan pandangan, mendapati Bambang dan Novita berdiri tak jauh dari situ. Ada ketegangan sesaat di udara, sebelum akhirnya Novita melangkah maju."Hendra, Ratna," sapanya dengan suara bergetar. "Terima kasih sudah datang.""Bagaimana tidak datang?" Ibu Jelita menjawab lembut. "Raditya tetap cucu kami."Ayu yang berada dalam gendongan Ibu Jelita mulai rewel, tangannya menggapai-gapai ke arah Jelita."Sini, Sayang," Jelita mengambil alih Ayu, menimangnya pelan. "Anak Ibu jangan nangis ya..."Bambang menatap putri kec

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 136 - Setetes Darah

    "Hubungi Jelita." Suara Novita terdengar lantang meskipun ia sedang lemah.Bambang mengangguk. Ia segera menelepon Jelita untuk memberi tahu kabar tentang Raditya.“Halo, Jel.” Suara Bambang terdengar serak.“Ya, Bang? Ada apa? Kenapa suaranya terdengar serak? Abang sakit?” Suara Jelita terdengar kebingungan.“Raditya… Radit kecelakaan, Jel.” Suara Bambang tersenggal oleh tangisnya.“Apa? Bagaimana bisa? Kondisinya bagaimana?” Jelita terdengar khawatir.“Sekarang masih koma. Cepatlah datang ke rumah sakit pusat kota. Kumohon.” Suara Bambang memohon.“Baik, Bang. Aku akan segera ke sana. Tunggu aku.” Jelita segera bergegas dan bersiap. Ibunya yang tampak bingung bertanya mengapa Jelita sangat terburu-buru. Jelita hanya menjelaskan sekilas bahwa Raditya mengalami kecelakaan dan membutuhkan dirinya.“Bu, aku titip Ayu. Nanti aku akan telepon Ibu untuk mengabarkan kondisi Raditya.” Ujar Jelita sambil mengenakan sepatu.“Baiklah, Nak. Hati-hati di jalan. Segera kabari Ibu dan Ayah.” ucap

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 135 - Detik-detik yang Mengubah Segalanya

    Siang itu, langit Jakarta tampak mendung. Novita melirik jam tangannya sambil menyandarkan tubuh pada mobil yang ia parkir di seberang sekolah TK Raditya. Sudah hampir pukul sebelas, sebentar lagi bel pulang akan berbunyi. Hari ini ia memutuskan untuk menjemput Raditya sendiri, memberikan kejutan untuk putra kesayangannya itu."Pak Abdul sedang tidak enak badan, tapi nggak apa-apa," gumamnya pada diri sendiri. "Sekali-sekali aku yang jemput Radit sendirian."Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi nyaring. Para orang tua yang sudah menunggu di depan gerbang mulai bersiap menyambut anak-anak mereka. Satu per satu, murid-murid TK itu berhamburan keluar dengan tas ransel kecil mereka."Mama!" suara familiar itu membuat Novita menoleh.Di sana, Raditya berdiri di depan gerba

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 134 - Rindu Harus Dipendam

    Sore itu, Jelita duduk di teras rumahnya sambil memandangi Ayu yang tertidur pulas di box bayi dan menikmati secangkir teh. Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali Bambang menginjakkan kaki di rumah ini. Meski demikian, setiap awal bulan, rekening Jelita selalu terisi dengan nominal yang bahkan lebih besar dari biasanya.Tiba-tiba teleponnya berdering. Muncul nama Bi Inah di layarnya. Jelita segera mengangkat telepon dari Bi Inah."Non," Suara Bi Inah terdengar di ujung sana. "Apa kabar? Non Jelita dan Non Ayu sehat kan?."Jelita tersenyum lemah. "Alhamdulillah sehat, Bi. Bi Inah ada kabar baru dari Radit?"Bi Inah berbicara sambil mengirimkan beberapa foto terbaru. "Ini Non, kemarin Tuan Radit ikut lomba mewarnai di sekolahnya. Dapat juara dua."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status