Tahun 2009Sudah empat tahun sejak Jaka tahu Wati akan menikah di tahun 2006. Sedangkan Jaka sendiri masih sangat sulit menautkan hatinya kepada perempuan lain. Hari-harinya masih dihiasi dengan nama Wati. Dia mencoba menjalin hubungan dengan beberapa perempuan, tapi kandas di tengah jalan karena Jaka bersikap dingin. Tak ada perempuan yang tahan dengan sikapnya. Dia terlalu cuek sebagai kekasih. Itu karena dia menjalin hubungan hanya dengan setengah hati.Akhirnya dia bertemu Lintang, gadis yang sangat cantik dan ceria. Namun, berperangai buruk. Lintang sangat gigih mendekati Jaka. Jaka diperkenalkan dengan Lintang oleh teman STMnya yang bernama Hendra. Waktu itu Hendra mengajak Jaka ke karoke dan menyuruh pacarnya membawa Lintang untuk diperkenalkan ke Jaka.Pertemuan pertama, tentu saja Jaka sedikit pun tidak tertarik dengan Lintang. Karena Jaka tidak menilai perempuan dari kecantikan fisikny
Setelah kejadian dengan Lintang, Jaka mencoba menghindari Lintang. Dia selalu menolak diajak Lintang bertemu. Jaka sangat kecewa dengan dirinya sendiri.'Jaka, setelah apa yang kita lewati, kamu tega buang aku begitu saja? Aku sudah telat dua minggu Jaka.'Pesan dari Lintang. Jaka mengernyitkan dahinya. Dia shock membaca pesan dari Lintang."Ya Allah, apa aku harus menikahi perempuan itu? Perempuan yang tidak bisa menjaga kehormatannya. Tapi, kalau benar dia hamil anakku, aku tidak mungkin meninggalkannya." Batin Jaka.Sudah satu bulan lebih sejak malam itu. Jaka sangat gelisah membaca pesan Lintang. Dia tak berani membalasnya."Gelisah sekali kamu Jaka." Tanya Indra."Aku bingung Ndra. Apa kamu bisa jaga rahasia?""Aman Jaka, tenang... Kalau mau cerita silakan!" Jaka pun menceritakan kejadian ma
Lintang masuk Rumah Sakit. Dia keguguran. Masa cuti Jaka sudah habis. Dia sangat terkejut mendengar telepon dari ibunya yang mengabarkan istrinya keguguran. Jaka bergegas minta izin pulang ke atasannya.Ibu Ratna menemani Lintang di rumah sakit. Walau pun beliau tidak suka dengan Lintang, tapi Jaka sudah menitipkan Lintang kepada beliau."Bu, Janinnya mau diambil sekarang?" Tanya perawat."Iya mba, saya ambil." Jawab Ibu. Diperjalanan ibu bertanya pada perawat. "Berapa usia janinnya?""Menuju lima bulan Bu.""Apa?" Bu Ratna terkejut. "Bagaimana mungkin sudah sebesar itu. Jaka bilang melakukannya saat dia cuti, dan itu tiga bulan yang lalu." Batin bu Ratna. "Apa usia janin itu akurat?" Tanya ibu lagi."Ibu bisa tanya ke dokter kandungan yang menangani kuretase menantu ibu."Bu Ratna
Tahun 2011Wati akhirnya memutuskan menikah dengan seorang pria yang dikenalnya semasa dia bekerja di Hotel. Rendra nama pria itu, berkulit putih bersih, berbadan tinggi, berwajah tampan. Rendra bekerja di perusahaan tambang di Tanah Bumbu. Pertemuan mereka begitu singkat, hingga Rendra akhirnya memutuskan melamar Wati. Rendra pun bisa menerima Wati apa adanya. Termasuk menerima masa lalu Wati. Di mata Rendra, Wati adalah perempuan yang luar biasa.Rendra mengajak Wati bulan madu ke Bali. Hari-harinya begitu indah. Hanya kebahagian yang Wati rasakan. Rendra sangat sayang pada Wati."Terima kasih mas, untuk semua ini." Ucap Wati pada Rendra."Sayang, kamu berhak mendapatkannya. Karena kamu perempuan yang luar biasa." Puji Rendra. Wati mengecup kening suaminya. Rendra memeluk erat tubuh Wati. "Aku bahagia bisa mendapatkanmu Wati. Karena dari dulu aku menyukaimu." Rendr
Setelah menikah Wati tetap tinggal bersama ibunya, karena Rendra hanya pulang dua minggu sekali. Pernikahan Wati terlihat baik-baik saja, sampai Wati menyadari satu hal. Rendra tidak pernah menafkahinya, Rendra tidak memberikan satu sen pun uang penghasilannya. Wati mulai gelisah. Bukan karena uangnya, tapi karena itu adalah kewajiban Rendra sebagai suaminya. Sudah tiga bulan sejak pernikahannya Rendra belum juga menafkahinya."Wati, ada apa nak?" Tanya ibunya saat Wati melamun."Ngga ada apa-apa Bu.""Tidak biasanya kamu melamun. Ada masalah dengan suami kamu?""Bukan begitu Bu. Hanya masalah dikerjaan saja." Jawab Wati berbohong."Suamimu kapan pulang?""Besok Bu.""Kalau begitu besok Ibu menginap di tempat abangmu ya.""Kenapa begitu Bu?"
Ibu Lastri pulang dari menginap di rumah bang Rahman. Setiap Rendra datang ibu akan menginap di sana, agar tidak membuat menantunya canggung.Ibu menyiapkan makan siang yang dibawa beliau dari rumah Rahman. Semua hidangan sudah tertata rapi di meja. Wati dan Rendra masih berada di dalam kamar. Kedua kelopak mata Wati bengkak karena terus-terusan menangis. Dia tidak mau keluar kamar karena ibunya pasti akan bertanya."Wati, Rendra, makan siang sudah siap!!!" Teriak ibu dari depan pintu kamar Wati. Kemudian ibu kembali ke meja makan, menunggu putri dan menantunya. Ternyata hanya Rendra yang keluar dari kamar. "Lho, Watinya mana Nak?" Tanya ibu."Ada di kamar Bu. Kita makan di kamar saja ya Bu. Biar Rendra suapin Wati." Jawab Rendra manis."Tapi Wati ngga sakitkan?""Ngga kok Bu. Cuma kelelahan karena Rendra ajak begadang tadi malam."
Mamah dan Papah Rendra mengajak Wati dan Rendra ke sebuah perumahan. Mereka menunjukkan salah satu rumah berwarna serba putih hingga pagarnya pun berwarna putih."Rendra, ini hadiah pernikahan dari papah dan mamah." Ucap papahnya."Serius Pah?" Tanya Rendra terkejut. Wati pun ikut terkejut."Tapi, ada tapinya nih. Bulanannya kamu yang cicil ya! Cicilannya selama sepuluh tahun.""Apa pah? Jadi rumah ini masih nyicil?""Cuma tujuh ratus ribu kok Rendra. Gajimu kan sepuluh juta sebulan. Kalian juga belum punya anak. Masa iya kamu ngga sanggup bayar." Ledek mamahnya. Wati menatap tajam ke arah Rendra, dia tidak tahu kalau gaji suaminya sebesar itu."I.. Iya mah." Jawab Rendra."Ayo masuk!" Papah membuka pintu rumah. "Perabotnya belum ada ya, jadi kalian cicil sendiri! Papah harap
Wati pergi ke dokter kandungan langganannya tanpa sepengetahuan ibu dan suaminya. Dia izin ke ibunya mau ke rumah Rini sahabatnya, karena tidak ingin ibunya mengira dia sedang hamil atau ada masalah dengan rahimnya."Ibu saya resepkan obat untuk membersihkan rahim ibu. Semoga nanti bisa secepatnya hamil lagi ya bu." Ucap dokter kandungan."Aamiin... Terima kasih banyak dok." Wati beranjak dari ruangan dokter kandunga. Di luar ruangan dia bertemu Rini sahabatnya bersama suami dan anaknya."Wati?" Sapa Rini terkejut."Rin, kamu periksa kandungan?" Tanya Wati menutupi keterkejutannya. Memang Rinilah yang mereferensikan dokter kandungan ini buat Wati."Iya Wati. Ternyata aku hamil anak kedua." Jawab Rini penuh bahagia. "Kamu ke sini apa sedang hamil juga?""Bukan... Nanti aku ceritakan." Jawab Wati dengan nada sed