Share

Part 3

Jaka baru saja tiba di terminal. Di lihatnya istrinya sudah menunggunya. Jaka menarik nafas panjang, mencoba menata hatinya.

 

"Ayah ...!!!" Istrinya langsung memeluknya. "Bunda rindu sekali dengan Ayah."

 

Jaka membalas pelukan istrinya. Istrinya perempuan yang manja, sangat berbeda dengan Wati. "Humaira dititip sama ibu ya, Bunda?" Tanya Jaka.

 

"Iya Ayah. Humaira sudah kangen sekali dengan Ayah."

 

Mereka pun menuju arah pulang dengan menggunakan motor matic. Jaka membawa banyak barang bawaan. Tidak lupa dia membawa mainan untuk Humaira. Mainan yang dipilihkan Wati dan ada mainan yang dibelikan Wati khusus untuk Humaira putri Jaka yang berusia lima tahun.

 

*****

 

"Ayah ...!!!" Humaira langsung memeluk ayahnya. "Ayah kenapa lama sekali baru pulang?"

 

"Kan Ayah kerja, Sayang. Ayah punya sesuatu lho untuk Humaira." Jaka mengeluarkan dua bingkisan dari dalam kotak kardus yang dibawanya.

 

"Kok ada dua, Ayah?"

 

"Humaira kan ulang tahun, jadi bingkisannya Ayah tambahin. Maaf ya Ayah ngga bisa di sini saat Humaira ulang tahun." Jaka mengecup kening Humaira. Humaira duduk di pangkuan Jaka, bermanja-manja dengan Jaka.

 

"Humaira, Ayah masih capek sayang, biar Ayah istirahat dulu!" Istri Jaka mengangkat Humaira dari pangkuan Jaka.

 

"Biarkan saja Bunda. Ayah kan di sini tidak bisa lama."

 

"Ayah istirahat saja dulu!"

 

Lintang, perempuan berusia 32 tahun, berkulit putih, bermata sedikit sipit, dengan bibir tipis. Berbadan tinggi 160 cm dan berat badan 55 kg. Dia lah perempuan cantik yang menjadi istri sah, istri pertama Jaka.

 

*****

 

Jaka termenung di tepi sungai. Dia sedang memancing, mencoba membunuh rasa rindunya kepada Wati. Jaka tidak bisa sering-sering menghubungi Wati karena situasinya tidak memungkinkan, dan setiap dia menghubungi Wati dia ingin cepat-cepat pulang ke sana. Dia menahan diri untuk tidak sering-sering menelepon Wati.

 

Lagi-lagi rasa bersalah itu muncul di hati Jaka. Tidak terasa air mata Jaka mengalir. "Maafkan keegoisanku Wati." Gumam Jaka. "Pasti di sana pikiranmu sedang berkelana. Membayangkan aku bercumbu dengan istri pertamaku. Sekali lagi maafkan aku Wati. Walau bagaimana aku harus memenuhi kewajibanku terhadap istriku."

 

Tiba-tiba Ponselnya berbunyi, membuyarkan lamunannya. Panggilan dari ibunya.

 

"Jaka, kamu mancing di mana?" Tanya suara ibu di seberang sana.

 

"Di tempat biasa Bu. Ada apa Bu?" Tanya Jaka sedikit kaget, karena tak biasanya ibunya menanyakan lokasi mancingnya.

 

"Ibu mau nyusul ke sana sama Rama adikmu."

 

"Ada apa Bu?" Jaka jadi bingung.

 

"Nanti saja Ibu ngomongnya di sana." Ibu langsung menutup teleponnya. Kepala Jaka penuh pertanyaan. Tidak biasanya ibunya seperti ini.

 

Sepuluh menit kemudian ibu tiba. Memang lokasi mancing Jaka tidak jauh dari rumah ibunya. Ibu langsung menghampiri Jaka.

 

"Ibu mau ikut kamu balik ke sana!"

 

"Ke sana mana Bu?" Tanya Jaka bingung.

 

"Ke tempat istri keduamu. Istrimu mau lahiran kan?"

 

"Tapi Bu, apa kata Lintang kalau tiba-tiba Ibu ikut? Dia taunya kan Jaka di mess karyawan Bu."

 

"Nanti Ibu bilang mau ke rumah keluarga di sana."

 

"Kita mana punya keluarga di sana Bu."

 

"Sudah, Kamu ngga usah khawatir soal alasan itu."

 

"Jaka ngga punya uang Bu kalau harus naik pesawat. Kalau naik bis kasian Ibu kelamaan di jalan."

 

"Ibu ada tabungan kok, uang dari kamu juga."

 

"Kalau Lintang dan Humaira mau ikut bagaimana Bu?"

 

"Mertua Kamu tidak akan mengizinkan. Kamu tau sendiri mertuamu bagaimana. Humaira mau Ibu ajak kerumah saja tidak boleh. Ibu mau nimang cucu Ibu dari istri keduamu saja. Ngga apa kan ibu lama-lama di sana? Ibunya Wati juga orangnya kan baik. Ngga seperti Ibunya Lintang."

 

Lintang tinggal bersama ibu dan adiknya di rumah yang dibangun Jaka sebelum menikah. Rumah yang cukup besar dengan empat kamar. Sedangkan Ayah Lintang sudah bercerai dari ibunya dan menikah lagi.

 

Hubungan ibu Jaka dan ibunya Lintang kurang baik, karena ibunya Lintang sangat cerewet, bahkan Jaka sendiri kurang begitu suka dengan mertuanya itu. Jaka menyembunyikan pernikahannya dengan Wati karena dia sudah bisa membayangkan apa yang akan dilakukan mertuanya kalau sampai Jaka minta izin Lintang untuk menikah lagi. Lintang istrinya juga sedikit banyak menurun sifat jelek ibunya, terkadang susah diatur. Sampai sekarang Lintang tidak mau mengenakan hijab, dan masih suka berpakaian minim. Shalatnya pun masih bolong-bolong. Ada rasa khawatir di diri Jaka, takut Humaira akan mengikuti prilaku ibunya.

 

Jaka tidak pernah menceritakan keburukan istri pertamanya kepada Wati. Jaka selalu bilang Lintang istri yang baik dan penurut, dia tidak mungkin menceraikan Lintang. Setelah hidup bersama Wati, Jaka melihat perbedaan yang sangat jauh antara Wati dan Lintang. Bahkan Jaka sempat berpikir ingin Humaira diasuh oleh Wati.

 

*****

 

Jaka mengemasi barang-barangnya. Besok dia akan kembali ke istri keduanya. Dia tersenyum-senyum sendiri membayangkan bertemu dengan Wati.

 

"Ayah kok senyum-senyum sih?" Lintang memperhatikan Jaka.

 

"Ngga apa Bunda, Ayah cuma ingat kejadian lucu di tempat kerja." Jawab Jaka sekenanya.

 

"Ayah, memangnya bener ya Ayah punya keluarga di sana? Kok Bunda ngga pernah tau?" Selidik Lintang.

 

"Ayah juga baru tau Bunda. Kata ibu, ibu juga baru dapat info, makanya ibu pengen ikut ke sana karena sudah lama ngga ketemu."

 

"Siapa yang biayain ibu ikut ke sana? Ayah juga?"

 

"Ibu punya tabungan Bunda. Uang dari mana Ayah ongkosin ibu? Kan Bunda yang pegang uang gaji Ayah. Ayah cuma minta seperlunya." Jaka menahan kesal mendengar pertanyaan istrinya. Salah satu sifat istrinya yang Jaka tidak suka, perhitungan terhadap keluarga Jaka.

 

"Ya sudah kalau begitu. Karena Bunda ngga akan kasih uang tambahan ke Ayah." Lintang berlalu keluar kamar.

 

Jaka menghela nafas panjang dan mengelus dadanya. "Astagfirullah..." Gumamnya.

 

"Ayah... Ayah... Humaira ikut Ayah ya!!!" Rengek Humaira.

 

"Sayang, di sana Ayah kerja." Jaka berjongkok mensejajarkan badannya dengan badan Humaira, di pegangnya kedua pipi anaknya.

 

"Tapi nenek bisa ikut Ayah. Humaira kan masih libur sekolah Ayah."

 

"Nenek kan mau ke tempat saudara nenek di sana sayang... "

 

"Humaira masih kangen sama Ayah." Gadis kecil Jaka cemberut. Jaka memeluknya erat-erat.

 

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status