Share

Lelah

Penulis: Cucu Suliani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-21 18:10:09

Pekerjaan hari ini terasa sangat melelahkan dan rasanya pekerjaan hari ini membuat Indira harus rela tenaganya terkuras, benar-benar merasa cape.

Bahkan, hari ini Indira harus rela lembur sampai malam. Karena banyaknya pesanan yang datang. Tidak hanya itu saja, hari ini banyak perusahaan lain yang mengajak perusahaan LT Corp untuk bekerja sama.

Karena banyaknya perusahaan yang sudah merasa puas dan merekomendasikan perusahaan Law, hal itu menjadi keuntungan sendiri untuk perusahaan LT Corp.

Bahkan, pernikahan Edbert dan Merry pun seakan membawa barkah dan keberuntungan pada keluarga Law. Karena Merry memanglah anak pengusaha kaya no. dua di Indonesia.

Karena tergabungnya dua perusahaan besar, membuat mereka makin dikenal di dalam dunia bisnis. Dua perusahaan tersebut, bisa dengan mudahnya melebarkan sayapnya.

Indira, nampak meregangkan otot-otot lelahnya. Indira sudah sangat lelah dan ingin segera pulang, dia ingin segera tidur.

"Pantas saja mataku sudah terasa berat, ternyata sudah pukul sembilan malam. Lapar dan juga lelah." Indira berucap dengan tangan yang terus merapikan berkas di atas mejanya.

Indira segera keluar dari ruangannya. Di dalam gedung megah itu, sudah terlihat sangat sepi. Hanya ada beberapa karyawan, OB dan OG saja yang berlalu lalang. Indira mempercepat langkahnya, dia harus segera pulang.

Dia takut jika dia tak mendapatkan kendaraan umum untuk pulang, karena sudah bisa dipastikan jika Melly pasti sudah terlelap dalam tidurnya.

Kini, Indira sudah sampai di pinggir jalan. Indira sedang menunggu angkutan umum yang biasa lewat ke sana, sayangnya tidak ada satupun yang lewat. Indira mulai resah dan panik, rasanya dia sudah ingin menangis saja. Indira menghentakan kakinya, dia sungguh takut tidak bisa pulang.

"Ya ampun, gimana caranya gue pulang? Tumben sekali ngga ada kendaraan umum? Apa karena kawasan elite, jadinya jam segini sudah ngga ada yang lewat?!"

Matanya sudah berembun, dia sangat takut. Walaupun lampu jalanan terlihat sangat terang, tetapi terlihat sangat sepi. Hal itu membuat Indira takut bercampur dengan rasa sedih.

Indira mendengkus kesal, beberapa kali dia nampak menghentakan kakinya. Berbagai pikiran buruk menghiasi otak cerdasnya. Saat sedang sibuk dengan kepanikannya, Indira mendengar suara klakson dari arah belakang.

Indira menolehkan wajahnya, tidak lama kemudian ada mobil mewah yang berhenti tepat di samping Indira. Pintu mobil pun terbuka, nampaklah Leon Law yang sedang duduk anteng di sana.

"Masuklah Indira, biar saya antar pulang," titah Leon Law.

Indira terlihat tidak enak hati, mana mungkin dia pergi bersama dengan atasannya tersebut. Rasanya sangat tidak pantas.

"Tidak usah, Tuan besar. Saya pulang sendiri saja," tolak Indira tak enak hati.

"Jangan membantah, ini kawasan elite. Kalau malam sudah tidak akan ada kendaraan umum yang lewat." Leon Law mempertegas ucapannya.

"Iya, Tuan," jawab Indira.

Indira langsung masuk ke dalam mobil, dia sungguh takut jika dia akan sampai pagi di sana. Leon Law nampak menyunggingkan senyumnya melihat tingkah Indira.

"Dimana rumahmu, Nona?"

"Di kostan putri di belokan kedua, Tuan," jawab Indira.

"Ternyata dekat," jawab Leon Law.

"Sengaja, Tuan. Biar lebih gampang saat pergi ke kantor dan ongkosnya juga murah," jawab Indira.

Leon Law nampak mengangguk paham, dia merasa kagum dengan keperibadian Indira yang terkesan baik, cantik, ramah dan juga pintar.

Sepuluh menit telah berlalu, mobil mewah milik Leon Law sudah terparkir di depan kostan putri. Indira pun langsung mengucapkan terima kasih, kemudian Indira pun langsung turun dari mobil mewah tersebut.

"Terima kasih, Tuan. Maaf, merepotkan," ucap Indira.

Sebenarnya dia merasa sangat tidak enak hati, rasanya dia sangat tidak pantas untuk bisa menaiki mobil mewah milik Leon Law. Akan tetapi, rezeky tidak boleh ditolak bukan.

"Hem," jawab Leon Law.

Indira nampak berdiri sambil memandang mobil mewah milik Leon Law, setelah mobil tak terlihat lagi Indira segera masuk ke dalam kamar kostan Melly.

Saat masuk ke dalam kamar kost, Indira melihat Melly yang nampak sudah terlelap dalam tidurnya. Indira pun tersenyum, Melly pasti lelah pikirnya.

Karena pekerjaan Melly tiap harinya berkutat dengan angka. Melly tak boleh salah sama sekali, harus benar-benar teliti.

"Lelahnya, rasanya gue pengen mandi terus makan. Laper," keluh Indira.

Indira segera menyambar handuk yang tergantung di belakang pintu, kemudian dia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, Indira sudah terlihat segar dengan memakai piyama tidurnya.

Kruyuk! Kruyuk!

"Oh, My!! Perut gue!" keluh Indira.

Indira langsung membuka lemari pendingin, di sana banyak sayuran dan juga ada beberapa ikan yang tersimpan dalam freezer.

"Masak yang simpel aja," ucap Indira seraya nyengir kuda.

Indira meraih satu bungkus mie instan, telur, sayuran, cabe dan juga sosis. Menurutnya mie instan adalah pilihan terbaik.

Indira segera memotong bahan pelengkap mienya dan segera memasaknya, hanya butuh waktu delapan menit, satu mangkuk mie sudah tersaji.

Terlihat sangat enak dan berwarna, karena campuran dari bahan-bahan tambahan yang Indira campurkan. Indira langsung duduk sambil menghirup aroma mie yang terasa sangat menggugah selera baginya.

Perlahan-perlahan, Indira pun langsung meniup mie yang masih terlihat mengepul dan mulai menyantap mie buatannya.

"Enak, pedasnya pas." Mulutnya sibuk mengunyah. "Mie yang terasa sangat enak," pujinya pada makanan yang sudah dia buat.

Suapan demi suapan masuk ke dalam mulutnya, hingga tanpa terasa satu mangkuk mie sudah berpindah ke dalam perut Indira.

"Alhamdulillah," ucap Indira seraya mengelus lembut perutnya. "Kenyang banget gue, saatnya bobo cantik," imbuhnya.

Selesai makan Indira tak langsung tidur. Karena memang, dia harus menunggu lima belas menit agar makanan yang masuk ke dalam perutnya bisa terolah dengan baik dan tidak menimbulkan penyakit.

Agar tidak tertidur, Indira pun mengambil ponselnya dan memainkannya. Beberapa kali Indira menguap, akan tetapi dia mencoba membuka akun sosmed-nya agar tidak mengantuk.

Saat sedang asik berselancar dengan ponselnya, tanpa sengaja dia melihat postingan Edbert dengan Merry. Mereka terlihat sangat serasi, Indira pun langsung tersenyum.

"Kapan gue seperti mereka, bisa bahagia hidup berumah tangga?" tanya Indira pada dirinya sendiri.

Indira terus menggulir ponselnya, banyak postingan Edbert bersama istrinya yang menampakan keromantisan mereka di tepi pantai. Indira pun jadi membayangkan, jika suatu saat nanti dia bisa merasakan indahnya bulan madu bersama suami tercintanya.

"Aku harap, akan ada pangeran berkuda putih yang membawaku ke istananya. Memberikan aku kebahagiaan dan membawaku ke dalam rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah." Indira berucap dengan nada penuh harap.

Setelah puas bermain dengan ponselnya, Indira segera merebahkan tubuh lelahnya di samping Melly. Dia harus segera tidur, agar tenaganya kembali pulih. Indira harus cukup istirahat, karena besok dia harus bertempur dengan pekerjaannya.

Pekerjaan yang dirasa semakin hari semakin menumpuk saja, beruntung Leon Law selalu mempermudah pekerjaannya.

Indira juga sangat berharap, semoga saja Tuhan selalu memberinya kesehatan. Agar dia bisa dengan mudah menyelesaikan semua pekerjaannya.

Tidak lama kemudian, Indira terlihat sudah mendengkur halus. Karena cape, lelah dan juga tenaganya yang memang sudah terkuras habis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kedua    Happy Ending

    Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat

  • Istri Kedua    Belah Duren

    Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu

  • Istri Kedua    Malam Sahnya Anthony

    Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan

  • Istri Kedua    Permintaan Maaf Mahendra

    Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,

  • Istri Kedua    Penyesalan Mahendra

    Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad

  • Istri Kedua    Reaksi Mahendra

    Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la

  • Istri Kedua    Butuh Donor Darah

    Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me

  • Istri Kedua    Ancaman Mahendra

    Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan

  • Istri Kedua    Berkumpul Bersama

    POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status