Share

Lelah

Pekerjaan hari ini terasa sangat melelahkan dan rasanya pekerjaan hari ini membuat Indira harus rela tenaganya terkuras, benar-benar merasa cape.

Bahkan, hari ini Indira harus rela lembur sampai malam. Karena banyaknya pesanan yang datang. Tidak hanya itu saja, hari ini banyak perusahaan lain yang mengajak perusahaan LT Corp untuk bekerja sama.

Karena banyaknya perusahaan yang sudah merasa puas dan merekomendasikan perusahaan Law, hal itu menjadi keuntungan sendiri untuk perusahaan LT Corp.

Bahkan, pernikahan Edbert dan Merry pun seakan membawa barkah dan keberuntungan pada keluarga Law. Karena Merry memanglah anak pengusaha kaya no. dua di Indonesia.

Karena tergabungnya dua perusahaan besar, membuat mereka makin dikenal di dalam dunia bisnis. Dua perusahaan tersebut, bisa dengan mudahnya melebarkan sayapnya.

Indira, nampak meregangkan otot-otot lelahnya. Indira sudah sangat lelah dan ingin segera pulang, dia ingin segera tidur.

"Pantas saja mataku sudah terasa berat, ternyata sudah pukul sembilan malam. Lapar dan juga lelah." Indira berucap dengan tangan yang terus merapikan berkas di atas mejanya.

Indira segera keluar dari ruangannya. Di dalam gedung megah itu, sudah terlihat sangat sepi. Hanya ada beberapa karyawan, OB dan OG saja yang berlalu lalang. Indira mempercepat langkahnya, dia harus segera pulang.

Dia takut jika dia tak mendapatkan kendaraan umum untuk pulang, karena sudah bisa dipastikan jika Melly pasti sudah terlelap dalam tidurnya.

Kini, Indira sudah sampai di pinggir jalan. Indira sedang menunggu angkutan umum yang biasa lewat ke sana, sayangnya tidak ada satupun yang lewat. Indira mulai resah dan panik, rasanya dia sudah ingin menangis saja. Indira menghentakan kakinya, dia sungguh takut tidak bisa pulang.

"Ya ampun, gimana caranya gue pulang? Tumben sekali ngga ada kendaraan umum? Apa karena kawasan elite, jadinya jam segini sudah ngga ada yang lewat?!"

Matanya sudah berembun, dia sangat takut. Walaupun lampu jalanan terlihat sangat terang, tetapi terlihat sangat sepi. Hal itu membuat Indira takut bercampur dengan rasa sedih.

Indira mendengkus kesal, beberapa kali dia nampak menghentakan kakinya. Berbagai pikiran buruk menghiasi otak cerdasnya. Saat sedang sibuk dengan kepanikannya, Indira mendengar suara klakson dari arah belakang.

Indira menolehkan wajahnya, tidak lama kemudian ada mobil mewah yang berhenti tepat di samping Indira. Pintu mobil pun terbuka, nampaklah Leon Law yang sedang duduk anteng di sana.

"Masuklah Indira, biar saya antar pulang," titah Leon Law.

Indira terlihat tidak enak hati, mana mungkin dia pergi bersama dengan atasannya tersebut. Rasanya sangat tidak pantas.

"Tidak usah, Tuan besar. Saya pulang sendiri saja," tolak Indira tak enak hati.

"Jangan membantah, ini kawasan elite. Kalau malam sudah tidak akan ada kendaraan umum yang lewat." Leon Law mempertegas ucapannya.

"Iya, Tuan," jawab Indira.

Indira langsung masuk ke dalam mobil, dia sungguh takut jika dia akan sampai pagi di sana. Leon Law nampak menyunggingkan senyumnya melihat tingkah Indira.

"Dimana rumahmu, Nona?"

"Di kostan putri di belokan kedua, Tuan," jawab Indira.

"Ternyata dekat," jawab Leon Law.

"Sengaja, Tuan. Biar lebih gampang saat pergi ke kantor dan ongkosnya juga murah," jawab Indira.

Leon Law nampak mengangguk paham, dia merasa kagum dengan keperibadian Indira yang terkesan baik, cantik, ramah dan juga pintar.

Sepuluh menit telah berlalu, mobil mewah milik Leon Law sudah terparkir di depan kostan putri. Indira pun langsung mengucapkan terima kasih, kemudian Indira pun langsung turun dari mobil mewah tersebut.

"Terima kasih, Tuan. Maaf, merepotkan," ucap Indira.

Sebenarnya dia merasa sangat tidak enak hati, rasanya dia sangat tidak pantas untuk bisa menaiki mobil mewah milik Leon Law. Akan tetapi, rezeky tidak boleh ditolak bukan.

"Hem," jawab Leon Law.

Indira nampak berdiri sambil memandang mobil mewah milik Leon Law, setelah mobil tak terlihat lagi Indira segera masuk ke dalam kamar kostan Melly.

Saat masuk ke dalam kamar kost, Indira melihat Melly yang nampak sudah terlelap dalam tidurnya. Indira pun tersenyum, Melly pasti lelah pikirnya.

Karena pekerjaan Melly tiap harinya berkutat dengan angka. Melly tak boleh salah sama sekali, harus benar-benar teliti.

"Lelahnya, rasanya gue pengen mandi terus makan. Laper," keluh Indira.

Indira segera menyambar handuk yang tergantung di belakang pintu, kemudian dia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, Indira sudah terlihat segar dengan memakai piyama tidurnya.

Kruyuk! Kruyuk!

"Oh, My!! Perut gue!" keluh Indira.

Indira langsung membuka lemari pendingin, di sana banyak sayuran dan juga ada beberapa ikan yang tersimpan dalam freezer.

"Masak yang simpel aja," ucap Indira seraya nyengir kuda.

Indira meraih satu bungkus mie instan, telur, sayuran, cabe dan juga sosis. Menurutnya mie instan adalah pilihan terbaik.

Indira segera memotong bahan pelengkap mienya dan segera memasaknya, hanya butuh waktu delapan menit, satu mangkuk mie sudah tersaji.

Terlihat sangat enak dan berwarna, karena campuran dari bahan-bahan tambahan yang Indira campurkan. Indira langsung duduk sambil menghirup aroma mie yang terasa sangat menggugah selera baginya.

Perlahan-perlahan, Indira pun langsung meniup mie yang masih terlihat mengepul dan mulai menyantap mie buatannya.

"Enak, pedasnya pas." Mulutnya sibuk mengunyah. "Mie yang terasa sangat enak," pujinya pada makanan yang sudah dia buat.

Suapan demi suapan masuk ke dalam mulutnya, hingga tanpa terasa satu mangkuk mie sudah berpindah ke dalam perut Indira.

"Alhamdulillah," ucap Indira seraya mengelus lembut perutnya. "Kenyang banget gue, saatnya bobo cantik," imbuhnya.

Selesai makan Indira tak langsung tidur. Karena memang, dia harus menunggu lima belas menit agar makanan yang masuk ke dalam perutnya bisa terolah dengan baik dan tidak menimbulkan penyakit.

Agar tidak tertidur, Indira pun mengambil ponselnya dan memainkannya. Beberapa kali Indira menguap, akan tetapi dia mencoba membuka akun sosmed-nya agar tidak mengantuk.

Saat sedang asik berselancar dengan ponselnya, tanpa sengaja dia melihat postingan Edbert dengan Merry. Mereka terlihat sangat serasi, Indira pun langsung tersenyum.

"Kapan gue seperti mereka, bisa bahagia hidup berumah tangga?" tanya Indira pada dirinya sendiri.

Indira terus menggulir ponselnya, banyak postingan Edbert bersama istrinya yang menampakan keromantisan mereka di tepi pantai. Indira pun jadi membayangkan, jika suatu saat nanti dia bisa merasakan indahnya bulan madu bersama suami tercintanya.

"Aku harap, akan ada pangeran berkuda putih yang membawaku ke istananya. Memberikan aku kebahagiaan dan membawaku ke dalam rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah." Indira berucap dengan nada penuh harap.

Setelah puas bermain dengan ponselnya, Indira segera merebahkan tubuh lelahnya di samping Melly. Dia harus segera tidur, agar tenaganya kembali pulih. Indira harus cukup istirahat, karena besok dia harus bertempur dengan pekerjaannya.

Pekerjaan yang dirasa semakin hari semakin menumpuk saja, beruntung Leon Law selalu mempermudah pekerjaannya.

Indira juga sangat berharap, semoga saja Tuhan selalu memberinya kesehatan. Agar dia bisa dengan mudah menyelesaikan semua pekerjaannya.

Tidak lama kemudian, Indira terlihat sudah mendengkur halus. Karena cape, lelah dan juga tenaganya yang memang sudah terkuras habis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status