Share

Bab 10

Author: Awan
Yuna diam-diam melirik Brandon, tetapi kemudian mendapati pria itu sedang memandanginya. Entah sejak kapan mata pria itu sudah tertuju ke arahnya.

Wajahnya langsung memanas karena ketahuan melirik.

“Kamu ada rencana apa lagi malam ini?”

Jarak mereka begitu dekat, membuat Yuna merasa jantungnya seperti mau copot.

Namun, sifat keras kepalanya tidak mau kalah dan membuatnya tidak ingin menghindari pandangan itu. Dia menatap mata hitam pria itu, mencoba sebaik mungkin untuk mempertahankan ekspresi tenang di wajahnya seraya berkata, “Kalau aku nggak salah ingat, malam ini adalah malam pernikahan kita. Menurutmu aku bisa punya rencana apa?”

Dia berpura-pura santai, tetapi kedua tangannya menekan lututnya dengan terlalu keras, sehingga memperlihatkan betapa gelisahnya hatinya.

Brandon menaikkan alis, sudut bibirnya sedikit melengkung naik, “Baguslah kalau begitu!”

Pria itu menegakkan posisi duduknya, tetapi Yuna masih tidak bisa menghela napas lega meskipun rasa canggungnya sudah berkurang.

Tak lama kemudian, mobil yang mereka naiki berhenti di tempat tujuan.

Yuna mengira pria itu akan membawanya pulang ke kediaman pribadinya. Namun tak disangka, mobil itu ternyata berhenti di depan tempat pemandian air panas.

Malam itu dihiasi dengan cahaya bulan, membuat Yuna merasa jauh lebih nyaman.

Hanya saja ....

Dia menolehkan kepalanya untuk menatap Brandon dengan curiga. Pria itu sepertinya bisa menebak apa yang dia pikirnya, “Pernikahan kita terlalu tiba-tiba hari ini. Aku nggak sempat melakukan persiapan.”

“Sebenarnya … nggak apa-apa,” kata Yuna pelan.

Lagi pula, ini hanyalah transaksi di antara mereka. Dia mana mungkin mengharapkan yang lain.

Namun, ketika dia melihat restoran yang didekor indah dengan bunga mawar, jantungnya tetap berdegup kencang.

Hanya ada Brandon dan dia di dalam restoran besar itu. Hidangan sudah diletakkan di atas meja. Pelayan restoran juga tidak berada di dekat mereka lagi, memberikan privasi yang cukup untuk mereka. Kelihatan sekali, Brandon telah memesan seluruh restoran ini untuk mereka berdua.

Brandon memang punya kemampuan untuk melakukannya, tetapi dia sendiri yang bilang tadi. Pernikahan mereka terlalu tiba-tiba. Bagaimana bisa pria itu mempersiapkan semua ini?

“Restoran ini sangat menjaga privasi pelanggan, jadi jangan khawatir,” ujar pria itu dengan santai sambil memotong steak-nya dengan anggun.

“Te ... terima kasih!”

Yuna biasanya tidak secanggung ini, tetapi ketika dihadapkan dengan situasi ini, dia jadi tidak tahu harus berkata apa.

Brandon tiba-tiba berhenti makan dan menaikkan alisnya, kemudian memandang Yuna dan berkata, “Terima kasih? Buat apa?”

“Makasih karena kamu sudah setuju untuk bekerja sama denganku. Terima kasih atas semua yang sudah kamu atur hari ini. Terima kasih untuk semuanya.”

Meskipun dia agak impulsif karena tiba-tiba memutuskan untuk menikah dengan Brandon, dia tidak menyesalinya.

Brandon terkekeh mendengar ucapan terima kasih datang bertubi-tubi itu.

Ucapan yang cukup sepele, tetapi cukup menyenangkan untuk didengar.

Setelah itu, dia meletakkan steak yang sudah dipotong kecil-kecil ke piring Yuna, menatap wanita itu dengan serius seraya berkata, “Kalau begitu, bukan hanya ini yang perlu kamu ucapkan terima kasih.”

“.…”

Setelah makan malam dengan cahaya lilin yang hangat dan romantis selesai, mereka berdua masuk ke kamar suite yang sudah disiapkan.

Kamar itu cukup besar, ada kolam air panas di dalamnya yang mengeluarkan uap-uap panas. Suara airnya juga seolah bisa membuat orang terbuai.

Yuna jadi berpikir, apa dia akan berendam bersama pria itu di kolam ini nanti ....

Wajahnya memanas dan tubuhnya menegang. Dia cepat-cepat memalingkan wajah dan pergi menuang air untuk diminum.

Brandon melihat semua kegugupan dan rasa malu yang Yuna rasakan saat ini. Dia berbalik badan dan melepas jaketnya, mengambil sebotol anggur merah dan dua gelas, kemudian berjalan menghampiri wanita itu.

“Mau minum sedikit?”

“Nggak ...,” Yuna awalnya ingin menolak, tetapi berubah pikiran dalam sekejap, “Boleh.”

Alkohol bisa membesarkan nyali seorang pengecut.

Dia bukan pengecut, tapi dia kurang berani. Rasanya, dia seolah-olah sudah menggunakan semua keberaniannya untuk menemui pria itu. Keberaniannya sudah habis untuk membicarakan tentang kerja sama mereka bersama pria itu.

Brandon menuangkan dua gelas anggur dan mengangkat gelasnya ke arah Yuna. Yuna memandangi cairan merah di dalam gelasnya, membulatkan nyalinya, kemudian mendentingkan gelasnya dengan gelas pria itu. Setelah itu, dia mengangkat kepalanya dan meneguk anggur itu sampai habis.

Dia minum terlalu cepat, sehingga dia tersedak dan batuk-batuk.

Brandon tertawa, mengangkat tangan dan menepuk pundak wanita itu, “Aku masuk untuk berendam dulu. Kamu datang saja kalau sudah siap.”

Dia memberi wanita itu waktu yang cukup untuk bersiap, juga memberinya kesempatan untuk mundur dan menyesal.

Dia berbalik badan, lalu berjalan menuju kolam air panas.

Hati Yuna gelisah melihat punggung pria yang perlahan menghilang dari pandangannya itu. Dia buru-buru menuangkan segelas anggur lagi dan meneguknya sampai habis.

Setelah meminum setengah botol anggur merah tanpa jeda, dia akhirnya merasa sedikit mabuk. Dia berdiri, samar-samar bisa melihat punggung Brandon yang berada di dalam kolam air panas.

Pria itu merentangkan kedua lengannya dan memunggunginya, hanya memperlihatkan lengan dan bahunya. Lekukan ototnya sangat jelas dan tetesan air panas bersinar seperti kristal di kulitnya.

Tenggorokan Yuna terasa kering. Dia berjalan lurus ke sana dan berdiri di garis pemisah antara daerah kering dan basah.

Brandon bisa mendengar suara gerak gerik orang di belakangnya, tetapi dia tidak menolehkan kepalanya. Dia sangat sabar, memberikan Yuna waktu yang cukup.

Yuna dengan cepat melepas pakaiannya, tidak memberi dirinya kesempatan untuk menyesal. Namun, dia tidak melepas pakaian dalamnya. Tanpa alas kaki, dia berjalan sampai ke belakang pria itu, lalu masuk ke air dari jarak yang dekat dari tempat pria itu berada.

Suhu airnya agak panas. Begitu dia masuk ke dalam air, tubuhnya langsung berkeringat.

Dia tidak tahu apakah rasa mabuknya menguap karena air panas. Keberanian yang dia dapatkan dari alkohol tadi tiba-tiba lenyap, dan dia dengan tidak nyaman langsung memeluk tubuhnya sendiri karena malu.

Dia tidak pernah telanjang di depan pria.

Waktu dengan Logan dulu, hubungan mereka hanya sebatas berpegangan tangan dan berciuman, tidak lebih dari itu.

“Hmmm ....”

Yuna menghirup napas dalam-dalam.

Tubuh mereka saling berdekatan. Suhu tubuh mereka tidak sama dengan suhu air, tetapi seolah bisa membakar satu sama lain.

Brandon melingkari pinggang Yuna dengan satu tangan, lalu menggunakan tangan lainnya untuk mengangkat dagu wanita itu, memaksa wanita itu untuk menatapnya.

“Kesempatan terakhir.” Dia jeda sebentar, sorot matanya bagaikan api yang menyala-nyala, lalu melanjutkan, “Kalau kamu masih belum siap, kita bisa ....”

Yuna menempelkan bibirnya ke bibir pria itu, tetapi karena terlalu kuat dan tiba-tiba, giginya mengetuk bibir pria itu, sehingga dia merasa seperti ada rasa darah di mulutnya.

Dia memejamkan matanya erat-erat, tidak ingin memikirkan apa pun dan tidak ingin mengatakan apa pun. Dia hanya ingin menunjukkan tekadnya dengan tindakannya.

Tidak ada yang gratis di dunia ini. Terlebih lagi, tidak ada bantuan yang bisa dianggap ‘sudah seharusnya’. Yang ada hanyalah transaksi yang saling menguntungkan.

Usaha dan hasil.

Brandon sama sekali tidak menolak ketika Yuna menyerahkan diri ke dalam pelukannya

Ciuman mereka sangat menggairahkan, sampai mereka tidak bisa mengendalikan diri. Yuna sampai lemas karena hampir kehabisan napas.

Brandon merasa ada yang yang tidak beres, segera menggendong wanita itu keluar dari kolam.

Rambut panjang Yuna basah dan berantakan. Matanya tertutup dan bulu matanya yang panjang bergetar pelan. Dia terlihat sangat memikat.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Lina Kurniawati
jgn pake kain dong
goodnovel comment avatar
Jimmy
sebagus apapun cerita kalau pakai koin....cape deh...
goodnovel comment avatar
Ajeng Ayu Lestari
bener2 bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2399

    Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2398

    Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2397

    Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2396

    Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2395

    Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2394

    Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status