Beranda / Romansa / Istri Kesayangan Tuan Arogan / Bab 7 Hanya dimanfaatkan

Share

Bab 7 Hanya dimanfaatkan

Penulis: Dilla Maharia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 08:48:53

Mobil Olivia melaju pelan memasuki halaman rumah yang luas dan terawat dengan baik, di apit oleh pepohonan hijau, juga semak bunga yang rapi.

Sebuah rumah mewah berdiri megah di tengah-tengahnya, menampilkan arsitektur yang anggun dan elegan. Dinding putih yang bersih dan jendela kaca besar yang menghiasi rumah, menciptakan kesan mewah namun klasik.

Di bagian depan rumah, terdapat air mancur yang airnya jatuh ke kolam dengan gemercik lembut, menambah suasana tenang di lingkungan tersebut.

Olivia masih duduk di dalam mobil dan mengamati rumah itu lekat-lekat. Terlihat jelas bahwa rumah tersebut di rawat baik, dengan lantai marmer yang mengkilap dan patung-patung marmernya yang artistik.

Pintu utama rumah terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi dengan ukiran yang detail dan indah, menambah kesan kemewahan pada rumah.

Namun, di balik kemegahannya, Olivia merasakan sebuah keperihan yang mendalam setiap mengingat di rumah itulah dulu ia dan ibunya~Amanda begitu bahagia bersama-sama. Sampai sebuah masalah yang tak begitu ia mengerti terjadi karena masih berusia lima tahun, sang ibu pergi dari rumah meninggalkannya, entah kemana.

Suasana yang tampak tenang dan damai dari luar, seakan menutupi luka yang masih ada di dalam rumah tersebut.

Rasa kecemasan mulai menghantui pikiran Olivia saat ia ingin turun dengan perasaan gugup. Berencana hendak masuk ke dalam rumah untuk menghadapi Ayahnya yang sedang dalam kondisi kesehatan tidak stabil.

Ia harus menguatkan hati untuk memberi tahu ayahnya~Abian Stevano, bahwa dirinya sudah tak sanggup lagi hidup bersama Elgard karena telah dikhianati dan di manfaatkan sedemikian rupa.

Olivia berharap Abian bisa berlapang dada menerima keputusannya untuk bercerai dari putra keluarga kaya raya Nugroho itu, sehingga tak mempengaruhi kesehatan sang Ayah nantinya.

Ia hendak menurunkan koper dari dalam mobil karena akan kembali tinggal di rumah masa kecilnya tersebut. Namun sebelum memberitahu masalahnya pada sang Ayah, ia mengurungkan niat untuk membawa masuk barang-barangnya.

Olivia yang sudah turun dari mobil, di sambut penjaga rumah dengan senyum lebar.

" Nona Olivia... Selamat datang Non..." Sapa Pak Rahmat dengan ramah.

" Terima kasih Pak. Assalamualaikum..." Olivia balas tersenyum, pria itu adalah pegawai rumah yang cukup dekat dengannya sejak kecil.

" Oh. Wa'alaikumsalam... Saya senang Nona datang." Pak Rahmat terus melihat ke arah pintu mobil Olivia yang satunya lagi, tak ada yang turun selain Nona mudanya saja.

" Saya datang sendiri Pak." Jawab Olivia paham dengan apa yang dipikirkan sang satpam.

" Oo... Saya pikir datang bersama suami Nona. Hee..."

" Enggak, Pak." Olivia tersenyum singkat. Tak mungkin dirinya bersama Elgard. Selama menikah, pria itu tak pernah mau berada di sampingnya. Bahkan mereka tak pernah datang ke rumah Ayah Olivia untuk berkunjung.

" Ayah ada di rumah?" Tanya Olivia melihat ke arah pintu rumah besar dan tinggi yang tertutup.

" Ada. Nyonya Helen juga ada..." Jawab Pak Rahmat dengan raut wajah tak enak saat menyebut nama Helen, ibu tiri Olivia.

" Angel?" Tanya Olivia, itu saudari tirinya~Angelina. Putri tercinta Helen yang seusia dengan dirinya.

" Non Angel lagi gak di rumah. Biasa, jarang pulang. Mungkin nginap di rumah pacarnya lagi." Pak Rahmat sedikit risih menjelaskan tentang saudari tiri Nona mudanya itu.

Olivia menaikkan sebelah alisnya, sudah tak heran.

" Saya masuk dulu ya Pak. Mau ketemu Ayah."

" Oh, ya. Silahkan Nona..."

Olivia berjalan pelan. Dengan jantung berdebar-debar tentunya.

Dirinya ingin bicara empat mata dengan Abian sebenarnya, namun ada Helen juga ternyata di rumah itu. Entah apa yang akan terjadi nanti, mengingat Helen selalu mendominasi sang Ayah.

" Nona Olivia, selamat datang..." Pelayan rumah sontak menyambut kedatangan Olivia dengan antusias.

" Ya mbak. Ayah lagi dimana?" Olivia tersenyum hangat.

" Ada di ruang keluarga bersama Nyonya. Mari saya antar Nona..."

" Gak perlu, makasih mbak. Saya sendiri aja kesana ya." Olivia kembali melemparkan senyum pada semua pelayan rumah yang tersenyum penuh kekaguman padanya, sudah lama Nona muda mereka yang cantik dan baik hati itu tidak datang ke rumah ini. Mereka cukup merindukan Olivia.

Sementara itu,

Abian duduk termenung di ruang keluarga, wajahnya muram dan gelisah.

Helen melihat ekspresi Abian yang tidak biasa. Ia duduk di sebelah suaminya, merasa curiga jika ada masalah berat yang mungkin di hadapi sang suami.

" Abian, ada apa? Kamu terlihat sangat cemas." Tanya Helen dengan wajah penuh kekhawatiran.

Abian menghela napas panjang, lalu bercerita bahwa perusahaannya sedang dalam keadaan genting karena hutang bank yang terus mengejar. Jika tidak segera dilunasi, bank akan menyita semua aset berharganya.

Helen terkejut mendengar pengakuan Abian, kemarahan dan kekhawatiran bercampur di wajahnya.

" Di sita? Aku gak mau Abi... Gak mungkin kita jatuh miskin Abian! Kita harus segera mencari solusi." Ujar Helen panik. Pikirannya berputar cepat, mencari cara untuk menyelamatkan harta mereka dari ancaman penyitaan bank.

" Kamu gak perlu mengatakannya, aku juga udah sejak kemarin-kemarin mutar otak mau cari solusi apa supaya perusahaan tidak bangkrut begitu aja!" Abian menjambak rambutnya sendiri, sudah frustasi dengan masalah yang sedang di hadapi.

Helen terhenyak. Ikut bingung. Tak bisa ia bayangkan hidup miskin sebentar lagi.

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya.

" Abian, bagaimana kalau kita menjadikan Olivia, putrimu, sebagai alasan untuk meminta bantuan lagi sama besan kita, Pak Haris Nugroho? Aku yakin, kalau udah menyangkut tentang Olivia, Pak Haris pasti akan memberikan apapun untuk menantunya itu. Dengan begitu, kita bisa melunasi hutang perusahaan." Usul Helen dengan wajah penuh harapan.

Abian menatap Helen, bingung dengan usulan istrinya. Namun, melihat keputusan yang ada di wajah Helen, Abian mulai mempertimbangkan rencana tersebut. Mungkin dengan bantuan mertua Olivia, mereka bisa melewati masa-masa sulit ini dan menyelamatkan perusahaan serta aset yang dimiliki.

" Aku juga berpikir seperti itu sejak awal Helen. Tapi masa kita minta bantuan Pak Haris lagi? Dulu dia udah membantuku dengan uang yang begitu besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir pailit. Dia mau membantu karena aku bersedia memenuhi wasiat ayahnya dan ayah mertuaku untuk menjodohkan Olivia dan Elgard." Ujar Abian merasa tak tenang.

" Lha, itu gunanya punya besan kaya raya Abian. Apa artinya anak kamu jadi menantu dari seorang Haris Nugroho kalau gak bisa dimanfaatkan." Helen berusaha mengendalikan pikiran Abian.

" Lima 50M! Kamu pikir dimana aku bisa mendapatkan dana sebesar itu dulunya kalau bukan karena Olivia. Aku malu kalau harus minta bantuannya lagi." Abian mendesah, resah.

" Lho, kenapa harus malu? Olivia itu anak kamu, udah sewajarnya dia membalas jasa kamu dengan menerima perjodohan itu. Dan sekarang keluarga Nugroho kan sudah jadi besan kita, harusnya mereka bisa bantu kita dong, kan kita sudah mengorbankan Olivia untuk mau menjadi menantu mereka." Ujar Helen.

" Aku gak enak sama Olivia, takutnya dia tahu kalau kita memanfaatkan dirinya lagi. Belum tentu juga dia bersedia membantu meyakinkan mertuanya." Abian ragu.

" Abi, kamu lupa ya? Olivia dan Elgard itu di jodohkan karena wasiat kakek-kakek mereka yang berteman dekat." Ujar Helen dengan tajam, seakan ingin mengingatkan sesuatu." Kamu mau menjalankan wasiat itu asalkan Pak Haris mau memberikan 50M untuk kita. Dan kamu pikir dia tidak menghitung untung-rugi? Dia itu pebisnis, Abi..." Lanjutnya, kedua alisnya menyatu.

" Semua sudah dia perkirakan dengan sangat baik. Dengan menjalankan wasiat ayahnya, dia otomatis mendapatkan seluruh harta peninggalan ayahnya tanpa harus membaginya dengan anak-anak dari istri ayahnya yang lain." Lanjut Helen menarik napas dalam-dalam." Dari yang aku dengar, itu kesepakatan yang dia buat dengan kakeknya Elgard." Tambahnya penuh keyakinan.

" Aku juga dengar seperti itu. Tapi 50M kesepakatan kami waktu menjodohkan Olivia dengan Elgard udah selesai. Aku gak yakin dia mau membantu lagi." Abian skeptis.

" Minta Olivia membujuk mertuanya itu. Pak Haris pasti luluh kalau sama Olivia." Desak Helen, tak kehabisan akal.

" Bagaimana cara aku meminta Olivia melakukannya? Dia pasti gak mau. Menerima perjodohan waktu itu saja Olivia sudah keberatan. Aku terpaksa berpura-pura sakit jantung dulu, baru akhirnya dia mau." Abian membuang napas kasar.

" Justru itu... Yang harus kamu lakukan kali ini adalah berpura-pura seperti sedang sekarat terkena serangan jantung karena shock perusahaan pailit. Aku yakin seratus persen Olivia pasti akan sedih dan melakukan apapun untuk menyelamatkan perusahaan demi kamu bisa membaik. Bagaimana? Bagus kan ide aku?" Helen tertawa berbinar, yakin idenya berhasil.

" Bagus! Tapi sayangnya gak akan berhasil! "

Helen dan Abian terperanjat mendengar seseorang menjawab pertanyaan Helen pada Abian tadi.

" OLIVIA??" Serempak sepasang suami-istri itu menyebut nama gadis yang berdiri di pintu masuk ruang keluarga, dengan tatapan dingin tangannya bersidekap dada.

" Oliv... Kapan kamu datang?" Abian gelagapan. Panik putrinya mendengar pembicaraan nya dengan Helen tadi.

" Sejak tadi. Dan aku mendengar semua." Sinis Olivia. Ia berusaha menahan sakit hati yang begitu besar, selama ini ditipu dan dimanfaatkan.

" Olivia, itu, sebenarnya..." Abian tergugup, bingung harus menjelaskan apa. Semua terlanjur diketahui putrinya.

" Ayah pura-pura sakit?" Sentak Olivia terluka.

" Ayah menjualku! Lima puluh milyar?" Lanjutnya, seakan sulit mempercayai semuanya.

" Bukan begitu... Ayah cuma..." Abian kesulitan menjawab.

" Apa yang salah? Ayah kamu membutuhkannya! Dan kalau dengan menjodohkan kamu bisa mendapatkan dana yang besar untuk menyelamatkan perusahaan, dimana letak kesalahannya? Kamu jangan terlalu berlebihan Olivia. Toh kamu dinikahkan dengan laki-laki kaya raya dan juga ganteng. Harusnya kamu bersyukur. Anggap saja itu sebuah bentuk balas jasa kamu sebagai anak yang berbakti." Helen menunjukkan bahwa mereka tak bersalah.

Olivia menatap tajam pada Helen." Bisa diam? Jangan ikut campur!" Ucapnya dingin, tak menganggap wanita itu.

" Ka-kamu?? Aku ini ibu kamu. Kurang ajar banget kamu bicara seperti itu padaku!" Helen berang.

" Anda bukan ibuku! Kehadiran anda, membuat semua kekacauan ini terjadi. Anda penyebab semuanya! Ibuku juga pergi menghilang tanpa sebab, karena kehadiran anda juga. Aku akan cari tau!!" Tegas Olivia dengan sorot mata nyalang.

" Olivia!!" Helen murka. Ia tak menyangka putri tirinya yang semenjak kecil takut dan patuh padanya, kini berani bicara seperti itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kesayangan Tuan Arogan   Bab 303. Lengkap Sudah

    “Udah, Sayang. Oliv jangan terlalu banyak diajak bicara. Lihatlah dia masih pucat sama lemas gitu,” tegur Virendra, ingin menghentikan Syafira yang masih saja mengajak Olivia mengobrol. Virendra begitu iba melihat menantu perempuannya dalam keadaan lelah. Pasti sangat sangat capek dan inginnya tidur tenang untuk merehatkan badan setelah berjuang melahirkan bayi yang ditunggu-tunggu oleh kedua belah pihak keluarga. “Waduh, maafkan Mommy ya Sayang. Kamu jadi terganggu,” Ucap Syafira pada Olivia. “Enggak kok, Mom.” Olivia terkekeh, dirinya malah selalu senang jika ibu mertuanya itu ada. Membuat suasana semakin hidup dan ramai. Syafira mengusap lembut lengan menantunya, kemudian mendekati Amanda yang berdiri di samping box bayi Olivia. Virendra mengambil kesempatan. la dekati Olivia, lalu membelai dan mengecup pucuk kepala menantunya. “Istirahat yang cukup ya, Nak,” ucapnya lembut, tersenyum dengan sorot mata penuh kasih sayang. “Ya, Dad,” Jawab Olivia ikut tersenyum. Di saat

  • Istri Kesayangan Tuan Arogan   Bba 302. Bahagia...

    Olivia ditempatkan di ruang rawatan President Suite-Royal Hospital dengan segala fasilitas lengkapnya. Aroma harum khas bayi baru lahir, menyebar ke seluruh penjuru ruangan, memberi ketenangan tersendiri. Ibu muda itu berbaring dengan kepala sedikit ditinggikan di atas tempat tidur pasien, tubuhnya nyaman ditutupi selimut halus. Di sampingnya, Barra duduk sambil menggenggam tangannya dengan mesra. Mata pria yang kini telah resmi menjadi seorang ayah itu, tak lepas memandangi wajah lelah Olivia yang tampak sedikit pucat. Cinta dan perhatian tergambar jelas dalam tatapan hangat Barra. la sesekali mengecup tangan Olivia, menunjukkan dukungan dan kasih sayang yang semakin besar saja pada istrinya itu. Rasa bangga terhadap Olivia yang telah melahirkan buah cinta mereka, kian membuncah. Sedang Olivia yang telah melewati proses persalinan, tampak lelah namun sumringah. Mata sayunya tertuju pada bayi yang kini berada dalam dekapan sang kakek. Tampak bayi mungil mereka tertidur lelap d

  • Istri Kesayangan Tuan Arogan   Bab 301. Perempuan?

    Dengan hati-hati, Barra membantu Olivia berjalan ke mobil, sambil terus memastikan bahwa istrinya itu merasa nyaman. “Udah yakin gak ada yang tertinggal, Sayang?” tanya Amanda sebelum pintu mobil ditutup. “InsyaAllah yakin, Bu.” “Ok. Jagain Oliv ya Bar. Ibu dan Kakek di belakang ngikutin mobil kalian.” “Ya, Bu.” Barra mengangguk, berdebar-debar karena Olivia menahan sakit sambil menggenggam kuat jemarinya. Amanda menutup pintu mobil Barra dari luar. Mobil pun segera melaju, menuju rumah sakit Royal Hospital. Amanda dan Tuan Rawless dengan mobil mereka sendiri, akan ikut ke rumah sakit untuk menunggui persalinan Olivia. Wajah keduanya cukup tegang, ini waktunya cucu Amanda sekaligus cicit Tuan Rawless akan hadir ke dunia ini. Sebentar lagi. Hujan masih terus mengguyur, menambah dramatis perjalanan mereka ke rumah sakit di dini hari yang dingin dan basah itu. “Aduh Mas, makin sakiiiit...” Olivia menggenggam erat tangan Barra. Kontraksinya terasa semakin kencang daripada sebelumn

  • Istri Kesayangan Tuan Arogan   Bab 300. Detik-detik...

    _Dua bulan kemudian_ Pukul 01.00 wib. Suara gemericik hujan di luar jendela kediaman Rawless, semakin membuat malam terasa pekat. Di dalam kamar yang temarm oleh lampu tidur, Barra dan Olivia masih berbaring di bawah selimut tebal yang membalut tubuh keduanya. AC yang sejak awal diatur dengan suhu rendah, menambah kesejukan ruang kamar yang luas itu, serasi dengan dinginnya malam yang diselimuti hujan. Olivia dengan perutnya yang besar menonjol, tidur miring ke kiri membelakangi Barra dengan kepala bertumpu pada lengan suaminya sebagai bantal empuk. Sedang Barra memeluknya dari belakang, seperti salah satu kebiasaan mereka saat tidur. “Uugh...” Olivia mulai menggeliat. Rasa tak nyaman di perut yang dirasakannya sebelum tidur tadi, kembali lagi, malah semakin intens. Perutnya seperti mengencang, seakan menjadi sebuah tanda bahwa kontraksi sesungguhnya telah dimulai. “Nak, kok gerak-gerak terus ya? Apa udah mau lahir?” lirihnya dengan mengusap-usap perut. Dengan wajah meringis

  • Istri Kesayangan Tuan Arogan   Bab 299. SAH

    Tampak penghulu datang, langsung disambut ramah oleh Tuan Rawless, Virendra dan Haris. Setelah berbasa basi, semuanya akhirnya duduk di tempat masing-masing. Penghulu, Barra dan Tuan Rawless sebagai saksi nikah. Yang terpenting, Jefri dan Haris duduk berhadap-hadapan untuk mengucapkan ijab qobul sebentar lagi. Sementara keluarga besar sudah menempati kursi mereka masing-masing, ikut tak sabar menyaksikan acara sakral ini. Tak berselang lama, Syafira dan Ayuma masuk ke dalam ballroom hotel. Suara riuh hadirin di dalam ruangan megah itu, sontak menarik perhatian Jefri. Ada ungkapan takjub dengan melafazkan kalimat MasyaAllah, terdengar dari suara-suara mereka yang melihat ke arah pintu masuk. Degup Degup Jantung Jefri berdegup sekencang mungkin. la menelan saliva, matanya tak berkedip. Clarissa masuk digandeng Syafira dan Ayuma, itu gadis yang sebentar lagi akan ia halalkan. Tak sampai hitungan jam lagi. ‘Ya Allah!’ ‘Indahnya cıptaanMu...’ Batin Jefri, terpesona melihat calon

  • Istri Kesayangan Tuan Arogan   Bab 298. Hari Bahagia

    Tiga minggu berlalu... Ballroom hotel bintang lima tempat Jefri dan Clarissa akan melangsungkan akad nikah sekaligus resepsi pernikahan, telah bertransformasi menjadi sebuah mahakarya keindahan, seperti sebuah istana mewah bak pernikahan putri raja. Di sekeliling ballroom, meja-meja tamu tersusun rapi dan elegan, ditata dengan linens putih bersih dan peralatan makan perak yang berkilau, dihiasi centerpiece yang terdiri dari bunga-bunga segar dan lilin-lilin yang menambahkan nuansa romantis. Di setiap sudutnya, terdapat rangkaian bunga yang mewah berwarna-warni sedemikian rupa, menambah semerbak aroma floral yang menggoda indra. Di bagian depan ballroom, sebuah meja berukuran sedang namun unik, telah disiapkan dengan kursi spesial untuk calon pengantin pria yang akan melangsungkan ijab qobul bersama wali nikah pengantin perempuan, tak lupa kursi khusus penghulu dan dua orang saksi nikah. Atmosfer di aula ini bukan hanya tentang keindahan visual, namun juga perasaan penuh harapan y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status