Beranda / Rumah Tangga / Istri Ketiga / 2. Sentuh Hatinya

Share

2. Sentuh Hatinya

Penulis: ISMI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-14 22:13:00

***

Hari-hari berlalu begitu cepat bagi Kinan, namun sunyi yang melingkupinya tak pernah berkurang. Setiap langkahnya di rumah yang megah ini terasa seperti berjalan di atas bara. Pernikahan dengan Ludwig, pria yang selalu mengenakan topeng misterius itu, menjadi ujian yang tak pernah ia duga. Sunyi yang menyelimutinya seperti malam yang tak kunjung berakhir. Ini memang berat baginya, karena sejatinya pernikahan yang sakral itu tidak ada pemaksaan, namun Kinan harus menerima takdir ini, ia selalu yakin, Allah tidak akan memberi ujian yang mampu ia lewati. Saat ini ia hanya yakin, Allah pasti akan memberikannya cerita indah di waktu yang tepat.

"Ya Allah, tolonglah aku. Aku takut. Aku merasa sendiri.  Pria yang menjadi suamiku saat ini, masih terasa asing bagiku. Ya Allah, jika memang dia adalah pria yang ENGKAU pilihkan untukku, maka lembutkan hatinya dan aku meminta pada-Mu agar hatinya pun terikat denganm-Mu, Allah,” ucap Kinan berdoa.

Setiap malam, ketakutan itu kembali menghantuinya. Terkadang ia berharap bisa melarikan diri dari situasi ini, namun setiap kali ia melihat ke luar, dunia terasa semakin menakutkan. Apalagi di keluarganya, selalu ada  mimpi buruk, ia selalu dalam ketakutan, meski itu adalah rumah saat ia terlahir di dunia.

Namun, di tengah kegelapan yang menyelimutinya, ada satu hal yang tetap menjadi sumber kekuatan bagi Kinan: Allah dan Sholat. Tiap sujudnya, ia merasa dekat dengan-Nya, merasa dilindungi dalam genggaman-Nya yang hangat.

 "Ya Allah, jagalah aku. Jadikanlah aku istri yang berbakti, yang dapat menerima ujian-Mu dengan sabar, sentuh hatinya, Ya Allah. Sesungguhnya penggenggam hati manusia hanyalah ENGKAU,” bisik Kinan dalam sujudnya.

Namun, meski Kinan berusaha untuk menjalankan agamanya dengan penuh keikhlasan, ada satu hal yang membuatnya bertanya-tanya: Ludwig. Selama tujuh hari ini, ia belum pernah melihat suaminya sholat. Pertanyaan-pertanyaan itu menghantuinya setiap malam, namun ketakutan yang terus menggelayutinya membuatnya tak berani untuk bertanya.

‘Mengapa Ludwig tidak pernah sholat? Apakah dia tidak beragama? Bukankah saat menikah denganku, identitasnya itu tertulis dia itu muslim?’ tanya Kinan dalam hatinya.

Setiap malam, Kinan merenung di atas tempat tidurnya yang dingin, hanya diiringi oleh suara desiran angin yang melintas di luar jendela. Tangisannya menjadi teman setianya, air mata yang mengalir begitu deras menangkap kesunyian yang terasa semakin pekat di dalam hatinya. Setelah Ludwig terpuaskan, pria itu selalu pergi dari kamarnya. Ludwig mendatanginya saat pria itu hanya menginginkannya.

"Ya Allah, aku hanya memohon padamu. Lindungilah aku. Berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi ujian ini. Jadikanlah cahaya-Mu menerangi kegelapan yang melingkupiku,” bisik Kinan dengan berderai air matanya.

Setiap hari, Kinan merasa semakin terkoyak oleh ketakutan dan keputusasaannya. Namun, di dalam hatinya, masih ada bara keimanan yang terus menyala, menyemangatinya untuk bertahan, menyemangatinya untuk menanti cahaya dalam kegelapan yang menyelimutinya. Ia yakin, doa yang tak pernah putus adalah setitik air yang kelak akan memecahkan batu yang keras, begitupun dengan hati  suaminya.

***

Jam empat dini hari, ketika kegelapan masih menyelimuti dunia luar, Kinan bangun dari tidurnya. Langkahnya ringan masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu,  ia langsung memakai mukenanya dan menghamparkan sajadah, di mana ia menyempatkan diri untuk menunaikan sholat tahajud setiap malam. Dengan hati yang penuh ketulusan, ia berdoa pada Allah agar memberikan kekuatan dan perlindungan bagi dirinya dan suaminya.

"Ya Allah, berikanlah aku kekuatan untuk menjalani ujian ini. Jadikanlah aku istri yang setia dan sabar dan sentuhlah hatinya,” ucap Kinan berdoa dalam sujudnya.

Setelah selesai sholat, Kinan bergegas menuju dapur untuk memulai rutinitas hariannya. Meskipun hatinya kadang tersiksa oleh perlakuan dingin dan kejam Ludwig, ia tetap tegar menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.

"Aku harus bertahan. Ini adalah peran yang Allah berikan kepadaku, dan aku harus melaksanakannya dengan baik. Dia suamiku, dan aku tetap harus melayaninya," gumam Kinan tersenyum.

Meskipun seringkali makanan yang ia masak dilemparkan begitu saja oleh Ludwig, Kinan tidak pernah menyerah. Bahkan, ia mencoba mencari tahu makanan favorit dari Jerman, negara asal Ludwig, dan berusaha memasaknya dengan sempurna meski tak pernah diberi apresiasi.

"Mungkin ini tidak akan membuatnya luluh dan menyukaiku,  tapi setidaknya dia akan tahu bahwa aku selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik baginya,” gumam Kinan sambil memasak.

Saat ia sibuk dengan pekerjaannya, Kinan mulai merenung tentang suaminya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, seperti ada misteri yang belum terpecahkan.

"Apakah benar Ludwig adalah  seorang keturunan bangsawan yang terbuang? Mengapa rumah ini terasa terlalu gelap baginya? Aku merasakan dia adalah pria yang kesepian, seperti ada luka di kedua sorot matanya,” ucap Kinan sambil berpikir dalam hatinya.

Namun, meskipun banyak pertanyaan yang menghantui pikirannya, Kinan tetap tegar. Ia menyadari bahwa, terlepas dari status atau latar belakang Ludwig, tugasnya sebagai istri adalah tetap sama: mendampingi dan mencintai suaminya dengan sepenuh hati.

‘Ternyata kita sama-sama terbuang, tapi setidaknya saat ini ada aku, istrimu. Semoga kamu tidak merasa sendiri lagi,’ batin Kinan dalam hati sambil tersenyum nanar.

***

Pagi menyapa dengan cahaya lembutnya, memantulkan sinarnya ke dalam rumah yang sebelumnya sunyi. Ludwig membuka pintu kamar tidurnya dengan langkah yang masih terasa berat, membiarkan cahaya pagi menyapu ke dalam ruangan.  Ia langsung memakai topengnya untuk bergegas ke ruang makan pribadinya. Namun, apa yang dilihatnya membuatnya terkejut.

"Rumah ini sudah rapih dan sangat rapih semenjak ada dia... dan apa itu Käsespätzle di meja makan?" gumam Ludwig mengernyitkan keningnya.

Bu Inah, salah satu maid pribadinya, menatap Ludwig dengan ekspresi kagum. Ia tahu bahwa tuannya itu pasti merasakan rumah ini seperti ada cahaya semenjak Kinan tinggal.

"Semua dikerjakan oleh Nyonya muda, Tuan. Nyonya Kinan sangat cekatan dan bahkan kemarin mau ke pasar bersama saya,” ucap Bu Inah menghampiri Ludwig dan meletakkan air mineral di atas meja.

Ludwig terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja dia terima. Dia tidak menyangka bahwa Kinan, istri ketiganya, akan melakukan pekerjaan rumah tangga dengan begitu rajin dan tekun, bahkan saat ia tak menghargai apa yang dilakukan istrinya itu dan selalu bersikap kasar, tapi Kinan masih bertahan.

Ludwig langsung duduk di meja makan, terhipnotis oleh aroma Käsespätzle, “"Apa dia...?"

Tanpa sadar, Ludwig mulai memakan hidangan tersebut. Rasanya yang begitu lezat membuatnya melupakan semua kekhawatirannya, sementara perasaan rumit mulai muncul di dalam hatinya.

Di sisi lain, Bu Inah menyaksikan adegan itu dengan rasa lega yang mendalam. Melihat Ludwig tidak marah dan malah menikmati makanan yang selalu dibuat Kinan membuatnya bersyukur.

"Ya Allah, semoga Nyonya Kinan mampu membawa cahaya untuk Tuan Ludwig. Semoga dia mampu menembus sisi kegelapan yang selama ini menghantui hati Tuan,” gumam Bu Inah dengan penuh haru.

Sementara itu, di dapur, Kinan tersenyum lega melihat Ludwig menikmati masakannya. Meskipun masih banyak misteri yang mengelilingi suaminya itu, Kinan merasa sedikit lega mengetahui bahwa usahanya dihargai.

"Semoga ini menjadi awal dari hubungan yang lebih baik antara kita, Ludwig. Semoga cahaya ini membawa kita ke arah yang lebih baik. Ya Allah, sentuh hatinya,” ucap Kinan berharap dalam hatinya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Ketiga   87. Cahaya Kebahagiaan (TAMAT)

    ***Lima bulan berlalu...Kinan sedang memangku bayi mungil di depan rumahnya. Rumah yang beberapa bulan ini ia tempati bersama suaminya, Arthur. Dan tentu saja Tony, ayahnya menemaninya. Ia merasa bahagia karena ayahnya Tony saat ini selalu ada bersamanya dan selalu membantunya mengurus sang buah hati.“Ayah,” ucap Kinan lembut, ia tidak melihat Tony setelah sholat subuh. “Apa Ayah ketiduran, ya?” gumammya.Kinan berjalan pelan menuju kamar ayahnya, pintu sedikit terbuka. Ia melihat Tony sedang dalam posisi sujud. Ia mengernyitkan kening dan tersenyum, melihat betapa khusyuk ayahnya dalam sholat. Tony memang dikenal sebagai sosok yang sangat taat beribadah beberapa bulan terakhir ini, dan Tony mengatakan selalu menemukan ketenangan dalam setiap doanya.Kinan memutuskan untuk duduk di dekat pintu, menunggu ayahnya selesai sholat. Ia membuka ponselnya, mengecek beberapa pesan, lalu memandang kembali ke arah Tony. Setengah jam berlalu, namun posisi Tony tidak berubah sedikit pun."Ayah,

  • Istri Ketiga   86. Merindukanmu Setiap Waktu

    ***Waktu cepat berlalu dan sudah empat bulan usia kehamilan Kinan saat ini, dan kebahagiaan yang ia rasakan semakin bertambah saat dokter menyatakan bahwa ia sudah bisa bepergian dengan pesawat udara. Pagi itu, Kinan dengan semangat memberitahukannya pada adik iparnya, Vincent agar membantunya untuk membeli tiket pesawat ke Madinah esok hari, pria itu sangat senang dan ia langsung memesan dua tiket untuk kakak iparnya dan juga Tony. Lalu, Kinan juga mengabarkan berita baik ini kepada ayahnya, Tony."Ayah, dokter bilang aku sudah bisa bepergian dengan pesawat!" seru Kinan penuh antusias saat memasuki kamar ayahnya.Tony yang sedang sibuk membaca laporan kerja dari salah satu karyawannya di gerai mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat putrinya yang berseri-seri. "Benarkah, sayang? Itu berita yang luar biasa, Nak!" jawabnya sambil berdiri dan memeluk Kinan."Aku ingin menyusul Ludwig ke Madinah, Ayah. Aku ingin memberinya kejutan. Dia tidak akan tahu bahwa aku akan datang, aku suda

  • Istri Ketiga   85. Mencintaimu karena Allah

    ***Ludwig dan Kinan duduk berdampingan di sofa, wajah mereka berseri-seri memandangi layar ponsel yang menampilkan wajah Patricia yang kelelahan namun bahagia. Di pelukannya, tampak seorang bayi perempuan yang mungil dan menggemaskan, masih dengan selimut rumah sakit membungkus tubuh kecilnya. Patricia tersenyum lebar, jelas bangga dan penuh kasih sayang terhadap putrinya yang baru lahir."Patricia, dia sangat cantik!" seru Kinan dengan suara penuh haru. "Selamat, kamu sudah menjadi ibu dua anak sekarang."Patricia tertawa lembut. "Terima kasih, Kinan. Aku merasa seperti hidupku baru saja dimulai. Lihatlah betapa mungilnya dia. Apalagi aku selalu mengharapkan menggendong bayi perempuan."Ludwig menatap bayi itu dengan mata berbinar. "Dia benar-benar anugerah, Patricia. Selamat sekali lagi. Kami sangat bahagia untukmu."Patricia mengangguk dengan wajah penuh kebahagiaan. "Terima kasih, Ludwig. Kami tidak sabar untuk kalian bertemu dengannya langsung."“Dan kami ada berita bagus untukm

  • Istri Ketiga   84. Kejutan Terindah

    ***Ludwig berdiri di depan cermin besar, merapikan dasi hitamnya. Dia melirik jam di pergelangan tangannya, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Malam ini adalah malam istimewa yang telah ia rencanakan dengan seksama. Ia telah menyewa sebuah restoran mahal dan mewah secara privat hanya untuk makan malam romantis bersama sang istri, Kinan. Semuanya telah disiapkan, dari makanan terbaik hingga dekorasi yang indah, semua dirancang untuk membuat Kinan merasa sangat istimewa. Apalagi Kinan yang memintanya dan sang istri akhir-akhir berubah jadi istri yang manja dan mudah cemburuan, perubahan itu membuatnya terkejut, tapi ia sangat menyukainya karena Kinan semakin menggemaskan di matanya.Pintu kamar terbuka, dan Kinan muncul dengan gamis indah berwarna merah yang anggun. Mata Ludwig berbinar melihat kecantikan istrinya. "Sayangku, kamu terlihat menakjubkan," katanya dengan penuh kagum.Kinan tersenyum malu-malu. "Terima kasih, sayang. Suamiku juga terlihat sangat tampan. Apakah ka

  • Istri Ketiga   83. Jauh Lebih Sempurna

    ***“Sayang, bagaimana sekarang? Kamu sudah tidak pusing lagi?” tanya Ludwig.Kinan menggelengkan kepalanya dan tersenyum, ia menatap suaminya dengan tatapan tak terbaca.Ludwig mengernyitkan keningnya karena merasa ada yang tidak biasa dari diri Kinan, “Ada apa, sayang? Mau bicara sesuatu?” tanyanya.Kinan langsung memeluk suaminya dan hal itu tentu saja membuat Ludwig terkejut karena dari kemarin istrinya itu sangat manja, terlebih lagi Kinan bisa marah saat ia lupa memberi kabar karena kemarin sangat sibuk mengurus segala hal di keluarga Schlossberg.“Sayang, kalau ada salah aku minta maaf. Lebih baik kamu marah saja sama aku daripada mendiamkanku seperti ini. Aku nggak bisa kalau kamu mendiamkanku,” ucap Ludwig.Kinan melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap suaminya, “Mana bisa aku marah sama suamiku, kalau sebal ya paling dikit,” balasnya.“Ada apa?” tanya Ludwig.“Bagaimana urusan kamu dengan Leo? Terus ke depannya, semua yang dimiliki keluarga Schlossberg bena-benar kamu le

  • Istri Ketiga   82. Belum Terlambat

    ***Leonardo duduk sendirian di dalam sel tahanan, tatapan kosongnya terpaku pada dinding dingin yang menyelimutinya. Wajahnya pucat dan lesu, air mata tak terbendung meluncur turun membasahi pipinya. Hati dan pikirannya dipenuhi oleh kesedihan yang tak terperi."Dulu, segala sesuatunya begitu indah," gumam Leonardo dalam diam, suaranya serak oleh rintihan tangisnya yang terdengar. "Keluarga, cinta, kebahagiaan. Semuanya hancur oleh rasa iri dan kebencianku."Ingatan akan masa lalu datang menghantamnya seperti gelombang yang ganas. Dia mengingat senyum kedua orang tua dan juga saudara-saudaranya, kehangatan keluarga yang pernah dirasakannya. Namun, kebencian dan niat jahatnya terhadap Ludwig telah mengubah segalanya."Dosaku terlalu besar," bisik Leonardo dengan suara tercekik oleh air mata. "Aku telah merusak segalanya dengan tangan sendiri. Bagaimana aku bisa begitu buta dan bodoh? Dia kakakku, tapi aku ingin menghancurkannya karena aku terlalu iri dan cemburu padanya."Vincent, adi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status