Share

Istri Ketiga
Istri Ketiga
Penulis: ISMI

1. Istri Sepuluh Miliar

***

“Kamu akan dijemput besok, Kinan. Kamu akan menikah dan mereka sudah membelimu sepuluh miliar!” Wina tersenyum licik melihat anak tirinya itu.

Badai itu selalu ada untuk Kinan, kebahagiaannya saat kecil terenggut terlalu lama saat sang ibu pergi dan saat Wina hadir di kehidupannya, ia merasa dunia ini tak adil untuknya.  Saat ini, Kinan wajahnya pucat, dan matanya yang sebelumnya berbinar-binar kini dipenuhi ketakutan. Ia berdiri di tengah ruangan keluarga, dikelilingi oleh orang-orang yang seharusnya memberinya cinta dan perlindungan. Namun, kini mereka menjadi penyebab keputusasaannya.

"Ayah, ibu, kenapa kalian bisa melakukan ini padaku? Mengapa kalian menjualku kepada pria asing?" tanya Kinan dengan suara yang bergetar.

Tony menundukkan kepalanya, menahan rasa bersalah yang terpancar dari matanya. Ia tahu kalau keputusan ini tidak benar, namun Wina selalu mendesaknya agar Kinan lah yang dikorbankan untuk menikah dengan pria monster  bernama Ludwig itu.

"Kinan, kita tidak punya pilihan. Hutang ini seperti setan yang menghantui kita. Hanya dengan kamu menikah dengan pria itu, kita akan hidup dengan tenang dan kamu juga bisa membeli apapun setelah menjadi istrinya, dia itu pria yang kaya raya,” balas Tony dengan suara yang meyakinkan.

"Tapi Ayah, aku bisa bekerja keras untuk membayar hutang ini. Tolong, jangan jual aku! Aku pasti akan mengambil banyak pekerjaan agar semua hutang kita segera lunas!” ucap Kinan dengan tangisannya yang pecah.

Namun,  Wina - ibu tirinya, seorang wanita yang sebelumnya berperan sebagai ibu yang penyayang, meraih lengan Kinan dengan kasar dan menarik jilbab perempuan itu ke depan.

"Jangan berpura-pura, Kinan. Kau ini membawa sial bagi keluarga kita. Ini satu-satunya cara untuk membersihkan dosa-dosamu,” hardik Wina dengan tatapan dingin.

"Tapi aku tidak tahu apa-apa! Kenapa Ibu selalu menyebut kalau aku ini anak sial dan juga anak yang jadi beban untuk keluarga? Ibu bahkan tahu kalau aku bekerja siang dan malam hanya untuk keluarga ini, aku bahkan harus sampai putus sekolah karena ingin menghasilkan banyak uang agar keluarga ini tidak kekurangan,” balas Kinan dengan terisak.

Wina kesal mendengar jawaban Kinan, lalu ia menarik jilbab Kinan lagi dengan kasar. "Kau harus menerima takdirmu, Kinan. Kau akan menjadi tumbal untuk menyelamatkan keluarga ini."

Kinan mencoba memohon pada ayahnya sekali lagi, tetapi tatapan ayahnya tidak mampu memutar balik keputusan yang sudah diambil.

"Maafkan Ayah, Kinan. Ini untuk kebaikan kita semua." Tony mengatakannya dengan sedikit tegas,

Kinan hanya menangis dan tubuhnya merasa gemetar luar biasa mendapati hidupnya harus berakhir seperti ini.  Menikah dengan pria yang tidak ia cintai dan juga menjadi istri yang bernilai sepuluh milliar. Bagaimana bisa ayahnya sekejam itu menjualnya?  Kinan juga tidak tahu, bagaimana sosok pria yang akan jadi suaminya itu? Bisakah suaminya itu membuatnya lebih taat pada Allah?

***

Beberapa hari kemudian, Kinan mendapati dirinya dalam sebuah pernikahan yang menakutkan. Ia menjadi istri ketiga dari seorang pria bertopeng yang konon dianggap sebagai pria keturunan bangsawan terbuang dan diasingkan ke Indonesia,  dan pria itu terkenal akan kekejamannya. Ia terjebak dalam situasi yang tak ia inginkan, dihadapkan pada nasib yang kelam.

"Kinan, siapa tahu, mungkin kau akan memiliki nasib yang lebih baik daripada istri-istri sebelummu. Tapi jangan berharap terlalu banyak karena kedua istrinya Ludwig sebelumnya sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya,” ucap Wina dengan sinis.

“Ah, Bu. Aku lupa kalau Ludwig ini konon mempunyai wajah yang buruk dan juga cacat untuk itu dia selalu memakai topeng di wajahnya. Dia adalah seorang keturunan bangsawan dari Jerman dan dibuang, untuk itu dia mengasingkan diri di negara kita. Mungkin malam pertama nanti akan terasa berbeda untuk Kinan. Aku sangat terharu dan berharap kamu menikmati malam pertamamu dengan suka cita,” timpal Anggun dengan sengaja.

Kinan tidak peduli dan ia sudah mati rasa,  saat ini Kinan dipandang oleh para tamu yang menatapnya dengan tanda tanya di mata mereka. Beban derita dan ketidakpastian masa depan menekan bahunya. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi, dan takdirnya telah ditentukan oleh keputusan yang kejam dan tanpa belas kasihan.

Setelah acara akad nikah selesai dan saat ini Kinan berada di kediaman Ludwig, suaminya. Kinan duduk di tepi tempat tidur, matanya memancarkan ketakutan yang tak terbendung. Ludwig, suaminya yang wajahnya selalu tersembunyi di balik topeng misteriusnya, berdiri di sisi yang lain dari kamar tidur yang megah. Suara langkah-langkahnya menggema di seluruh ruangan.

"Jangan terlalu lama menghabiskan waktu, Kinan. Malam ini adalah malam pertama kita sebagai suami istri,” ucap Ludwig dengan nada dingin.

Kinan mengangguk dengan gemetar, mencoba menahan air mata yang sudah bersiap-siap untuk tumpah.

"Saya... saya tidak meminta ini. Saya tidak ingin menikah denganmu, jadi… “ Kinan mengatakannya dengan suara serak.

Ludwig tersenyum sinis di balik topengnya. "Kau lupa, Kinan, bahwa kau di sini karena dijual oleh orang tuamu. Kau tak memiliki pilihan. Kau adalah istri yang sudah dibeli oleh uangku, jadi patuhlah padaku!"

Kinan meremas kain gaun pernikahannya erat-erat, mencoba menemukan sedikit kenyamanan dalam genggaman itu. Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya menetes begitu saja. Ludwig berjalan mendekati Kinan dan mencoba mengangkat dagunya dengan lembut.

"Mungkin kau akan menemukan bahwa aku bukanlah monster yang kau kira. Siapa tahu, mungkin kita bisa menemukan jalan kita bersama, malam ini kau akan tahu kalau apa yang akan kuberikan itu menyenangkan,” ucap Ludwig.

“Ya, kamu benar.  Ini mungkin sudah jalan dari takdirku dan aku juga tidak peduli kamu monster atau bukan karena setelah akad terucap, kamu adalah suamiku. Suami yang harus aku patuhi,” balas Kinan.

Ludwig tak mengatakan apa-apa lagi, ia hanya terdiam menatap Kinan yang wajahnya masih tertunduk dan Tak lama kemudian, Ludwig duduk di sisi tempat tidur. Malam semakin dalam, dan suasana kamar terasa semakin hening. Ludwig mencoba menggenggam tangan Kinan, tetapi Kinan menarik tangannya perlahan.

"Jangan menyentuhku. Aku  belum siap,” ucap Kinan dengan suara pelan.

“Kau tak punya pilihan, sudah aku bilang kalau kau harus patuh karena kau adalah barang yang sudah dibeli olehku! Jika menolaknya, maka keluargamu akan merasakan akibatnya,” balas Ludwig dengan dingin.

Kinan merenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk, membiarkan Ludwig menyentuh tangannya dan secara perlahan membuka jilbab yang ia pakai.  Perempuan itu terdiam, merenungkan takdir yang mempertemukan ia dengan pria asing dalam pernikahan yang terasa seperti kutukan, namun ia harus menerima takdirnya.

Dinginnya malam merayapi kamar itu dan Kinan memejamkan matanya dan berharap malam ini hanyalah mimpi buruk baginya.

***

Kinan terbangun dari tidurnya yang gelisah. Tubuhnya terasa sakit luar biasa, dan ia menyadari bahwa malam pertama pernikahannya telah berlalu. Kamar yang seharusnya dipenuhi kehangatan cinta kini terasa dingin dan sunyi.

Kinan bergeser dari tempat tidurnya, mencari penjelasan atas kondisi yang ia alami. Ia membuka pintu kamar dan menemukan dirinya seorang diri di lorong gelap. Kilatan cahaya rembulan yang redup menyoroti jalur misterius yang mengarah ke arah yang tidak diketahuinya.

Kinan langsung masuk ke kamarnya dan juga mengambil air wudhu karena sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang. Ia berdiri di tengah kamar, merapatkan mukena di sekeliling tubuhnya, dan menundukkan kepala dalam sujudnya. Doa dan tangisannya terbaur dalam kesunyian malam.

"Ya Allah, tolonglah aku melewati ujian ini. Jangan biarkan aku kehilangan diriku dalam bayang-bayang ketidakpastian ini dan jika memang takdir hamba seperti ini, maka kuatkan hamba dan jadikan hamba istri yang penuh bersyukur dan juga selalu patuh pada suami hamba,” ucap Kinan dengan suara yang pelan.

Setelah selesai sholat subuh, Kinan merasa sedikit lega. Namun, rasa sakit yang menghantui tubuhnya masih membekas. Ia bergegas turun ke dapur, berharap menemukan Ludwig untuk berbagi momen sarapan pertama mereka sebagai pasangan suami istri.

Kinan dengan hati-hati menyiapkan sarapan, mencoba membuat semuanya sempurna. Ketika semuanya siap, Ludwig muncul dari balik pintu dapur dengan topengnya yang misterius.

"Apa yang kau lakukan, Kinan?" tanya Ludwig dengan suara yang tajam.

"Aku hanya mencoba menyajikan sarapan untukmu.. Aku ingin membuat pagimu menjadi lebih baik,” balas Kinan dengan pelan.

Ludwig menatap Kinan dengan tatapan tajam. "Jangan berpura-pura, Kinan. Kau tidak perlu mencoba mengundang simpati dariku, kau hanya istri yang aku beli, pernikahan ini bukan karena ada cinta!”

 "Aku tahu kalau kamu membeliku, Ludwig. Tapi, aku hanya ingin membuat pernikahan kita lebih baik. Itu yang aku inginkan,” jawab Kinan dengan lembut.

"Jangan mencoba memanipulasi aku, Kinan. Kita harus menjalani pernikahan ini sesuai dengan perjanjian yang sudah dibuat. Jangan sembarangan menyentuh barang-barang di rumah ini tanpa seizinku!” tukas Ludwig dengan tegas.

“Aku tidak seperti itu, Ludwig. Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai istri. Apa itu salah?”

“Kau hanya menjalankan peran sebagai partnerku di atas ranjang! Selebihnya aku tidak membutuhkan apapun darimu!”

***   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status