***Ludwig menatap Kinan dengan perasaan bersalah, “Sayang, ,maafkan aku… ““Kenapa kamu meminta maaf?” Kinan bertanya balik.Ludwig duduk di tepi tempat tidur, matanya menatap hampa ke luar jendela, mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan penyesalannya. Kinan berdiri di dekatnya, menatap pria itu dengan tatapan lembut.“Masalah tadi,” balas pria itu, namun ia bingung bagaimana untuk memulainya, ia hanya takut membuat istrinya terluka."Ludwig," panggil Kinan, suaranya lembut dan penuh dengan kehangatan.Ludwig menoleh, ekspresinya terlihat tegang. "Aku benar-benar minta maaf, Kinan. Aku tidak sengaja melihat apa yang seharusnya tidak aku lihat. Aku tidak bermaksud..."Kinan segera mengangkat tangannya untuk membuat Ludwig diam. "Tidak perlu banyak bicara, Ludwig," ujarnya dengan lembut. "Aku mengerti bahwa itu adalah situasi yang sulit."Ludwig menarik napas lega, tetapi rasa bersalah masih menghantuinya. "Aku akan selalu menyesalinya. Aku tidak ingin menyakitimu, Anne… aku
***Anne duduk di kursi dengan tubuh yang gemetar, tangisannya tak kunjung reda. Kendrick, suaminya, berdiri di hadapannya dengan ekspresi kecewa yang sulit untuk disembunyikan."Aku minta maaf, Kendrick," bisik Anne di antara tangisannya. "Aku tidak bermaksud melukaimu. Kejadian ini buka mauku, kamu harus percaya padauk."Kendrick hanya mengangguk, wajahnya tetap keras. "Apakah semua ini benar-benar karena ancaman dari Leonardo?" tanyanya, suaranya terdengar rapuh.Anne terkejut saat suaminya mengetahui semuanya, ia menundukkan kepala, "Ya, Kendrick. Aku tidak punya pilihan. Dia mengancam akan menghancurkan segalanya jika aku tidak melakukan apa yang dia katakan."Kendrick menghela napas panjang, mencoba meredakan kekecewaannya. "Jadi, semua ini karena ancaman dari pria itu?"Anne mengangguk, mencoba menatap mata suaminya, tapi ia tidak mampu. "Aku tahu aku telah membuat kesalahan besar, Kendrick. Aku berharap kau bisa memaafkanku."Kendrick tetap diam, merenungkan semua yang telah t
***“Kau memintaku meminta maaf padanya? Apa kau juga akan pergi meninggalkanku?” tanya Lenardo.“Aku sangat mencintai kalian dan juga menghormati kalian sebagai kakakku dan panutanku. Tapi, jika kau melakukan kejahatan, aku tidak bisa diam saja. Aku membencinya, aku tidak suka kalau kita menyakiti satu sama lainnya,” balas Vincent.Leonardo terdiam sejenak, pria itu masih terus memikirkan kegagalan rencananya. Dia merasa marah pada dirinya sendiri karena telah membiarkan Ludwig menghancurkan segalanya.“Aku tidak peduli, Vincent. Meski akua da ikatan darah dengannya, aku tidak akan membiarkan dia menghancurkanku,” tukas Leonardo."Apa yang kamu lakukan, Leo?" tanya Vincent agak khawatir.Leonardo menatap Vincent dengan sedikit ketegangan. "Aku hanya berusaha untuk melindungi apa yang milikku, Vincent. Kamu tidak akan mengerti. Selama ini, selama belasan tahun aku yang berjuang untuk keluarga ini, aku tidak mau dia mengambilnya dengan mudah!"Vincent menggeleng, ekspresinya penuh den
***“Kamu akan dijemput besok, Kinan. Kamu akan menikah dan mereka sudah membelimu sepuluh miliar!” Wina tersenyum licik melihat anak tirinya itu.Badai itu selalu ada untuk Kinan, kebahagiaannya saat kecil terenggut terlalu lama saat sang ibu pergi dan saat Wina hadir di kehidupannya, ia merasa dunia ini tak adil untuknya. Saat ini, Kinan wajahnya pucat, dan matanya yang sebelumnya berbinar-binar kini dipenuhi ketakutan. Ia berdiri di tengah ruangan keluarga, dikelilingi oleh orang-orang yang seharusnya memberinya cinta dan perlindungan. Namun, kini mereka menjadi penyebab keputusasaannya."Ayah, ibu, kenapa kalian bisa melakukan ini padaku? Mengapa kalian menjualku kepada pria asing?" tanya Kinan dengan suara yang bergetar.Tony menundukkan kepalanya, menahan rasa bersalah yang terpancar dari matanya. Ia tahu kalau keputusan ini tidak benar, namun Wina selalu mendesaknya agar Kinan lah yang dikorbankan untuk menikah dengan pria monster bernama Ludwig itu."Kinan, kita tidak punya
***Hari-hari berlalu begitu cepat bagi Kinan, namun sunyi yang melingkupinya tak pernah berkurang. Setiap langkahnya di rumah yang megah ini terasa seperti berjalan di atas bara. Pernikahan dengan Ludwig, pria yang selalu mengenakan topeng misterius itu, menjadi ujian yang tak pernah ia duga. Sunyi yang menyelimutinya seperti malam yang tak kunjung berakhir. Ini memang berat baginya, karena sejatinya pernikahan yang sakral itu tidak ada pemaksaan, namun Kinan harus menerima takdir ini, ia selalu yakin, Allah tidak akan memberi ujian yang mampu ia lewati. Saat ini ia hanya yakin, Allah pasti akan memberikannya cerita indah di waktu yang tepat."Ya Allah, tolonglah aku. Aku takut. Aku merasa sendiri. Pria yang menjadi suamiku saat ini, masih terasa asing bagiku. Ya Allah, jika memang dia adalah pria yang ENGKAU pilihkan untukku, maka lembutkan hatinya dan aku meminta pada-Mu agar hatinya pun terikat denganm-Mu, Allah,” ucap Kinan berdoa.Setiap malam, ketakutan itu kembali menghantuin
***Suasana siang hari di dalam rumah yang megah terasa semakin tegang saat Ludwig memasuki ruang pribadinya. Wajahnya yang biasanya serius kini tampak begitu marah, dan langkahnya keras saat ia mendekati meja makan yang dipenuhi dengan sajian makanan aneh baginya. Namun, saat mata mendapati piring yang disajikan di hadapannya, ia meluapkan amarahnya dengan keras. Ia mendapati Kinan, wanita itu lancang masuk ke ruang kerja pribadinya tanpa izin darinya."Apa ini, Kinan? Apakah kau pikir aku akan menerima makanan dari tanganmu? Kau lancang masuk ke ruang pribadiku, Ha?!" teriak Ludwig dengan penuh amarah.Kinan, yang sebelumnya tengah sibuk menyiapkan hidangan makan siang untuk suaminya, menoleh dengan ekspresi terkejut. Namun, sebelum ia sempat menjawab, tangan kasar Ludwig telah menarik jilbabnya dengan paksa."Jangan pernah berani menyentuh barang-barang pribadiku dengan sembrono seperti ini, Kinan. Kau hanya boneka mainan yang aku beli, dan kapan pun aku bosan, aku bisa membuangmu.
***“Al-Quran? Apa itu?”Kinan tersenyum dan ia lalu menjelaskan, “Al-quran adalah kitab suci untuk umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhamammad SAW.”Ludwig tersenyum sinis, mendengarkan penjelasan Kinan dengan ketidakpercayaan yang jelas terlihat di wajahnya."Jadi, sama saja dengan semua agama lainnya. Menjual ayat dan surga, dan mengklaim bahwa kitab suci itu adalah wahyu, padahal kitab suci itu hanya buatan manusia yang menipu manusia bodoh dan menganggap mereka itu adalah nabi atau utusan dari Tuhan." Ludwig mengatakannya dengan sinis."Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT dan bukan buatan manusia. Islam bukan agama buatan manusia, ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan tidak sekaligus,” balas Kinan dengan tegas.Namun, Ludwig hanya menggelengkan kepala dengan tidak peduli, “Semua agama sama saja. Hanya untuk kepentingan dan ambisi para penmuka agama dan yang aku tahu agamamu itu identik dengan teroris dan kekerasan. Selalu membuat aturan yang rumit. Misalnya, mewajibkan wanita u
***“Kinan… “Kinan menoleh dan tersenyum menatap sahabatnya yang menghampirinya.“Assalamualaikum, Anna,” ucap Kinan memberi salam dan berdiri dari kursinya .“Walaikumussalam,” balas Anna. Ia menatap sahabatnya dengan campur aduk, banyak hal yang ingin ia tanyakan tentang semua desas-desus yang melanda Kinan akhir-akhir ini, apalagi tentang isu Kinan yang menjadi istri ketiga dari seorang pria kejam yang kaya raya.“Kinan, itu… “ Anna mencoba menjeda ucapannya dan berharap Kinan langsung menjelaskan semuanya padanya.Kinan tersenyum lembut menatap Anna yang memang sedang menunggu penjelasan darinya, “Aku tahu kalau kamu pasti banyak pertanyaan dan meminta aku untuk menjelaskan semuanya, kan?”Anna langsung menganggukan kepalanya.Kinan menghela napas pendek, “Sebelumnya aku minta maaf, Anna. Kejadian ini begitu cepat dan juga ponselku dirusak oleh ibu, untuk itu aku tidak bisa memberitahukanmu, kemarin saat aku mendapatkan ponsel baru, aku kehilangan kontakmu, untuk itu aku datang k