Home / Romansa / Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia / 7. Makan Malam Romantis Berujung First Kiss

Share

7. Makan Malam Romantis Berujung First Kiss

Author: Sasa Sun
last update Last Updated: 2025-04-08 22:44:56

“Ba-bagaimana kalau .... malam ini anda membuat kejutan makan malam romantis dengan Luisa. Saya yakin Tuan Besar pasti akan berhenti curiga.” Walau takut dengan amarah sang bos, tapi Paul masih bisa memberikan ide.

Diam semenit, Alfreed baru bicara, “Hanya makan malam ‘kan? Tidak melakukan yang lain?”

Alfreed memastikan lebih dulu. Dia tak mau terperosok makin dalam oleh ide Paul.

“Usahakan Tuan basa-basi sedikit dengannya dan tatap matanya sesekali. Pasti rencana ini akan sukses besar, Tuan. Saya jamin!” Paul meyakinkan.

“Baiklah, kau atur semuanya.” Akhirnya emosi Alfreed mereda.

Sesuai perintah, Paul bergegas mengatur segalanya. Dia mempersiapkan makan malam romantis di rooftop apartemen. Tak lupa dia mampir membawakan sebuah gaun cantik untuk Luisa.

Saat dia menekan bel, yang membuka pintu adalah Kakek Scott.

“Rupanya kau, Paul.”

“Selamat siang, Tuan besar.” Paul membungkuk menyapa Kakek Scott.

“Bersikaplah biasa saja jika di sini. Ada apa?” Kakek Scott menoleh ke belakang, memastikan Luisa tidak memergoki mereka.

“Saya membawa hadiah untuk Nyonya dari Tuan.”

“Cih, trik bodoh! Pasti karena aku mencurigainya tadi pagi, kan?” Langsung Kakek menebak demikian.

“Curiga? Tentang apa, Tuan?” Paul pura-pura tidak mengerti.

“Memangnya dia tidak bilang apa-apa padamu?” tanya Kakek balik.

“Sejak pagi saya sibuk mempersiapkan kejutan untuk Nyonya dari Tuan Alfreed, jadi saya belum bertemu dengannya di kantor, Tuan.” Demi bosnya, Paul siap mengarang kisah sepanjang apapun.

“Kejutan? Memangnya dia mempersiapkan kejutan apa?” tanya kakek lagi.

“Malam ini Tuan akan mengajak Nyonya Luisa untuk makan malam romantis di rooftop apartemen dan Tuan juga sudah membelikan gaun ini untuk Nyonya.”

Kakek Scott mengintip isi kantongan yang Paul bawa.

“Sesungguhnya kejutan ini sudah dia rencanakan kemarin malam di sini, tapi karena Tuan Besar memutuskan tinggal bersama mereka, jadi seketika batal,” lanjut Paul lagi.

“Kemarin malam? Berarti Alfreed ingin mengajak Luisa bermalam di apartemen ini sebelum menikah?” Seingat Kakek, pernikahan cucunya kemarin adalah rencana dadakan yang dia buat, maka jika Alfreed mengajak Luisa makan malam di apartemen itu, bukan tidak mungkin mereka juga akan bermalam di situ.

Paul senyum-senyum tak menjawab. Sengaja dia membiarkan Kakek Scott menebaknya sendiri.

“Siapa yang datang, Kek?” Suara Luisa tiba-tiba terdengar.

“Hai, Luisa. Aku mampir mengantar ini untukmu dari Alfreed.” Paul menjawab sembari menyerahkan kantongan yang dibawanya.

“Apa ini?” tanya Luisa.

Paul menggeleng, pura-pura tidak tahu.

“Bukalah di kamarmu, Nak,” ucap kakek dengan senyum.

“Ohya, hampir aku lupa.” Paul juga menyerahkan sebuah kartu berwarna gold kepada Luisa.

“Untuk apa ini?”

“Tidak tahu. Titipan dari Alfreed. Aku hanya mengantarkannya saja. Ya sudah kalau begitu aku pamit, ya.” Paul beralih menatap Kakek Scott.

“Kek, aku pamit.” Hampir saja dia menunduk saat berpamitan yang dengan sigap ditangkap oleh sang kakek.

Malam pun tiba. Tepat pukul delapan, Luisa dan Alfreed sudah duduk berhadapan di rooftop apartemen. Menu yang dipilihkan oleh Paul adalah pasta yang disajikan dengan saus krim dan daging.

“Paul yang memilih menu ini. Jika kau tidak suka-” Belum selesai Alfreed bicara, Luisa memotong.

“Aku suka dan aku tidak pernah pilih-pilih makanan.”

Terhenti fokus Alfreed pada pasta, matanya kini memandang Luisa, dan yang dipandang pun jadi salah tingkah.

“A-apa ada yang salah dengan kalimatku?” tanya Luisa.

Alfreed tak menjawab. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celana lalu dia serahkan pada wanita itu.

“Oleskan ke pipimu. Jangan sampai kakek berpikir aku tidak peduli padamu.” Ternyata itu adalah salep penghilang bekas luka.

Tersenyum Luisa jadinya, tak menyangka kalau Alfreed yang dingin itu juga bisa perhatian padanya.

Melihat senyum Luisa, Alfreed kembali fokus pada makanannya. “Jangan salah paham, salep itu titipan dari Paul.”

Seketika hilang senyum di bibir Luisa.

'Aku pikir kau sudah mengingatku, ternyata tidak. Lalu untuk apa makan malam ini diadakan kalau sikapmu saja acuh tak acuh.'

Luisa bicara dalam hati. Dia kesal sebab merasa tertipu perhatian palsu dari Alfreed. Gara-gara itu Luisa jadi teringat dengan kartu berwarna gold yang diberikan Paul padanya siang tadi.

“Oh ya, aku mau mengembalikan ini.” Luisa meletakkan kartu tersebut di atas meja.

“Kau tidak perlu meminjam kartu kredit Paul untuk memberiku uang saku. Aku tidak butuh apapun,” sambung Luisa.

Heran dengan ucapan itu, Alfreed mengerutkan dahi. ‘Untuk apa aku meminjam kartu kredit Paul? Yang benar saja!’

Saat Alfreed hendak membalik kartu tersebut untuk mengetahui siapa pemiliknya, tangannya tak sengaja menyenggol gelas Luisa hingga tumpah. Refleks wanita itu bangkit untuk menghindar dari tumpahan, tapi sayang gaunnya yang panjang justru terkibas mendekati lilin yang tersusun rapi mengelilingi area makan mereka.

Alfreed dengan sigap menarik Luisa mendekat. Bahaya kalau sampai gaun Luisa terbakar, pikirnya.

“Apa-apaan kau ini?! Kenapa mundur tiba-tiba begitu?!”

Luisa terkejut. Selain bentakan Alfreed juga ditambah dengan tubuh mereka yang kini berhadapan begitu dekat, membuat jantungnya berdetak cepat.

“A-aku ...” Luisa menelan ludahnya sendiri, gagap dia jadinya.

Entah karena apa, tapi seketika atmosfer diantara mereka jadi berubah. Kilatan cahaya lilin memantulkan siluet tubuh Luisa membentuk bayangan yang mengingatkan Alfreed pada kenangan delapan tahun yang lalu.

‘Kenapa aku merasa tidak asing dengannya,’ batin Alfreed heran.

Bersamaan dengan itu, dari ujung rooftop terdengar bunyi kardus berjatuhan. Pesan Paul saat di kantor tadi kembali terngiang oleh Alfreed.

‘Saya yakin Tuan, entah di sudut mana itu tapi Tuan Besar pasti mengintip acara makan malam anda. Maka manfaatkan kesempatan emas ini sebaik mungkin. Jangan sampai anda gagal dan seluruh warisan Tuan Besar akan menjadi milik panti sosial.’

Detik itu juga Alfreed melakukan hal yang dia sendiri tak pernah membayangkannya. Dia tarik lagi tubuh Luisa hingga tak tersisa jarak diantara mereka, lalu dia menunduk, meraih bibir tipis berwarna peach yang tidak menggunakan polesan apapun itu.

Alfreed dan Luisa kini berciuman. Ciuman yang mungkin berawal dari desakan keadaan, yang di detik berikutnya justru berubah menjadi ciuman yang saling dinikmati oleh keduanya.

Pelan, lembut dan menghanyutkan hingga tanpa sadar sebelah tangan Alfreed sudah menopang kepala Luisa dan yang satunya lagi mengait di pinggang Luisa.

Kakek Scott yang baru saja ingin mengecek acara makan malam mereka, mendapat tontonan luar biasa yang membuatnya tersenyum lebar.

‘Akhirnya bocah satu ini paham bagaimana cara membina hubungan hangat dengan istri.’ Kakek merasa lega dan memilih untuk pergi dari sana.

Ternyata bunyi kardus berjatuhan tadi bukan berasal dari sang kakek. Hanya tiupan angin yang mungkin bentuk dukungan semesta untuk pasangan itu.

Usai berciuman, Alfreed dan Luisa tak bicara sepatah kata pun. Bahkan untuk saling memandang mereka jadi salah tingkah. Keduanya sibuk dengan pikiran dan perasaannya masing-masing. Hingga akhirnya Alfreed yang mengalah.

“Aku akan mengantarmu ke bawah, dan aku harus kembali ke kantor untuk urusan penting.” Alfreed melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rooftop diikuti Luisa dari belakang.

Makan malam mereka kali itu menghasilkan perasaan yang luar biasa tak tentu arah bagi keduanya. Alfreed bahkan tak sanggup untuk masuk ke apartemen dan bermalam dengan Luisa di satu kamar. Dia memutuskan tidur di hotel malam itu.

Sialnya, Jordan asisten sang kakek ternyata juga berada di hotel yang sama. Langsung dia melaporkan itu pada Tuannya.

“Apa kau bilang? Alfreed?!” Kakek terkejut menerima laporan tersebut lewat telepon. Diliriknya jam dinding sudah pukul 2 pagi, sudah tak mungkin lagi cucunya pulang.

“Jadi dia menginap di sana? Apa maksud bocah itu? Apa jangan-jangan kejadian di rooftop tadi hanya tipuannya untuk mengelabuiku? Sialan!” Kakek Scott marah besar. Mematikan telepon, dia bergegas keluar kamar .

“Jangan harap kau akan mendapat sepeserpun dariku, bocah kurang ajar! Kupastikan kau akan kembali ke sini malam ini juga!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    45. Menjadi Perawat Tuan Muda Jose

    Jose dan Luisa sudah tiba di rumah sakit Santa Antoinette sekarang. Mereka masuk ke ruang dokter yang biasa menangani sang pemimpin Kartel itu.“Sudah lama aku tidak melihatmu terluka, Tuan Muda,” ucap Dokter Miguel sembari meminta Jose naik ke ranjang periksa. Memang terakhir kali Jose terluka sudah setahun yang lalu saat paha kirinya tertancap belati dengan kedalaman lima belas centi. Dan yang menangani adalah dokter Miguel.Tersenyum tipis, pria bertato itu menurut. Begitu dia sudah duduk di ranjang , ditariknya dokter Miguel mendekat.“Tolong kau lebih-lebih ‘kan saja sakitku ini. Bisa ‘kan?” bisiknya.Ternyata Jose ingin mengajak dokter itu bekerja sama menipu Luisa dan jawaban sang dokter sudah pasti setuju. Mana mungkin dia berani melawan perintah pemimpin El Salvador.Dokter Miguel langsung membuka perban yang membalut luka Jose. Diperiksanya luka awal menyeluruh , kemudian baru mengecek luka yang satunya.“Sudah berapa lama luka ini, Tuan Muda?” tanya sang dokter dengan raut

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    44. Scott Ferdinand

    Scott Ferdinand, pria yang sudah memasuki usia lebih dari setengah abad itu berjalan keluar dari kantor Alfreed dengan langkah tegas. Paul yang melihat ekspresi Tuan besarnya merinding seketika. Tak pernah dia melihat wajah semenakutkan itu dari Kakek Scott sebelumnya. "Booking dua pesawat airline. Aku akan berangkat malam ini juga.”Menganga Paul di tempatnya. Menyewa satu pesawat saja sudah membuatnya heran plus bertanya-tanya, tapi ini dua sekaligus yang tentu bisa memuat ratusan orang di dalamnya."B-baik, Tuan." Membungkukkan badan, Paul menyanggupi. Kendati dalam hati dia sangat menyayangkan betapa bodoh perbuatan tuan besarnya itu. 'Bukankah memakai jet pribadi saja sudah cukup untuk mengunjungi Tuan Alfred?!' begitu pikiran Paul yang polos.Tidak tahu saja dia bahwa sore itu Kakek Scott menghubungi orang-orang yang sampai detik ini masih menyimpan kesetiaan penuh terhadapnya. Scott Ferdinand sesungguhnya adalah mantan pemimpin kelompok yang sama besarnya dengan Kartel El S

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    43. Kakek Scott Mengetahui Kabar Alfreed

    “Siapa? Kenapa tidak kau angkat?”Melihat Paul yang hampir menjatuhkan ponselnya lalu menatap layar dengan raut khawatir, membuat Selena jadi ingin tahu.“Maaf, Selena, aku harus pergi sekarang.” Baru selangkah Paul berjalan, wanita itu memanggil.“Tunggu, Paul. Kau mau meninggalkan aku lagi?” Menoleh Paul padanya. “Lagi?”‘Apa-apaan dia ini? Memangnya kami kembali bersama?’ Heran Paul dengan pertanyaan Selena.“Iya ... Ini kedua kalinya kau meninggalkan aku.” Kembali berkaca-kaca mata Selena. Kalau urusan menangis, dia memang jagonya.“Aku harus buru-buru, Selena. Tidak ada waktu lagi. Sudah, ya.” Dibandingkan dengan air mata Selena, bayangan wajah kakek Scott jauh lebih membuat Paul khawatir.Bergegas dia meninggalkan wanita itu bersama tiga orang pengawal lainnya. Mereka langsung menuju pesawat yang saat itu juga membawa keempatnya pulang ke Washington DC.Dan disini ‘lah Paul sekarang, berkutat di kantor dengan pengurusan kompensasi yang akan dia transfer ‘kan langsung ke keluarg

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    42. Cinta Pertama Paul

    Paul menoleh kanan dan kiri, wajahnya panik. Tapi setelah memastikan kekhawatirannya tidak terbukti, dia baru kembali menatap wanita yang memanggilnya tadi.“Mau apa kau datang ke sini?”Wajar Paul panik sebab dia mengira wanita itu datang bersama komplotannya.“Paul ... Kasar sekali kau ini. Baru juga kita bertemu setelah sekian lama.” Ternyata wanita itu adalah Selena, adik tiri Luisa.“Tidak usah banyak basa-basi Selena, aku yakin kau pasti sudah tahu semuanya.” Mengingat bahwa mantan pacarnya itulah yang dulu hendak menjual Luisa, Paul tak mungkin bersikap baik terhadapnya.Tersenyum wanita licik itu. “Ya, aku tahu. Dan aku tak menyangka kalau gadis sialan itu sangat beruntung bisa menjadi pacar bosmu.”‘Pacar? Oh, jadi dia pikir Nona Luisa pacaran dengan Tuan Alfreed,’ batin Paul.“Tapi jangan harap kalian bisa mengambil dia dari Tuan Muda Jose. Itu tidak mungkin,” lanjut Selena.“Bukan urusanmu.” Malas melanjutkan obrolan dengan Selena, Paul melanjutkan langkahnya meninggalkan

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    41. Luisa Tertipu

    Keadaan sudah berbalik sekarang. Yang semula benci, menjadi khawatir. Begitu lah Luisa, terlalu mudah percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Namun hal itu pula yang menjadi kunci Jose untuk kembali menarik simpati wanita itu.“Asal kau janji tidak meninggalkanku. Aku baru mau.”Tak kunjung mendapat jawaban, Jose melempar senyuman getir pada Luisa.“Aku sudah tahu jawabanmu, Lu. Kau memang tidak peduli padaku.” Berbalik dia membelakangi Luisa.Sesungguhnya memainkan peran bodoh seperti ini, bukan tipe Jose sama sekali. Tapi setelah dia pikir-pikir, patut dicoba juga agar dia bisa kembali merebut hati Luisa.Teramat pahamnya Jose dengan kelembutan hati Lulu kecilnya itu, membuatnya sanggup melakukan hal konyol. Jose ingin Luisa menyerahkan dirinya secara ikhlas tanpa tekanan. “Aku sudah janji akan merawatmu hingga sembuh. Apa lagi yang kau mau? Katakan, aku akan melakukannya. Tapi kita harus ke rumah sakit lebih dulu.” Luisa tak mau menambah janjinya lagi. “Aku tahu kau menjanj

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    40. Lengan Kanan Jose Diamputasi?

    Melangkah keluar dari rumah sakit menuju mobil, air mata Luisa tak henti menetes. Dia kuatkan dirinya untuk tegar menghadapi kenyataan ini, padahal sesungguhnya dia sangat sedih. Bagaimana mungkin ada seorang istri yang tega meninggalkan suaminya yg sedang dalam keadaan kritis?Tapi ini ‘lah kenyataannya. Demi mendapatkan kesempatan hidup untuk Alfreed yang hanya fifty-fifty, Luisa nekat menggadaikan dirinya sebagai pertukaran.‘Kumohon, cepat ‘lah sadar ... Kau harus sembuh! Kau benar-benar harus sembuh! Jangan sia-siakan pengorbananku.’ Masih menetes air mata Luisa sekalipun dia sudah berada di dalam mobil yang langsung dikemudikan oleh Andres.“Jangan sampai Tuan Muda melihat wajahmu yang basah.” Andres menyodorkan tissue yang ada di mobil pada Luisa.Tak menjawab tapi wanita itu menariknya beberapa. Dia keringkan pipinya yang terasa dingin karena air mata.“Tuan Muda tidak pernah punya kekasih dan dia juga tidak pernah menuruti perkataan siapapun kecuali Tuan Besar. Kau satu sat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status