Share

2. Menemukan Calon Nyonya

Author: Sasa Sun
last update Last Updated: 2025-02-26 15:50:52

(Tiga hari sebelumnya)

Malam itu Paul bergegas menuju bandara. Tujuannya adalah Mexico, sebab selain karena Bibinya tinggal di sana, Paul yakin kalau tidak akan ada satupun perempuan Mexico yang mengenal siapa keluarga Scott.

Menempuh perjalanan udara lebih kurang 6 jam dari Washington DC, akhirnya Paul sampai. Tempat pertama yang dia kunjungi adalah panti asuhan. Paul mengira bisa menemukan perempuan cantik yang hidup sebatang kara dan mau menikah kontrak dengan bosnya. Tapi sayang pilihannya itu zonk.

Enam panti asuhan sudah Paul datangi, tapi tak dia temukan gadis menarik yang cocok bersanding dengan bosnya. Sekalinya ada yang memenuhi kriteria, saat ditanyai cita-citanya justru menjadi biarawati.

“Ah, kacau ... Waktuku sudah terbuang sia-sia di sini,” gumam Paul. Dia pikir bisa dengan mudah menemukan perempuan itu, tapi ternyata sulitnya bukan main.

Saat Paul sedang duduk menikmati kopi di teras, Bibinya datang mendekat. “Paul, kau sudah dua tahun tidak datang ke sini, sebenarnya apa tujuanmu datang? Jangan bilang kau ingin kembali mengejar Selena, mantan pacarmu itu.”

“Selena? Apa kabar dia? Aku bahkan hampir lupa tentangnya jika bibi tidak mengingatkan.” Menyeruput kopinya hingga tandas, Paul langsung bangkit.

“Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Bi. Aku ingin mengunjunginya.” Paul melangkah menuju ke mobil.

“Tunggu, Paul. Kau harus dengar dulu cerita tentang dia yang sekarang,” teriak bibi menahan.

“Tidak perlu, Bi. Aku akan bertanya padanya secara langsung.” Segera Paul menekan gas mobilnya.

Begitu sampai, turun dari mobil Paul berjalan sedikit sebab jalan menuju ke rumah Selena tidak bisa dilalui mobil.

Prank!

Baru saja Paul hendak membuka pagar rumah, suara pecahan terdengar dari dalam.

‘Apa yang terjadi?’ batin Paul.

“Semua ini gara-gara, kau, gadis sialan!” teriak suara wanita paruh baya dari dalam rumah.

‘Itu pasti suara Bibi Diana,’ tebak Paul.

‘Apa dia sedang memaki Selena? Ah, tidak mungkin! Seingatku dia begitu menyayangi anak perempuannya itu.’

“Sejak kedatanganmu, musibah bertubi-tubi menghampiri keluargaku! Suamiku mengalami stroke parah, Mateo ditangkap polisi dan sekarang Selena, dia diculik orang suruhan Kartel El Salvador hanya gara-gara kau tidak mau berkencan dengan Tuan Muda Jose ....” Isak Bibi Diana.

‘Kartel El Salvador? Jose? Jose Fernando?’ Mendelik mata Paul mendengar nama itu. Anak pertama dari kelompok mafia paling berbahaya di Meksiko.

Putar balik, Paul berlari menuju mobilnya. Dipikirannya hanya satu, dia harus menyelamatkan Selena. Namun, baru saja dia hendak menekan gas, sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan mobilnya. Lalu orang yang sangat dia kenal muncul dari sana bersama seorang pria. Mereka berciuman dengan begitu panas tanpa peduli tempat. Sekali lagi mata Paul dibuat mendelik.

“Se ... Selena ...,” ucap Paul terkejut. Diliriknya plat mobil sedan itu, ada gambar dua buah pisau menyilang dengan latar merah di sana, artinya lelaki yang bersama Selena adalah bagian dari Kartel El Salvador.

“Bukannya tadi Bibi Diana bilang dia diculik?” Paul jadi heran. Mana mungkin ada orang yang diculik tapi justru berciuman dengan sang penculik.

Usai berciuman, Selena merapikan pakaian dan rambutnya yang sedikit berantakan.

“Kau tunggu di sini saja Evan, paling lama setengah jam aku pasti akan membawa Luisa dan kita akan mendapatkan uangnya.” Sayup-sayup suara Selena terdengar oleh Paul sebab dia bicara sambil berjalan.

--------

Selena membuka pintu rumah dengan mata yang basah dan raut wajah ketakutan.

“Selena ... Sayang ..., akhirnya kau pulang. Bagaimana keadaanmu, nak?” Diana langsung memeluknya lalu memeriksa setiap sudut bagian tubuh gadis itu.

“Apa saja yang mereka lakukan padamu? Katakan pada, mama ...”

Seketika Selena menangis terisak-isak. “Mereka tidak melakukan apapun padaku, Ma, tapi ..., mereka mengancam akan membunuhku jika aku tidak bisa membawa Luisa untuk mereka saat ini juga.”

“Memang betul-betul gadis pembawa, sial! Luisaaa ...,” teriak Diana memanggilnya.

Terkejut, Luisa yang sedang membersihkan pecahan piring di dapur sampai tergores jarinya. Segera dia bangkit lalu berlari menghampiri Diana.

“Ya, Bi ...” Luisa lalu melihat Selena.

“S-selena, syukurlah kau sudah pulang,” ucapnya dengan tatapan bahagia.

“Gadis sialan!” Seketika Diana menjambak rambut Luisa. “Bisa-bisanya kau tersenyum menatap anakku! Gara-gara kau, dia hampir saja dibunuh!”

“Aduh, sakit bi, sakit ...,” rintih Luisa. Tangannya memegangi tangan Diana, memohon untuk dilepas.

“Saat ini juga kau harus ikut dengan Selena! Aku tidak mau tahu!” perintah Diana.

“Baik, Bi. Aku akan turuti permintaanmu.” Setelah Luisa setuju, Diana baru melepas jambakan rambutnya.

“Tapi, Ma ... Tunggu, dulu. Apa yang terjadi dengan dia?” Selena memperhatikan wajah Luisa. “Pipinya tergores.”

“Karena terlalu kalut kau diculik, mama meleparkan piring ke arahnya hingga pecah,” jelas Diana.

“Astaga ... Mama apa-apaan, sih?! Tuan Muda Jose bisa marah kalau barang yang dia inginkan cacat!" Selena menatap Diana kesal. Kesedihannya beberapa saat yang lalu lenyap tak berbekas.

“Sudahlah, ayo, kau ikut aku ke kamar. Aku akan menutupinya dengan make up.” Selena menarik kasar tangan Luisa.

Lima belas menit berdandan, mereka keluar dari kamar lalu pergi menuju mobil Evan, yang ternyata adalah pacar Selena sekaligus anggota El Salvador.

Sengaja gadis licik itu mengarang alasan kalau dia diculik hanya untuk menekan Luisa agar mau ikut. Tujuannya hanya satu yakni menjual saudara tirinya itu, sebab Tuan Muda Jose sangat suka sekali dengan gadis perawan. Dia memburu semua perawan di negara itu hingga ke sudut kota.

Sampai di ujung jalan, Selena tidak mendapati Evan di sana. Hanya mobilnya saja yang terparkir.

“Kemana, sih, kau Evan?!” gerutu Selena kesal. Dia merogoh saku celana mengeluarkan ponsel, lalu semakin kesal setelah melihat daya ponselnya habis.

Melirik Luisa, Selena bicara, “Kau tunggu di sini sebentar, Luisa. Jangan kemana-mana! Paham?”

Mengangguk Luisa dgn mata berkaca-kaca. Sesungguhnya sejak tadi dia ingin menangis, membayangkan dirinya akan diserahkan pada lelaki penggila seks seperti Tuan Muda Jose Fernando , rasanya dia lebih baik mati. Tapi dibandingkan kematiannya yang tidak berarti apa-apa dia tidak mau sampai saudara tiri dan ibu tirinya sampai dibunuh.

Saat Selena sedang sibuk mencari Evan, saat itu pula lah, Paul menarik tangan Luisa untuk masuk ke mobilnya. Hampir saja gadis itu berteriak dan dengan sangat terpaksa Paul menutup mulutnya dengan tangan.

“Sssttt ...! Jangan berisik kalau kau ingin selamat!” ucap Paul.

“Ta-tapi kau siapa? Apa yang kau inginkan dariku?” Luisa ketakutan.

“Nanti aku jelaskan, kau percaya saja padaku. Sekarang kita harus segera pergi,” jawab Paul.

“Tidak! Aku tidak mau! Aku harus menyelamatkan Selena dan Bibi Diana,” bantah Luisa.

“Kau salah, justru kau yang harus menyelamatkan diri dari mereka,” terang Paul.

“Tidak! Kau yang salah!” Luisa berusaha membuka pintu mobil, tapi Paul buru-buru menguncinya.

“Buka! Turunkan aku dari sini!” teriak Luisa.

Disaat yang sama dari kejauhan Selena muncul bersama pacarnya. Jika terus berdebat dengan Luisa, Paul pasti akan ketahuan . Tidak ada waktu lagi untuk mereka bicara baik-baik . Dengan amat terpaksa dia memukul kepala gadis itu hingga pingsan, dan detik itu juga Paul menekan gas mobil untuk kabur dari sana.

Paul tidak membawa Luisa ke rumah bibinya, melainkan ke suatu tempat yang sangat jauh dari rumah Selena.

“Aaargh ... Siapa kau?! Apa yang kau lakukan padaku?! Dimana ini?” teriak Luisa begitu dia sadar.

“Tenang ..., aku orang yang menyelamatkanmu tadi dan aku tidak melakukan apapun padamu. Sungguh.”

Luisa memeriksa dirinya, memastikan kalau tidak terjadi apapun padanya.

“Sekarang kita sedang berada di ..., entahlah aku juga tidak tahu nama daerah ini, yang pasti sangat jauh dari rumah Selena,” sambung Paul.

“Kenapa kau membawaku ke sini? Kau menculikku, ya?!” hardik Luisa.

“Tidak! Aku berani sumpah! Sejak awal sudah kukatakan bahwa aku yang menolongmu!”

Diam, Luisa memperhatikan Paul dari setiap sudut. Dia tidak bisa begitu saja percaya.

“Kau bisa lihat ini sebagai buktinya.” Paul mencabut memori card kamera CCTV mobil, lalu menyalakannya lewat ponsel.

Melihat rekaman itu Luisa akhirnya tahu bahwa sesungguhnya Selena lah yang ingin menjual dia pada Tuan Muda Jose. Seketika berkaca-kaca mata Luisa jadinya. Sampai hati Selena melakukan itu, sekalipun mereka hanya saudara tiri.

Tak bisa dibendung , air mata Luisa pun menetes. Baru tiga tahun ini dia merasa memiliki keluarga, tapi nyatanya tidak seorangpun yang menganggapnya bagian dari keluarga.

Menarik tisu mobil, Paul menyerahkannya pada Luisa.

“Sesungguhnya aku tidak ingin ikut campur. Aku hanya tidak sengaja berada di tempat itu dan menyaksikan apa yang terjadi."

Luisa mengangguk.

“Lalu apa rencanamu sekarang? Kau tidak mungkin pulang ke rumah Selena ‘kan? Atau ada tempat lain yang kau tuju? Biar kuantar. Kita harus cepat bergerak sebab pacar Selena adalah bagian dari Kartel El Salvador, dia bisa dengan mudah menemukanmu jika kau tidak segera pergi dari kota ini,” sambung Paul.

Semakin deras air mata Luisa menetes. Dia lalu menggeleng.

“Kau serius tidak punya tujuan?” Paul terkejut, sementara Luisa mengangguk.

Menyandarkan kepala ke kursi mobil, Paul menghela napas panjang. ‘Mati, aku! Masalah baru! Urusanku mencari calon istri Tuan Alfreed saja belum beres, aku justru terlibat dengan perempuan ini,’

“Boleh aku ikut saja denganmu?” tanya Luisa kemudian. Matanya sembab penuh harap. Bahkan make up-nya pun sudah luruh dan bekas goresan di pipinya jadi terlihat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    45. Menjadi Perawat Tuan Muda Jose

    Jose dan Luisa sudah tiba di rumah sakit Santa Antoinette sekarang. Mereka masuk ke ruang dokter yang biasa menangani sang pemimpin Kartel itu.“Sudah lama aku tidak melihatmu terluka, Tuan Muda,” ucap Dokter Miguel sembari meminta Jose naik ke ranjang periksa. Memang terakhir kali Jose terluka sudah setahun yang lalu saat paha kirinya tertancap belati dengan kedalaman lima belas centi. Dan yang menangani adalah dokter Miguel.Tersenyum tipis, pria bertato itu menurut. Begitu dia sudah duduk di ranjang , ditariknya dokter Miguel mendekat.“Tolong kau lebih-lebih ‘kan saja sakitku ini. Bisa ‘kan?” bisiknya.Ternyata Jose ingin mengajak dokter itu bekerja sama menipu Luisa dan jawaban sang dokter sudah pasti setuju. Mana mungkin dia berani melawan perintah pemimpin El Salvador.Dokter Miguel langsung membuka perban yang membalut luka Jose. Diperiksanya luka awal menyeluruh , kemudian baru mengecek luka yang satunya.“Sudah berapa lama luka ini, Tuan Muda?” tanya sang dokter dengan raut

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    44. Scott Ferdinand

    Scott Ferdinand, pria yang sudah memasuki usia lebih dari setengah abad itu berjalan keluar dari kantor Alfreed dengan langkah tegas. Paul yang melihat ekspresi Tuan besarnya merinding seketika. Tak pernah dia melihat wajah semenakutkan itu dari Kakek Scott sebelumnya. "Booking dua pesawat airline. Aku akan berangkat malam ini juga.”Menganga Paul di tempatnya. Menyewa satu pesawat saja sudah membuatnya heran plus bertanya-tanya, tapi ini dua sekaligus yang tentu bisa memuat ratusan orang di dalamnya."B-baik, Tuan." Membungkukkan badan, Paul menyanggupi. Kendati dalam hati dia sangat menyayangkan betapa bodoh perbuatan tuan besarnya itu. 'Bukankah memakai jet pribadi saja sudah cukup untuk mengunjungi Tuan Alfred?!' begitu pikiran Paul yang polos.Tidak tahu saja dia bahwa sore itu Kakek Scott menghubungi orang-orang yang sampai detik ini masih menyimpan kesetiaan penuh terhadapnya. Scott Ferdinand sesungguhnya adalah mantan pemimpin kelompok yang sama besarnya dengan Kartel El S

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    43. Kakek Scott Mengetahui Kabar Alfreed

    “Siapa? Kenapa tidak kau angkat?”Melihat Paul yang hampir menjatuhkan ponselnya lalu menatap layar dengan raut khawatir, membuat Selena jadi ingin tahu.“Maaf, Selena, aku harus pergi sekarang.” Baru selangkah Paul berjalan, wanita itu memanggil.“Tunggu, Paul. Kau mau meninggalkan aku lagi?” Menoleh Paul padanya. “Lagi?”‘Apa-apaan dia ini? Memangnya kami kembali bersama?’ Heran Paul dengan pertanyaan Selena.“Iya ... Ini kedua kalinya kau meninggalkan aku.” Kembali berkaca-kaca mata Selena. Kalau urusan menangis, dia memang jagonya.“Aku harus buru-buru, Selena. Tidak ada waktu lagi. Sudah, ya.” Dibandingkan dengan air mata Selena, bayangan wajah kakek Scott jauh lebih membuat Paul khawatir.Bergegas dia meninggalkan wanita itu bersama tiga orang pengawal lainnya. Mereka langsung menuju pesawat yang saat itu juga membawa keempatnya pulang ke Washington DC.Dan disini ‘lah Paul sekarang, berkutat di kantor dengan pengurusan kompensasi yang akan dia transfer ‘kan langsung ke keluarg

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    42. Cinta Pertama Paul

    Paul menoleh kanan dan kiri, wajahnya panik. Tapi setelah memastikan kekhawatirannya tidak terbukti, dia baru kembali menatap wanita yang memanggilnya tadi.“Mau apa kau datang ke sini?”Wajar Paul panik sebab dia mengira wanita itu datang bersama komplotannya.“Paul ... Kasar sekali kau ini. Baru juga kita bertemu setelah sekian lama.” Ternyata wanita itu adalah Selena, adik tiri Luisa.“Tidak usah banyak basa-basi Selena, aku yakin kau pasti sudah tahu semuanya.” Mengingat bahwa mantan pacarnya itulah yang dulu hendak menjual Luisa, Paul tak mungkin bersikap baik terhadapnya.Tersenyum wanita licik itu. “Ya, aku tahu. Dan aku tak menyangka kalau gadis sialan itu sangat beruntung bisa menjadi pacar bosmu.”‘Pacar? Oh, jadi dia pikir Nona Luisa pacaran dengan Tuan Alfreed,’ batin Paul.“Tapi jangan harap kalian bisa mengambil dia dari Tuan Muda Jose. Itu tidak mungkin,” lanjut Selena.“Bukan urusanmu.” Malas melanjutkan obrolan dengan Selena, Paul melanjutkan langkahnya meninggalkan

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    41. Luisa Tertipu

    Keadaan sudah berbalik sekarang. Yang semula benci, menjadi khawatir. Begitu lah Luisa, terlalu mudah percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Namun hal itu pula yang menjadi kunci Jose untuk kembali menarik simpati wanita itu.“Asal kau janji tidak meninggalkanku. Aku baru mau.”Tak kunjung mendapat jawaban, Jose melempar senyuman getir pada Luisa.“Aku sudah tahu jawabanmu, Lu. Kau memang tidak peduli padaku.” Berbalik dia membelakangi Luisa.Sesungguhnya memainkan peran bodoh seperti ini, bukan tipe Jose sama sekali. Tapi setelah dia pikir-pikir, patut dicoba juga agar dia bisa kembali merebut hati Luisa.Teramat pahamnya Jose dengan kelembutan hati Lulu kecilnya itu, membuatnya sanggup melakukan hal konyol. Jose ingin Luisa menyerahkan dirinya secara ikhlas tanpa tekanan. “Aku sudah janji akan merawatmu hingga sembuh. Apa lagi yang kau mau? Katakan, aku akan melakukannya. Tapi kita harus ke rumah sakit lebih dulu.” Luisa tak mau menambah janjinya lagi. “Aku tahu kau menjanj

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    40. Lengan Kanan Jose Diamputasi?

    Melangkah keluar dari rumah sakit menuju mobil, air mata Luisa tak henti menetes. Dia kuatkan dirinya untuk tegar menghadapi kenyataan ini, padahal sesungguhnya dia sangat sedih. Bagaimana mungkin ada seorang istri yang tega meninggalkan suaminya yg sedang dalam keadaan kritis?Tapi ini ‘lah kenyataannya. Demi mendapatkan kesempatan hidup untuk Alfreed yang hanya fifty-fifty, Luisa nekat menggadaikan dirinya sebagai pertukaran.‘Kumohon, cepat ‘lah sadar ... Kau harus sembuh! Kau benar-benar harus sembuh! Jangan sia-siakan pengorbananku.’ Masih menetes air mata Luisa sekalipun dia sudah berada di dalam mobil yang langsung dikemudikan oleh Andres.“Jangan sampai Tuan Muda melihat wajahmu yang basah.” Andres menyodorkan tissue yang ada di mobil pada Luisa.Tak menjawab tapi wanita itu menariknya beberapa. Dia keringkan pipinya yang terasa dingin karena air mata.“Tuan Muda tidak pernah punya kekasih dan dia juga tidak pernah menuruti perkataan siapapun kecuali Tuan Besar. Kau satu sat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status