“Aku sudah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Hellena tanpa sepengetahuannya. Sebentar lagi pasti minuman itu akan bereaksi!”
Seorang gadis lain berdiri dengan tangan terlipat di depan dada, melihat Hellena berbaring tanpa daya karena pengaruh alkohol dan obat perangsang. “Ingat perjanjian kita, 200 juta! Tenang saja, dia benar-benar masih perawan!” suaranya mendayu-dayu, dibuat manja. “Kau membawa barang bagus kali ini!” Seorang pria tua berumur sekitar lima puluhan, dengan cambang lebat dan perut buncit, hanya mengenakan handuk kimono tertawa bahagia. “Bagus, kau boleh pergi!” Tanpa menunggu diperintah dua kali, gadis yang membawa Hellena segera meninggalkan tempat itu. “Kepalaku sakit.” Hellena membuka mata, dia terkejut bukan main saat seorang pria hampir menindihnya. Gadis itu melebarkan mata, dengan gerakan refleks menendang bagian perut buncit si pria, hingga terjungkal dari ranjang. “Argh!” suara erangan terdengar bersamaan bunyi berdebam keras. Tubuh Hellena gemetar ketakutan, napasnya mendadak sesak bercampur rasa sakit kepala yang semakin berdenyut, dan tubuhnya mulai terasa panas. Hellena yang setengah sadar merasakan dirinya dalam bahaya. “Aku tidak boleh berdiam diri, aku harus pergi!” suara Hellena lirih, dia benar- benar seperti kehabisan tenaga, padahal tidak melakukan pekerjaan berat. Hellena beringsut bangkit, langkahnya terseok-seok menuju kea rah pintu. Beberapa waktu lalu, Hellena baru saja kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan yang dilakukan keluarganya. Lalu bertemu dengan teman dekatnya di sebuah café. Dia hanya minum sedikit alkohol untuk menghilangkan kesedihannya. Namun hal tidak terduga terjadi saat ini, entah mengapa dia merasa pusing lalu tertidur. Ketika membuka mata dirinya sudah berada di kamar hotel, dan hampir diserang seorang pria gendut. Temannya entah pergi kemana, sehingga hal itu membuat Hellena benar-benar ketakutan. Si tua bangka itu terhuyung-huyung, menopang tubuh mencoba berdiri. Tangan gempal tersebut memegangi perutnya yang tadi terkena tendangan Hellena, dengan bibir meringis menahan sakit. “Tangkap jalang sialan itu, jangan biarkan dia lolos!” teriaknya murka pada kedua bodyguard yang berjaga di depan pintu. Dengan cepat kedua orang itu segera menangkap Hellena kembali. “Tolong!” teriak Hellena, sambil terus meronta. “Ku mohon, siapapun tolong aku!” pintanya seraya mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kedua bodyguard si tua bangka tersebut. Kedua bodyguard itu segera menarik paksa tubuh Hellena, dan akan membawanya masuk kembali ke kamar, akan tetapi --- “Hentikan! Atau aku patahkan tangan dan kaki kalian!” bentak seseorang yang tiba-tiba sudah berada di dekat mereka, membuat kedua bodyguard itu terperangah. “Siapa Kau!” pria tua itu berjalan tertatih keluar kamar, sambil memperhatikan tiga orang pria gagah yang berdiri tegap di samping Hellena. “Aku kenal baik dengan pemilik hotel ini, dan kalian sudah membuat keributan sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung lain!” pria muda tersebut kembali berucap, seraya melepas jasnya dan memakaikan kepada Hellena. Gadis itu segera menutup tubuhnya dengan jas tersebut, lalu segera sembunyi di balik punggung sang pria yang menolongnya. “Sial! Aku sudah membayar mahal untuk wanita itu, berikan dia padaku!” geram si tua bangka. Hellena melebarkan mata sambil menatap kepada penolongnya, lalu menggeleng. Tolong selamatkan aku,” lirihnya. “Pria muda itu tidak menjawab ucapan Hellena, akan tetapi matanya terus menatap tajam kepada pria tua di depannya. “Aku lihat kau melakukan kekerasan pada gadis ini, Tuan! Dan itu pasti akan sangat menarik, jika berita scandal tentang anda yang notabene seorang bermartabat, tersebar luas di media sosial besok pagi.” Pria muda tersebut tersenyum sinis, dengan tatapan tajam kepada tiga pria di depannya. “Jika kau ingin meminta ganti rugi, mintalah pada orang yang membawa gadis ini! Orang bodoh pun bisa melihat bahwa dia berada di sini bukan atas kemauannya. Dan jika kami melaporkan kepada polisi, kalian akan ditangkap sebagai kasus pelecehan sexual. Ada saksi melihat itu!” pria tersebut menoleh kea rah beberapa pemuda yang berdiri di belakangnya. Kecaman itu cukup membuat si tua bangka mengurungkan niatnya, untuk kembali membawa Hellena. Pria muda tersebut, lalu memapah Hellena menjauh dari pria gendut itu. Tubuh gadis itu lemas, wajah pucat karena ketakutan. Melihat kondisi gadis itu yang memprihatihkan, membuat sang pria merasa iba. “Aku antar kau pulang!” ujarnya, kemudian tanpa aba-aba langsung mengangkat tubuh Hellena yang terlihat tanpa daya. Spontan Hellena memeluk tubuh maskulin itu, ada rasa nyaman yang menenangkan dan --- “Kau tampan sekali Tuan, bibirmu sungguh sangat menggoda.” racau Hellena, seraya tangannya mulai mengelus rahang tegas pria itu, dan berakhir di bibirnya. Dengan tatapan penuh damba, Hellena terus meracau tidak jelas dalam gendongan pria itu. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi padamu?” ucap sang pria sambil berjalan cepat menuju lift, “Siapkan mobil, aku akan ke apartemen!” “Baik Tuan!” jawab salah seorang pengawalnya, sambil bergegas pergi untuk melaksanakan perintah dari sang bos. Begitu pintu lift terbuka di lantai satu, pria mud aitu secepat kilat membawa Hellena masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan. Hellena merasa darahnya berdesir ketika tangan berotot itu menggenggam hangat jemarinya, ada gelenyar aneh yang menginginkan lebih dari sentuhan pria itu. “Panas, aku panas. Rasanya tidak nyaman, sentuh aku, tolong!” gadis itu mengarahkan tangan kanan pria tersebut ke salah satu gunung kembarnya. “Aku benar-benar tidak tahan.” Hellena beringsut duduk di pangkuan pria yang baru saja ditemuinya. Akal sehatnya benar-benar sudah hilang, berganti dengan perasaan menggebu yang menginginkan sentuhan dari pria itu. “Kau akan menyesalinya Nona. Berhenti melakukan hal memalukan, dan bersikaplah baik.” Pria itu dengan erat mencekal tangan Hellena, ke belakang punggung gadis itu. “Aku bukan laki-laki yang mudah tergoda dengaan trik murahanmu itu, hentikan sekarang juga atau akan ku lemparkan keluar dari mobil!” Hellena bukannya menghentikan aksinya, tetapi dia malah semakin berani hingga akhirnya ‘cup’ sebuah kecupan wanita itu layangkan ke bibir pria tersebut, membuat pria itu benar-benar murka, wajahnya memerah dengan mata melebar, “Apa yang kau lakukan!”Lena mengernyit heran dengan sikap bos barunya tersebut, ‘Kenapa dia bersikap seperti suami posesif?’ batin Lena, heran dengan semua sikap Felix. Lena terdiam sejenak, tiba-tiba matanya melebar dengan jantung yang berdetak semakin kencang, ‘Apa jangan-jangan, dia mengenaliku?’ batin Lena lagi.“Hey, Kau! Apa tidak dengar apa kataku!” ucap Felix, dengan tatapan dingin.Seketika Lena tergagap, mendapatkan pertanyaan tersebut, “Ah, i … iya, Tuan, maaf!” ucap Lena, tergagap. Dan dengan cepat dia masuk ke mobil, tepat di samping Felix. Wanita itu berusaha keras untuk menetralkan debaran jantungnya, agar Felix dan Mark tidak curiga padanya.“Kenapa wajahmu pucat? Apa Kau takut padaku?” tanya Felix, dengan senyum miring.“Tentu saja takut, wajah Tuan, seram seperti iblis cari mangsa,” gumam Lena, pelan tanpa ada niat untuk menjawab ejekan Felix. Tapi siapa sangka, gumamannya terdengar juga oleh telinga Felix, dan Mark, yang memang sangat tajam hingga bisa mendengar dengan jelas gumaman Lena
"Kau ---!" Felix, dan wanita itu sama-sama terkejut dengan kejadian itu.Seketika jantung wanita itu berpacu dengan cepat, ada perasaan khawatir, jika Felix akan mengenali dirinya."Siapa, Kau!" tanya Felix, dingin tanpa ekspresi.Wanita itu menghela napas lega, karena ternyata, Felix tidak mengenali dirinya."Saya Lena, Tuan, Sekretaris baru Anda!" terang wanita itu."Elle ---!" ucap Felix, sambil menatap lekat wajah wanita di depannya.Wanita tersebut sempat gugup, karena tatapan dingin Felix, yang mengintimidasi. Hampir saja dia mengakui penyamarannya sendiri, ketika akhirnya tersadar, jika Felix hanya mengenali suaranya, bukan wajahnya."Saya Lena, Tuan, bukan ,Elle!" jawab wanita yang mengaku bernama Lena tersebut, tegas agar tidak diintimidasi oleh pria di depannya."Oh ---!" cuma itu yang keluar dari mulut Felix, lalu pria itu melangkah pergi tanpa berucap apapun lagi kepada Lena.Felix terus melangkah, meninggalkan Lena, yang masih terpaku menatap punggung pria tersebut. Tujua
Seminggu sudah, Felix dan anak buahnya melakukan pencarian, akan tetapi belum juga mendapatkan hasil. Hellena benar-benar menghilang, membuat Felix semakin kalut. Perasaan bersalah dan penyesalan semakin menggerogoti hatinya, membuat emosinya semakin tidak terkontrol."Bodoh, kalian semua! Apa saja yang kalian lakukan, sampai mengerjakan laporan seperti ini saja tidak becus!" Felix murka, saat meeting laporan bulanan, dia menemukan kesalahan yang tidak sengaja dilakukan oleh karyawannya.Semua orang hanya menunduk, ketakutan karena aura dingin yang dipancarkan oleh raut wajah Felix, yang sudah menggelap."Perbaiki! Jika masih tetap salah juga, lebih baik keluar dari sini!" "Baik, Tuan," ucap mereka kompak."Meeting ditunda sampai jam empat nanti!"Tidak ada jawaban dari para karyawan, tapi mereka satu persatu pergi meninggalkan ruangan meeting tersebut. Hening, seketika ruangan tersebut terasa mencekam, meninggalkan dua orang yang saling diam. Mark, sang Asisten seolah membeku oleh s
Felix, terus memeluk wanita itu sambil menyembunyikan wajahnya di pundak sang wanita. Dia sangat takut, akan ditinggalkan lagi. “Elle, tolong jangan pergi lagi! Maafkan aku, Elle!” bisik Felix, dengan air mata yang mulai menetes. Felix, pria yang terkenal kejam dan dingin ini, pada akhirnya meneteskan air matanya hanya karena seorang wanita yang berstatus ‘Istri Kontrak’.Sementara wanita yang dipeluknya, terus meronta berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan pria yang tidak dia kenal , “Lepas!” bentak wanita tersebut, sambil menyentak kasar tangan Felix yang masih memeluknya erat. “Siapa, Kau?” sambungnya, setelah berhasil melepaskan pelukan Felix, dan berbalik menatap pria itu.Beberapa menit yang lalu, Hellena yang sedang sarapan di sebuah restoran, tiba-tiba terkejut saat matanya secara tidak sengaja melihat, Felix dan anak buahnya masuk ke restoran yang sama dengan dirinya saat ini. Sebelum Felix melihatnya, Hellena lebih dulu pergi meninggalkan mejanya dan bersembunyi di dala
“Tuan, sebaiknya istirahat dulu! Jangan sampai, Tuan jatuh sakit,” ucap Mark, yang merasa kasihan melihat kondisi sang bos.“Bagaimana dengan, Elle?” tanya Felix, lalu menoleh ke sang Asisten. “Kalau aku berhenti, lalu bagaimana bisa menemukan istriku?” gumam Felix, pelan tapi masih bisa di dengar oleh Mark.Untuk sejenak, Mark terdiam. Tapi akhirnya dengan hati-hati mulai membujuk, supaya sang bos mau istirahat dulu barang sebentar. “Biarkan kami yang terus mencari, Tuan!” ucap Mark pelan, “Saya tidak mau, Tuan sakit jika tidak beristirahat. Bagaimana kita bisa menemukan, Nyonya, jika sampai Tuan sakit?” lanjut Mark lagi, berharap Felix mau mendengarkan nasehatnya.Sejenak, Felix terdiam, sebelum akhirnya dia setuju dengan pendapat Mark, “Baiklah, aku akan istirahat sebentar di mobil! Kalian lanjutkan pencarian, dan kabarkan padaku perkembangannya!”“Baik, Tuan! Istirahatlah, kami akan melanjutkan pencarian, Nyonya!” ucap Mark, sebelum Felix berbalik dan kembali ke mobil.Mark, bersa
"Mark, lacak keberadaan Hellena sampai dapat! Jika perlu, Kau check ulang setiap sudut Rumah Sakit ini!" perintah Felix, tegas dengan aura dinginnya."Baik, Tuan!" Tanpa banyak pertanyaan, Mark langsung duduk dan membuka laptopnya. Mereka saat ini masih berada di ruang VIP, tempat Hellena dirawat sebelumnya.Felix ikut duduk di samping sang Asisten, dan ikut memperhatikan laptop Mark. Suasana menjadi hening, semua yang berada di ruangan tersebut, hanya fokus pada tugas masing-masing. Leon yang sedang sibuk memberikan arahan pada anak buahnya, melalui ponselnya, Mark yang sedang fokus dengan laptopnya, dan Felix yang fokus memperhatikan pekerjaan Mark, dengan perasaan bersalah dan khawatir yang menjadi satu.Tiba-tiba Mark menghentikan aktivitasnya, lalu mengangkat pandangannya dari laptop, beralih ke Felix, yang duduk di samping. "Dapat, Bos!""Mana, lihat!" sambut Felix, antusias.Mark menyodorkan laptopnya, ke Felix. Terpampang-lah sebuah video, yang Mark ambil dari CCTV Rumah Saki