Wanita yang bernama Queen tersebut melerai pelukannya pada lengan Felix, lalu menatap wajah dingin pria itu dengan senyum manis di bibirnya, "Bukankah kita mau pergi keluar kota bersama, untuk bulan madu?"
'Deg!' Jantung Hellena bagai disambar petir hingga hancur berkeping-keping, saat mendengar suaminya akan pergi bersama dengan wanita lain, untuk bulan madu. "Pergi bulan madu? Apa maksudnya ini?" "Lebih baik Kau pergi sekarang Queen, sebelum kesabaranku habis!" ucap Felix pelan dengan ekspresi yang sangat dingin. Lalu pandangan pria itu beralih pada Hellena, "Aku bisa jelaskan - - -" "Memangnya apa yang salah, jika suami istri pergi bersama untuk bulan madu?" Queen segera memotong ucapan Felix, hal ini membuat hati Hellena semakin sakit. Felix menatap nyalang wanita di sampingnya dengan raut wajah yang semakin dingin, dan tangan terkepal erat. Sungguh, pria tersebut tidak habis pikir dengan sikap Queen yang sangat tidak tau malu. Sementara Hellena hanya menatap mereka berdua, dengan pandangan yang sulit diartikan. "Diam Queen, pergi dari sini!" geram Felix dengan nada tinggi. "Sayang, kenapa Kau harus marah? Nyatanya kita memang suami istri, dan pagi ini kita akan pergi berbulan madu, kenapa pembantu itu bertingkah sangat menjengkelkan?" Dengan manja, Queen kembali meraih lengan Felix, dan bergelayut manja padanya. Hellena yang tidak tahan lagi, segera berbalik badan dan dengan langkah cepat, pergi meninggalkan kedua orang tersebut. Tanpa menoleh lagi, wanita itu keluar dari mansion Felix dengan membawa luka dalam hatinya. "Hellena tunggu!" Dengan cepat Felix mengibaskan tangan Queen, dan berlari mengejar Hellena, tetapi Queen dengan cepat meraih tangan pria itu dan menahannya. "Sayang, Kau mau kemana? Kita harus pergi sekarang!" Queen berusaha menghalangi jalan Felix, agar pria itu tidak mengejar Hellena lagi. "Jangan coba-coba halangi jalanku. Kau bukan siapa-siapa aku, camkan itu!" Dengan nada tinggi Felix membentak Queen, dan mendorong tubuh wanita tersebut dengan kasar, agar mau menyingkir dari hadapannya. "Felix tunggu!" teriak Queen, akan tetapi pria itu terus berlari meninggalkan wanita tersebut seorang diri, tanpa perduli dengan teriakannya. "Awas saja kalian, aku pasti akan laporkan ke kakek Cristian!" ucap Queen, sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai dan memasang wajah marah. Sementara Hellena yang berlari keluar, berjalan selangkah demi selangkah di jalan raya, tak tau entah menuju ke mana. Wanita itu menengadahkan wajahnya, menatap langit pagi itu agar dia bisa menahan air matanya yang hampir jatuh. Sungguh, hatinya sangat terluka, menerima kenyataan jika dirinya adalah wanita kedua dalam hidup Felix. "Tuhan, ternyata aku istri kedua. Sakit sekali hati ini, aku lari dari tua bangka itu karena tidak mau jadi istri ke empatnya, tetapi apa yang terjadi sekarang? Aku terjebak dalam pernikahan kontrak, sebagai istri kedua." gumam Hellena seorang diri. Hidupnya terasa gelap tanpa cahaya. Felix, pria asing yang telah menolongnya dari kehancuran, tapi ternyata membuatnya semakin hancur. Andai saja ayahnya masih ada, Hellena pasti tidak akan mengalami ini semua. Ibu dan kakak tirinya tidak akan berani memaksanya untuk menggantikan kakak tirinya tersebut untuk menikahi bandot tua, sebagai pelunas hutang, padahal yang seharusnya menjalani pernikahan tersebut adalah kakak tirinya. Sayang sekali, ayahnya telah tiada, sehingga kedua ibu dan anak tersebut berani berbuat semena-mena padanya. Tak sanggup lagi menahan air matanya, wanita itu menunduk sambil terisak pilu, "Ibu, kenapa meninggalkan aku sejak aku masih bayi? Sehingga aku jadi sendirian setelah Ayah tiada." Hancur dan kecewa, itu yang dirasakan Hellena saat ini. Ingin pergi sejauh mungkin dari Felix, tetapi dia bingung harus kemana. Di kota besar ini, Hellena tidak memiliki teman ataupun saudara. "Ayah, Ibu, kenapa tidak membawa aku pergi bersama kalian? Sekarang harus bagaimana? Aku tidak punya siapa-siapa lagi, kakak dan ibu tiriku sangat jahat padaku, sementara suamiku telah menipuku." "Sekarang kau istriku, Hellena!" Hellena yang masih tertunduk, sangat terkejut saat tiba-tiba saja ada suara seseorang yang sangat dia kenal. Perlahan dia mengangkat wajahnya, dan menatap lekat wajah seseorang yang sedang berdiri di depannya. Entah sejak kapan pria itu datang. Tanpa bicara apapun, Hellena segera berdiri dan hendak pergi dari hadapan orang tersebut, yang ternyata Felix. Namun, pergerakannya terhenti, saat sepasang tangan kekar tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan. "Kau ingat, kau tidak bisa pergi. Kita terikat kontrak. Jika kau melanggar, kau akan membayar denda dengan sangat mahal karena telah menggodaku dan membuatku menghabiskan malam itu denganmu." Untuk sejenak Hellena tertegun, dia terkejut dengan ancaman Felix. “Kau gila!” “Aku tidak gila, aku hanya tidak ingin andaikata benihku tumbuh di rahimmu dan kau membawa dia lari!” Hellena cepat tersadar dari rasa terkejutnya. Dia kembali bisa menguasai diri, dan tersenyum sinis mendengar ucapan pria itu. "Kau telah menipuku, pernikahan ini tidak sah!" “Itu konsekuensi atas perbuatan lancangmu kepadaku, Hellena. Ingat itu!” Rasanya Hellena ingin merobek mulut Felix, wanita itu pun tersadar telah masuk ke dalam kandang binatang buas yang tidak kenal ampun. “Kau jahat! Apa salahku? Punya dendam apa Kau padaku, sampai tega menjebak aku untuk dijadikan yang kedua?" Emosi Hellena semakin tidak terkendali. Secercah harapan yang baru saja Hellena dapat dari pria tampan tersebut, tak ubahnya seperti sebuah pisau yang mampu memberikan sayatan tak kasat mata, dan akan membawanya pada jurang kehancuran. Ini terlalu menyakitkan. "Terserah apa yang kau pikirkan Hellena, yang pasti pernikahan kita sudah terdaftar di Catatan Sipil," Felix menatap tanpa ekspresi wanita yang mulai menangis itu. "Biarkan aku pergi sendiri, kita cerai saja! Aku tidak mau menjadi yang kedua, karena tidak mau jadi perebut suami orang!" ucap Hellena parau, karena tangisnya. Felix tertawa dengan sangat mengerikan dalam pandangan Hellena. “Kau pikir aku akan melepaskan dirimu begitu saja? Jangan mimpi Helena!”Sepulang dari pertemuannya dengan, Tuan Clark, wajah Felix, semakin datar dan dingin. Membuat aura di sekitarnya terasa mencekam. Begitu turun dari mobil, Felix pergi begitu saja menuju ruangannya. Meninggalkan Mark, dan Lena, yang dibuat pusing dengan sikap bosnya yang terlihat marah.Lena melihat ke arah, Mark, dan kebetulan pria itu juga sedang melihat ke arahnya. "Kenapa, Tuan Felix seperti orang sedang marah ya? Bukannya kita tidak membuat kesalahan?" ucap Lena, pelan. Seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri."Jangan terlalu ingin tau urusan orang lain!" tegas Mark, dengan wajah yang tak kalah datarnya dengan sang bos. Setelahnya, dia langsung pergi begitu saja, meninggalkan Lena yang masih terbengong, merasa heran dengan sikap dua pria tersebut."Uh! Mau heran, tapi ini manusia kulkas, jadi ya sudahlah. Biar aku saja yang menjadi api untuk membakar dua manusia es berjalan itu," gumam Lena, sambil terkekeh geli, menertawakan ucapannya sendiri.Tanpa menunda waktu, wanita
Felix memasuki ruang privat yang ada di restoran tersebut, diikuti oleh Lena dan Mark. Saat Lena akan duduk di tempat yang agak jauh dari Felix, tiba-tiba tangan kekar seseorang menariknya, hingga wanita itu terduduk di kursi samping kiri Felix, sementara Mark duduk di samping kanan sang bos."Mau kemana, Kau?" tanya Felix, datar."Mau duduk yang jauh dari, Tuan!" jawab Lena acuh."Memangnya aku virus yang harus Kau jauhi ha!" emosi Felix kembali meningkat."Bukan cuma virus biasa, tapi virus yang meresahkan!" gumam Lena, tanpa sadar."Bukan aku yang meresahkan, tapi Kau!" ucap Felix, pelan tapi tetap saja tajam. "Baru kali ini aku punya sekretaris yang sangat meresahkan, tidak mau dengar apa perintah, Bosnya. Selalu bertindak atas keinginan sendiri!" gerutu Felix."Makanya, jadi Bos itu yang baik, jangan seperti kulkas berjalan, irit bicara, sekali bicara langsung tancap gas!" rutuk Lena, dengan bibir mengerucut."Astaga, Mark, dari mana Kau dapat manusia langka ini? Baru sehari dia
Lena mengernyit heran dengan sikap bos barunya tersebut, ‘Kenapa dia bersikap seperti suami posesif?’ batin Lena, heran dengan semua sikap Felix. Lena terdiam sejenak, tiba-tiba matanya melebar dengan jantung yang berdetak semakin kencang, ‘Apa jangan-jangan, dia mengenaliku?’ batin Lena lagi.“Hey, Kau! Apa tidak dengar apa kataku!” ucap Felix, dengan tatapan dingin.Seketika Lena tergagap, mendapatkan pertanyaan tersebut, “Ah, i … iya, Tuan, maaf!” ucap Lena, tergagap. Dan dengan cepat dia masuk ke mobil, tepat di samping Felix. Wanita itu berusaha keras untuk menetralkan debaran jantungnya, agar Felix dan Mark tidak curiga padanya.“Kenapa wajahmu pucat? Apa Kau takut padaku?” tanya Felix, dengan senyum miring.“Tentu saja takut, wajah Tuan, seram seperti iblis cari mangsa,” gumam Lena, pelan tanpa ada niat untuk menjawab ejekan Felix. Tapi siapa sangka, gumamannya terdengar juga oleh telinga Felix, dan Mark, yang memang sangat tajam hingga bisa mendengar dengan jelas gumaman Lena
"Kau ---!" Felix, dan wanita itu sama-sama terkejut dengan kejadian itu.Seketika jantung wanita itu berpacu dengan cepat, ada perasaan khawatir, jika Felix akan mengenali dirinya."Siapa, Kau!" tanya Felix, dingin tanpa ekspresi.Wanita itu menghela napas lega, karena ternyata, Felix tidak mengenali dirinya."Saya Lena, Tuan, Sekretaris baru Anda!" terang wanita itu."Elle ---!" ucap Felix, sambil menatap lekat wajah wanita di depannya.Wanita tersebut sempat gugup, karena tatapan dingin Felix, yang mengintimidasi. Hampir saja dia mengakui penyamarannya sendiri, ketika akhirnya tersadar, jika Felix hanya mengenali suaranya, bukan wajahnya."Saya Lena, Tuan, bukan ,Elle!" jawab wanita yang mengaku bernama Lena tersebut, tegas agar tidak diintimidasi oleh pria di depannya."Oh ---!" cuma itu yang keluar dari mulut Felix, lalu pria itu melangkah pergi tanpa berucap apapun lagi kepada Lena.Felix terus melangkah, meninggalkan Lena, yang masih terpaku menatap punggung pria tersebut. Tujua
Seminggu sudah, Felix dan anak buahnya melakukan pencarian, akan tetapi belum juga mendapatkan hasil. Hellena benar-benar menghilang, membuat Felix semakin kalut. Perasaan bersalah dan penyesalan semakin menggerogoti hatinya, membuat emosinya semakin tidak terkontrol."Bodoh, kalian semua! Apa saja yang kalian lakukan, sampai mengerjakan laporan seperti ini saja tidak becus!" Felix murka, saat meeting laporan bulanan, dia menemukan kesalahan yang tidak sengaja dilakukan oleh karyawannya.Semua orang hanya menunduk, ketakutan karena aura dingin yang dipancarkan oleh raut wajah Felix, yang sudah menggelap."Perbaiki! Jika masih tetap salah juga, lebih baik keluar dari sini!" "Baik, Tuan," ucap mereka kompak."Meeting ditunda sampai jam empat nanti!"Tidak ada jawaban dari para karyawan, tapi mereka satu persatu pergi meninggalkan ruangan meeting tersebut. Hening, seketika ruangan tersebut terasa mencekam, meninggalkan dua orang yang saling diam. Mark, sang Asisten seolah membeku oleh s
Felix, terus memeluk wanita itu sambil menyembunyikan wajahnya di pundak sang wanita. Dia sangat takut, akan ditinggalkan lagi. “Elle, tolong jangan pergi lagi! Maafkan aku, Elle!” bisik Felix, dengan air mata yang mulai menetes. Felix, pria yang terkenal kejam dan dingin ini, pada akhirnya meneteskan air matanya hanya karena seorang wanita yang berstatus ‘Istri Kontrak’.Sementara wanita yang dipeluknya, terus meronta berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan pria yang tidak dia kenal , “Lepas!” bentak wanita tersebut, sambil menyentak kasar tangan Felix yang masih memeluknya erat. “Siapa, Kau?” sambungnya, setelah berhasil melepaskan pelukan Felix, dan berbalik menatap pria itu.Beberapa menit yang lalu, Hellena yang sedang sarapan di sebuah restoran, tiba-tiba terkejut saat matanya secara tidak sengaja melihat, Felix dan anak buahnya masuk ke restoran yang sama dengan dirinya saat ini. Sebelum Felix melihatnya, Hellena lebih dulu pergi meninggalkan mejanya dan bersembunyi di dala