‘Membatalkan pernikahan dengan orang yang sudah mengambil kesucianku? Haruskah?’ Gamang hati Hellena memikirkannya. Gadis yang telah menjadi seorang wanita seutuhnya itu berpikir keras, dan akhirnya ….
“Ini sudah terjadi atas persetujuanmu. Kau tidak bisa menyalahkanku di kemudian hari jika menyesali pernikahan ini!” suara dingin Felix terdengar sangat menyakitkan. Keduanya baru saja mendaftarkan pernikahan di catatan sipil, dan langsung kembali ke mension Felix. Sekarang ini mereka sedang duduk berseberangan di sofa ruang tamu. “Aku paham,” Hellena sudah bertekad menjalani kawin kontrak tersebut, untuk menghindari perjodohan ibu tirinya. “Pernikahan yang kita lakukan itu sah, bukan kepura-puraan. Jadi, mari kita pertegas perjanjian tertulis untuk kawin kontrak kita, kan?” Hellena mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap ria di depannya. “Lalu apa yang Tuan inginkan dari kawin kontrak kita?” Gadis itu menegakkan punggungnya. Felix menatap lekat wajah cantik di depannya, kejadian pagi hari setelah malam panas saat dirinya terbangun membuatnya terkejut. Ada darah perawan di sprei warna putih. Rasa bersalah membayangi Felix, di mana dirinya telah menghancurkan kehidupan seorang perawan. Hellena yang ditatap kembali menundukkan wajahnya, berusaha menghindari kontak mata dengan pria itu. Sejenak hening, sebelum akhirnya Felix kembali berkata, “Aku hanya ada empat permintaan padamu, untuk menjalani kawin kontrak ini.” “Apa itu?” tanya Hellena dingin. Rupanya rasa takut yang kemarin sudah hilang, berganti dengan sifat aslinya yang dingin dan keras kepala seperti sebelumnya. Felix terlihat menelan ludahnya, mungkin pria itu kebingungan dengan sikap Hellena yang tiba-tiba menjadi sangat dingin, sangat berbeda dari pertama kali bertemu. “Untuk melindungi martabatku, selama kita terikat pernikahan, Kau tidak boleh dekat dengan pria manapun. Tidur satu kamar, tidak boleh pergi tana ijin, dan jangan panggil aku Tuan, tapi panggil suami!” Glek! Kini giliran Hellena yang menelan ludahnya. Dia merasa semua syarat dari perjanjian itu tidak masuk akal bagi mereka yang hanya menjalani kawin kontrak. “Itu bukan seperti syarat untuk kawin kontrak kita. Apakah Anda ingin menjebak saya dalam hubungan kawin kontrak ini?” Hellena balik menatap tajam kepada pria itu, dia tidak mau terintimidasi oleh tatapan Felix. Baginya syarat yang diajukan oleh pria itu sangat memberatkan pihaknya, dan sangat tidak masuk akal. “Tentu saja tidak! Itu baru syarat dariku, Kau masih bisa menambahkan syarat lain dalam perjanjian ini!” jawab Felix, sambil menyerahkan sebuah kertas dan pena. “Baik, tunggu sebentar!” Setelah selesai, Felix menerima kembali kertas tersebut, dan membaca isi dari perjanjian yang ditulis tangan oleh Hellena. Selain syarat-syarat yang diajukan tadi, wanita itu juga menambahkan syarat yang lain. “Tidak boleh ada kontak fisik, tidak boleh bersikap kasar, tidak boleh dekat dengan wanita manapun, dan tidak boleh melarang pihak kedua dalam melakukan apapun, selama itu tidak melanggar syarat dari pihak pertama.” Felix membaca syarat tambahan dari Hellena. Felix menaikan sebelah alis, bagaimana bisa pria dan wanita yang sudah menikah tidak melakukan kontak fisik. “Kenapa tidak boleh ada kontak fisik? Kau istriku!” “Hanya ISTRI KONTRAK, harap ingat itu!” Hellena menekankan kata istri kontrak, mencoba mempertahankan harga dirinya. “Aku punya rekaman CCTV saat Kau menyerangku untuk menidurimu, Hellena. Di sini bukan Kau yang mengatur, tapi aku!” Hellena terintimidasi pada tatapan tajam pria yang telah resmi menjadi suaminya itu, “Kau!” Raut ketegangan terlihat di wajah lesu Hellena. Keduanya jadi bersitegang, karena sama-sama keras kepala dan berpegang teguh pada ego masing-masing. Felix menatap tajam wanita di depannya, tetapi dia sangat terkejut karena ternyata Hellena tidak bisa diintimidasi oleh tatapannya. “Tambahkan saja poin, kontak fisik terjadi untuk keadaan mendesak. Tidak ada tawar menawar lagi!” dengus Felix. “Baiklah Tuan!” Cuma jawaban singkat dan tatapan dingin yang Hellena berikan. “Berbicaralah dengan nyaman, Aku bukan atasanmu!” Felix memijat kening, emosinya benar-benar terkuras untuk menghadapi wanita di depannya, tetapi dia berusaha untuk meredamnya. Kalimat sederhana tersebut mampu menggelitik hati Hellena, wanita itu memperhatikan Felix yang sedang membubuhkan tanda tangan di kedua lembar kertas. Pria itu memberikan kertas kepada Hellena selembar, dan dia memegang satunya lagi. Belum selesai mereka berbincang, suara bel pintu berdenting. “Biar aku yang membuka pintu.” Hellena buru-buru berucap, sebelum bibir Felix terbuka. “Sayang, kenapa Kau mengunci pintu ---?” Seorang wanita muda berdiri mematung di depan pintu. Dia sangat terkejut, memandang Hellena yang baru saja membukakan pintu. “Siapa Kau! Mana Felix?” Tanpa menunggu jawaban dari Hellena, wanita tersebut langsung menerobos masuk tanpa pedulikan sang tuan rumah yang berdiri mematung, melihat tamunya yang tidak tau sopan santun. “Sayang,” wanita itu langsung berlari kecil menghampiri Felix, dan hendak memeluknya, akan tetapi Felix langsung berdiri dan menatapnya tajam. “Mau apa Kau kemari?” tanya Felix dingin. Wanita tersebut tersenyum manis, sambil bergelayut manja di lengan Felix. Pria itu mencoba menepis tangannya tetapi bukannya terlepas, tapi malah semakin erat pelukan wanita itu pada tangannya. “Siaa wanita itu Tuan?” Hellena menunjuk wanita yang ada di sebelah Felix. “Aku bisa jelaskan ---” “Hei, Kau pembantu baru, tidak kenal Aku? Aku istri Felix, Queen Hilton!” wanita itu lebih dulu menjawab Hellena, sebelum Felix sempat menyelesaikan ucapannya. “Is … tri?” Terbata Hellena mengulang ucapan wanita itu, dengan mata yang terbelalak kaget. Terkejut sudah pasti, tetapi Hellena berharap itu hanyalah kebohongan. Istri? Bagaimana bisa wanita itu menjadi istri Felix, sedangkan yang baru saja mendaftarkan pernikahan di Catatan Sipil bersama pria tersebut adalah dirinya?“Tuan Muda, Nyonya Muda menghilang, kami sudah mencari ke seluruh penjuru Rumah Sakit, tapi Nyonya belum juga kami temukan,” ucap seseorang dari seberang telepon, begitu panggilaannya terhubung dengan sang bos.“Apa!” teriak Felix, sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh anak buahnya. “Kemana kalian, kenapa dia bisa sampai menghilang begitu saja?” tanya Felix, murka.“Kami tetap berjaga di depan pintu ruangan Nyonya, Tuan! Kami tidak melihat, Nyonya keluar dari ruangan, tapi saat kami check ke dalam, ternyata Nyonya sudah tidak ada,” ucap anak buah Felix, dengan perasaan bersalahnya.“Kalian cari sampai ketemu, tapi ingat! Jangan sampai terluka, atau membuatnya takut!” perintah Felix, tegas.“Baik, Tuan!”“Check juga CCTV Rumah Sakit, sebentar lagi aku sampai!”“Baik, Tuan!”Sambungan telepon terputus begitu saja oleh Felix. Pria itu kembali menyimpan ponselnya, dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menuju Rumah sakit tempat Hellena dirawat. Tidak butuh waktu l
Hellena teriak histeris, sambil memeluk erat perutnya. Felix menghela napas berat, kesabarannya yang hanya setipis tisu, membuatnya ingin mengintimidasi wanita itu agar mau menuruti semua ucapannya. Tetapi pria itu masih terus berusaha untuk menahan emosinya, karena perasaan bersalah dalam hati.Perlahan tangan Felix, kembali terulur ingin menyentuh lembut pucuk kepala istri kontraknya tersebut, akan tetapi niatnya segera dia urungkan, manakala Hellena dengan cepat menepis tangannya. "Jangan sentuh aku! Jangan ambil anakku!" ucapnya ketus, sambil mengerucutkan bibirnya.Lagi-lagi kesabaran Felix diuji. Pria itu dengan cepat menjauhkan tangannya dari kepala Hellena, " Baiklah, aku tidak akan sentuh kalau kau menurut untuk makan!" ucapnya lembut, tapi penuh ketegasan."Hmm," gumam Hellena, sambil terus mengangguk. "Mau -mau! Mau makan," ucapnya lirih, sambil menatap sinis Felix."Pinter! Sekarang buka mulutnya, biar aku suapi," ucap Felix, sambil tersenyum.Hellena segera membuka mulutn
Sebuah mobil mewah berwarna hitam meluncur dengan kecepatan tinggi. Emosi yang membakar hati, membuat si pengemudi jadi tidak perduli dengan keselamatan dirinya, maupun pengendara lain. "Sial! Kenapa Kakek tua itu jadi ikut-ikutan menyalahkan aku?" maki Queen, sambil terus melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.Ya, pengemudi mobil hitam tersebut adalah Queen, hatinya masih diselimuti oleh rasa marah yang luar biasa, hanya karena semua yang dia lakukan tidak berhasil sesuai ekspektasi. Kakek Cristian, yang diharapkan akan senang mendengar ceritanya, ternyata malah berbalik memarahinya, hanya karena kakek tua itu tidak ingin terjadi sesuatu pada calon cicitnya, yang ada di dalam kandungan Hellena.Setelah kena marah Kakek Cristian, dan diabaikan oleh pria tua itu, Queen dengan emosi pergi meninggalkan kediaman utama keluarga Alexander. Gadis itu melajukan mobilnya dengan sangat kencang, untuk melampiaskan rasa marahnya. Hingga tanpa dia sadari, ada sebuah mobil yang ter
"Bagaimana keadaan istriku, Dokter?" Felix dengan cepat mendekati sang Dokter dan langsung menanyakan keadaan Hellena saat ini."Istri Anda sudah sadar, Tuan Muda. Tapi sepertinya Beliau menderita depresi, karena trauma berat yang dialaminya." Penjelasan Dokter, seketika membuat pria itu terdiam dengan tatapan kosongnya.Seketika tubuh Felix limbung, dan hampir terjatuh, jika saja sang Dokter tidak dengan sigap membantu menangkap tubuh lemas di depannya."Ta ... tapi, bagaimana dengan kandungan dia Dok?" tanya Felix pelan, dengan tatapan nanar ke Dokter di depannya."Kandungannya baik-baik saja, untungnya kandungan, Nyonya Muda kuat, jadi tidak terlalu terpengaruh dengan kondisinya saat ini." Dokter menjelaskan semua dengan sangat hati-hati, karena dia sangat tau bagaimana tempramen tuan muda Alexander tersebut.Ada sedikit kelegaan dalam hati Felix, ketika dia tau anak dalam kandungan Hellena baik-baik saja. Akan tetapi di balik rasa lega tersebut, masih menyimpan banyak keresahan da
“Apa ini ada hubungannya dengan sikap Tuan Muda terhadap Nyonya Muda?” dengan ragu wanita paruh baya itu bertanya balik kepada Felix.“Jawab saja apa yang aku tanyakan!” tanpa ekspresi pria itu berkata, berharap mendapatkan jawaban sesuai dengan keinginannya.Sejenak bu Serly tercekat saat menatap wajah dingin di depannya, ada keraguan dalam hati wanita itu untuk menjelaskan semuanya yang telah terjadi. Entah kenapa dia merasa kalau penjelasannya hanya akan sia-sia saja, karena pastinya sang Tuan Muda akan lebih mempercayai ucapan kakek dan calon tunangannya, dari pada dirinya yang hanya seorang asisten rumah tangga.Melihat Bu Serly yang hanya diam dan termenung, Felix pun melihat ke arahnya. “Kenapa diam?”“Anu tuan Muda, sebenarnya Tuan Besar datang untuk mengusir Nyonya dari rumah. Tapi Nyonya tidak mau pergi, kalau bukan Tuan Muda sendiri yang mengusirnya. Menurut Nyonya, hanya Tuan Muda yang berhak mengusirnya, karena Tuan Muda adalah suaminya. Orang yang sudah membawanya ke rum
Felix terus memanggil dan mengguncang tubuh Hellena, berharap istri kontraknya itu segera bangun. Tapi usahanya sia-sia, Hellena masih juga tertidur lelap tanpa mau membuka matanya. “Elle bangun!” panggilnya lagi, sambil terus mengguncangkan tubuh Hellena. “Kau harus cepat bangun Elle, bangunlah!” teriak Felix frustasi.Pria itu mengingat kembali semua yang sudah dia lakukan kepada Hellena semalam, emosi yang tidak terkontrol membuatnya lepas kendali berbuat kasar kepada wanita yang sedang mengandung anaknya itu. “Ah shit! Kenapa semalam aku harus lupakan fakta itu!”Degan cepat Felix membuka selimut yang menutupi tubuh polos Hellena, dan seketika matanya melebar dalam kepanikan yang luar biasa, saat melihat ada darah yang mengalir dari pangkal paha wanita itu. “Damn it! Aku terlalu emosi, sampai melupakan keselamatan calon anakku sendiri!”Dalam kepanikan, Felix terus berusaha membangunkan Hellena dari pingsannya dengan terus menggoyangkan tubuh istri kontraknya tersebut. Tapi semua
Dengan langkah lebar Felix memasuki apartemen, tempatnya tinggal bersama Hellena selama ini. “Hellenaaa … di mana Kau!” teriaknya, saat pintu sudah tertutup.“Nyonya sedang istirahat Tuan, tadi sempat pingsan.” ucap bu Serly, saat menyambut kepulangan Tuannya. Tapi seketika tubuh wanita paruh baya itu bergidik ngeri melihat aura kemarahan dari sang Tuan.Tanpa berkata apa pun lagi, Felix langsung menuju kamarnya. Seketika raut wajahnya semakin gelap, saat melihat Hellena sedang tidur dengan nyenyaknya. Tanpa kata, dia langsung menarik kasar selimut yang sedang menutupi tubuh Hellena.“Bangun kau wanita sialan!” bentak Felix, seraya menarik paksa tubuh Hellena agar bangun.“A … da apa?” tanya Hellena, antara takut dan terkejut.‘Plak!’ satu tamparan satu tamparan mendarat di pipi kanan Hellena yang mulus. “Ini untuk sikap tidak sopan kau pada kakek!” Hellena hanya bisa menjerit tertahan, saat merasakan sakit pada pipi dan sudut bibirnya akibat tamparan Felix. Wanita itu tidak tau apa
“Kau …!” pekik Hellena, sangat terkejut saat melihat yang datang bukanlah Felix, melainkan seorang wanita cantik dengan pakaian seksi yang memperlihatkan bagian tubuhnya yang menonjol.“Ya, ini aku! Kenapa? Kaget ya?” dengan angkuhnya wanita itu menjawab ucapan Hellena. “Minggir! Aku ingin ketemu Felix, haari ini dia pulang kan?” sambungnya dengan senyum sinis tersungging di bibirnya.Hellena tak bergeming di tempatnya, dia tidak ingin wanita itu masuk sehingga dia tidak mau memberi jqalan untuk wanita itu. Begitu juga dengan bu Serly, yang juga ikut berdiri di samping Hellena untuk menutup jalan masuk.“Minggir jalang!” bentak wanita itu, seraya mendorong tubuh Hellena sehingga tubuhnya limbung dan hampir jatuh, beruntung bu Serly sigap menangkapnya sehingga Hellena selamat.Hellena segera berdiri dan langsung menyeimbangkan tubuhnya, supaya tidak limbung lagi. Tanpa berkata apa-apa, Hellena langsung mendorong tubuh wanita itu dengan keras, agar keluar dari pintu apartemennya.“Helle
Seminggu sudah Felix melakukan perjalanan bisnis, dan hari ini dia sudah bersiap untuk pulang. Akan tetapi ada yang terlupakan dalam ingatannya, sehingga merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. “Seperti ada yang kurang, tapi apa ya?” gumam Felix seorang diri.Pria itu pun berjalan mondar mandir sambil tangan kanannya memegang dagu, seolah sedang berpikir keras untuk mengingat apa yang kurang untuk perjalanan pulangnya. Hingga tiba-tiba langkahnya terhenti dan matanya melebar karena mengingat sesuatu, “Astaga! Aku lupa tidak membelikan oleh-oleh untuk Elle!” serunya kaget.Bergegas felix keluar dari kamar hotel tempatnya menginap, di depan pintu tidak sengaja bertemu dengan Mark, yang memang sengaja ingin menemui Felix. “Mark, kebetulan sekali kau ke sini. Reschedule jadwal penerbangan kita!”Mark mengernyitkan alisnya, “Apa ada sesuatu yang terjadi Tuan?”“Tidak! Aku hanya belum membelikan istriku oleh-oleh.” Felix secara tidak sadar sudah mengakui Hellena sebagai istrinya di depan