Share

Istri Kucelku Ternyata Pewaris Tunggal
Istri Kucelku Ternyata Pewaris Tunggal
Author: ARY

Dituduh Mencuri

“Pasti Mbak yang ngambil kalung aku, kan!” tuduh Salsabila-adik kedua Alex.

“Kalung? Mbak nggak ada ngambil apa-apa Bila,” bantah Aleana.

            Perempuan keras kepala itu tentu saja tetap kekeh bahwa iparnya-Aleana yang mengambil kalungnya yang hilang, ia menggeledah kamar Aleana dan mengacak seisi kamar tanpa belas kasihan.

“Apa untungnya Mbak ngambil kalung kamu, sih! Kamu jangan seenaknya dong ngacak-ngacak kamar nanti mbak dimarahin Mas Alex!” Aleana mulai meradang.

“Heh kamu! Bisa diam? Mbak kan nggak pernah lagi dibeliin perhiasan sama Mas Alex, jadi bisa aja Mbak iri sama aku yang selalu dibeliin sama suami Mbak!” Tuduhan demi tuduhan terus dilontarkan Salsabila pada iparnya.

            Salsabila terus saja melanjutkan penggeledahannya, alih-alih menemukan kalungnya yang hilang ia justru menemukan sekotak perhiasan Aleana yang tak sengaja ditemukan perempuan keras kepala itu di dalam lemari.

“Bil-Bil, Mbak minta tolong kembaliin itu mahar pernikahan Mbak Bila.” Aleana merengek meminta belas kasihan agar sekotak perhiasannya dikembalikan.

            Senyum jahat muncul di wajah perempuan tanpa hati itu, ia membuka kotak perhiasan dan mengambil kalung yang ada di dalamnya, matanya kalap melihat kalung emas Aleana yang tampak lebih bagus daripada yang dimilikinya.

“Bagus juga, aku suka,” ucapnya, sembari menggantungkan kalung itu di lehernya.

“Tolong kembaliin itu punya Mbak! Kamu ke luar sekarang!” Aleana berusaha memaksa adik iparnya untuk ke luar dari kamar.

“Aku ambil ya! Sebagai ganti kalung aku yang hilang!” ujarnya tanpa rasa segan.

“Kamu jangan hilang akal gitu ya, itu punya mbak bukan punya kamu. Kembaliin Bila!” Aleana berusaha merebut kalungnya.

            Pertikaian pun terjadi, aksi saling tarik menarik kalung pun berlangsung hal tersebut memunculkan keributan dalam rumah yang mengundang Kanjeng-mertua Aleana datang menghampiri mereka.

“STOP! Apa-apaan sih ini?” Kanjeng tampak geram melihat keributan yang terjadi dan kamar yang sudah seperti kandang karena dihancurkan oleh Salsabila si perempuan keras kepala.

Aleana sontak terkejut dan menghampiri mertuanya itu, “Ma, Lea minta tolong Ma. Bila ngambil kalung mahar pernikahanku sama Mas Alex.”

“Ka-kalung aku hilang Ma, Mbak Lea yang ngambil jadi aku ambil balik kalungnya sebagai ganti, jadi kan impas!” ucapnya tanpa rasa bersalah.

“Oh, lancang kamu ya Lea!” pekiknya, sembari melayangkan jari telunjuknya ke dahi Aleana.

“Ma, aku mohon Ma sekali ini aja tolong kembaliin kalung aku.” Aleana mencakupkan kedua tangannya di hadapan mertuanya untuk memohon membantunya membujuk Salsabila mengembalikan kalung itu.

“Kasi aja! Lagian kamu siapa suruh ngambil kalung anak saya, kamu sih cari gara-gara!” Kanjeng tak menghiraukan Aleana yang sudah memohon-mohon di hadapannya. “Mending sekarang kamu turun terus masak! Makanan di dapur udah habis,” titahnya.

            Aleana tak berdaya, wanita itu hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan mertuanya. Ia lekas melangkahkan kakinya dan menyeka air matanya. Aleana menahan semua rasa sakit hatinya walaupun ia sendiri sebenarnya sudah muak dengan perlakuan adik iparnya.

“Ada makanan nggak?” tanya seorang pria, yang tiba-tiba sudah ada di belakang Aleana.

Aleana terkejut, “Eh, Mas. Kapan datengnya?”

“Baru aja, ada makanan nggak?”

“Aku baru masak Mas, sebentar ya,” sahutnya lembut.

“Duh, gimana sih! Cepetan ya, aku udah laper,” titahnya.

“Iya, Mas.”

            Si pria dingin itu lantas meninggalkan istrinya tanpa sepatah kata lagi, tak ada sambutan hangat ataupun ucapan sayang untuk menyemangati istrinya yang sudah lelah seharian mengurus pekerjaan rumah, seperti biasa Alex hanya bersikap acuh.

“LEAAA!” teriak Alex dari kamar.

            Aleana terkejut, sontak ia langsung meletakkan panci yang sedang dicucinya dan segera menghampiri suaminya itu.

“I-iya Mas. Kenapa?”

“Kamu ya! Dasar istri nggak becus, kamu masih nanya kenapa? KAMU BUTA YA!” pekiknya.

Aleana hanya bisa menelan udara kosong menghadapi amarah suaminya.

“Ini kamar kamu apain, hah!”

“Ma-maaf Mas, ta-tadi Bila bongkar kamar kita mau nyari kalungnya yang hilang,” ucapnya sambil tertunduk.

“Kamu punya otak kan! Bisa nggak sih kamu beresin dulu!”

“Aku tadi mau beresin Mas cuma langsung disuruh masak sama Mama,” ujarnya polos.

“Alasan kamu! Pakek bawa-bawa Mama lagi! Kamu di rumah kerjaannya ngapain aja sih? Suami pulang makanan nggak ada, kamar berantakan, heh!”

“Aku kan ngurus rumah sendirian Mas, semua  aku yang ngerjain, aku kelabakan Mas, maaf.”

            Alex yang sudah lelah sedari pulang bekerja hanya bisa memijit keningnya melihat kamarnya yang berantakan.

“Ya sudah kamu lanjut masak sana! Aku beresin dikit, habis masak kamu lanjutin beresin.”

“Iya Mas.” Lagi dan lagi Aleana hanya bisa pasrah menghadapi perlakuan yang seperti ini.

            Wanita itu kembali memasak.

“Mama, Putri pulang.” Anak perempuan yang memiliki paras manis itu langsung berlari ke arah Aleana dan memeluknya.

“Eh, anak Mama udah pulang. Langsung prepare buat makan ya Nak, ini udah mau siap.”

“Siap, Ma.”

            Aleana segera menghidangkan makanan di meja makan setelah itu ia langsung pergi ke kamar untuk membereskan kekacauan yang terjadi. Semua orang sudah berada di meja makan untuk menyantap makanan yang dihidangkan Aleana, tapi tak satu pun yang memanggil wanita itu untuk segera bergabung di meja makan.

“Mama mana, Pa?”

“Kamu kalau lagi makan jangan banyak bicara.”

“Tapi Pa, Mama nggak ikut makan sama kita?”

“Putri jangan ganggu Papanya lagi makan, malah ditanya-tanya,” tegur Kanjeng pada Putri.

“Maaf Oma.”

            Putri segera menghabiskan makanannya yang ada di piring setelah itu ia mencari ibunya.

“Mama, kenapa Mama masih di sini?”

“Putri, udah selesai makan Nak?”

“Mama nanyain aku udah selesai makan apa belum, emang Mama sendiri udah makan?” tanya Putri khawatir.

Aleana melempar senyum pada Putri, “Mama lagi beresin ini, nanti pasti Mama makan, kok.”

“Emang Mama nggak laper? Mama pasti capek seharian ngurus rumah,” ucapnya sembari tangannya mengumpulkan bantal-bantal yang berserakan.

“Sebentar aja kok ini, lagian ini udah tugas Mama jadi nggak mungkin Mama tinggalin, kasian Papa nanti istirahat kamarnya berantakan malah nggak nyaman istirahatnya.”

“Kenapa sih Mama selalu perhatiin Papa? Kan Papa nggak pernah peduli sama Mama, tadi aja Mama nggak ikut makan semuanya nggak ada yang peduli Mama lagi kelaperan atau nggak!” ucapnya kesal.

“Eh, nggak boleh gitu ngomongnya. Papa kan suami Mama jadi wajib buat Mama perhatiin, kamu lain kali hati-hati ngomongnya ya sayang, takut Papa denger nanti Papa sakit hati, lo.”

“Mama mau sampai kapan kayak gini? Kan emang kenyataannya begitu. Papa nggak pernah perhatian sama Mama, Putri juga heran dan bahkan sampai lupa kapan terakhir kali lihat Mama sama Papa akur, kerjaannya berantem mulu.”

Aleana memegang tangan anaknya, “Sayang, Mama nggak papa, kok. Terima kasih ya udah peduli sama Mama.”

“Hah, kalau Mama kewajiban sebagai seorang istri memerhatikan suami terus Papa nggak pernah peduli sama Mama, kewajiban Papa sebagai suami Mama apa dong?”

Bersambung …

           

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status