LOGIN“Cih, terus sekarang kamu mau apa hah? Kamu mau cerai atau mau lapor keluarga aku? Ingat ya, masih ada Putri yang bakalan sedih kalau kamu ngelakuin itu. Kamu emangnya mau ngerusak kebahagiaan anak kesayangan kamu dengan merusak keluarga utuhnya nanti?”
Rahang Aleana mengerat dan matanya memerah, ia membalikkan badan lantas pergi begitu saja dari kamar itu.
“Mama, kok Mama lama sih? Habis dari mana?”
“Kan Mama udah bilang Mama tadi belanja sayang,” sahutnya datar.
“Mama baik-baik aja kan?” Putri merasakan ada hal yang janggal.
“Ya, Mama baik-baik aja.”
Sepanjang perjalanan Aleana terdiam dan tidak memulai percakapan dengan Putri seperti biasanya. Dada wanita itu masih sesak setelah kejadian tadi, betapa hancurnya hati seorang istri harus menyaksikan suaminya tidur dengan wanita lain dan ia tidak bisa berbuat apa-apa setelahnya.
“Oma, Putri pulang.”
“Eh, sayangnya Oma sudah pulang. Habis ini langsung makan ya!”
“Iya, Oma.”
“Alex, tumben pulangnya barengan dengan Putri.”
DEG!
Jantung Aleana berdegup kencang ketika mendengar nama itu disebut.
“Iya, Ma. Kerjaan di kantor lagi nggak padet,” kilahnya, padahal ia tidak ke kantor hari ini melainkan pergi ke hotel bersama wanita simpanannya.
“Oh, gitu. Ya udah kita sekalian makan bareng.”
“Putri ayo turun, kita makan sayang. Ajakin tante Bila juga.”
“Lea! Ayo sini makan.” Panggil Alex pada istrinya.
Semua orang yang ada di meja makan menatap pria itu dengan tatapan terkejut, pasalnya sebelumnya ia tak pernah sepeduli ini dengan Aleana. Wanita itu pun tak luput dari rasa kaget.
“Kok diem aja? Sini dong!” Panggilnya untuk yang kedua kalinya.
Aleana dengan ragu meraih kursi di sebelah Alex dan duduk dengan wajah yang menegang. Putri yang menyaksikan hal tersebut lantas mengukir senyum kecil di wajahnya, andai saja gadis itu tau hal apa yang telah terjadi di antara kedua orang tuanya kemungkinan senyum itu tak mau singgah di wajah lugunya itu.
“Kalau Papa sama Mama gini tiap hari kan Putri jadi seneng lihatnya.”
“Iya dong sayangnya Papa, apa sih yang enggak buat kamu.” Alex mengucapkannya dengan penuh kepercayaan diri.
Dalam benak Aleana ia merasa muak sekaligus jijik dengan kelakuan Alex yang pandai menjilat.
*
“Maksud kamu barusan apa Mas?” Aleana emosi.
Alex mengambil langkah mendekati Aleana, meraih pundaknya dan membelainya.
“Stsss, kamu semakin marah ternyata semakin cantik.” Alex menggoda Aleana.
“Kamu kenapa sih? Jijik aku lihat kelakuan kamu!” Tubuh Aleana mulai menegang.
Jemari Alex meraih kancing kemejanya dan Alex perlahan menanggalkan bajunya, dadanya yang bidang itu pun terlihat, tubuh Alex semakin mendekat meraih Aleana, ia mendekap erat tubuh wanita yang tengah emosi itu dari belakang.
“Lepas Mas!”
“Ayo lah! Kamu nggak usah gengsi gitu sama suami kamu!”
Amarah Aleana sedang diuji, ia sangat muak dengan kelakuan gila suaminya. Wanita itu melepas dekapan Alex dengan paksa, sembari mengangkat tangannya ke udara.
PLAK!
Satu tamparan telak mendarat di pipi Alex, menyisakan noda memerah di wajah pria yang memiliki rahang tegas itu.
“Belum puas kamu sama wanita penggoda itu, HAH!!!” umpatnya, amarah Aleana sudah tak lagi terbendung.
Tangan Alex meraih pipinya dan menggosok-gosok pipinya yang terasa perih.
“Aw, kuat juga tangan kamu.”
“Cukup Mas!”
“Gimana sayang keputusan kamu? Kamu mau bongkar semuanya?” tanyanya seraya menyombongkan diri.
Tubuh Aleana bergeming, ia tak sengaja seketika meneteskan air mata.
“Kenapa kamu diem aja? Kamu belum cerita kan!” Alex terus saja menggoda Aleana. “Oh, kamu nangis? Cup-cup, ini baru namanya istri aku, nurut!” ucapnya, sembari tangannya meraih kepala Aleana dan mengusap-usapnya.
Aleana hanya bisa pasrah.
“Aku mau mandi, kamu mau mandi bareng?” tanyanya, dengan wajah yang dihiasi senyum penghinaan.
Wanita itu memalingkan wajahnya, tubuh Aleana terkulai lemas ia hanya bisa menangis tersedu. Wanita 35 tahun itu tak berdaya dengan kondisi ini, ia terpaksa bungkam hanya demi Putri-anaknya. Aleana takut jika ia dan Alex berpisah akan berdampak besar dengan kesehatan mental Putri.
***
“Putri seneng deh, lihat Mama sama Papa bisa akur lagi.”
Aleana terdiam, ia fokus menyisir rambut anaknya tanpa menghiraukan pernyataan gadis berparas manis itu.
“Waktu ini Putri sempet sedih, soalnya kalau di sekolah teman-teman semuanya cerita masalah orang tua mereka ada yang bahagia dan ada yang kasian banget ceritanya. Mama tau nggak si Khanya? Temen sebangku Putri itu lo, katanya dia, hampir setiap hari orang tuanya berantem mulu katanya sih karena ibunya Khanya selingkuh ….”
Deg! Ketika mendengar kata selingkuh napas Aleana terengah, ia masih tak merespon pernyataan Putri.
“Dan akhirnya kata Khanya ibu dan ayahnya berpisah, terus semenjak itu Khanya jadi sering nangis karena jarang bersama kedua orang tuanya, sekarang mereka pisah rumah. Di sekolah Khanya juga jadi murung mulu nggak seperti biasanya yang ketawa-tawa bareng kita, kasian kan Ma?” Putri berbalik, namun Aleana tetap tak menghiraukan, tubuhnya bergeming dan tatapannya kosong. “Ma!” panggilnya.
Aleana terkejut, “Eh, iya.”
“Mama dengerin Putri cerita kan?”
“A, i-iya sayang Mama denger.”
“Menurut Mama gimana? Kasian kan, Putri nggak bisa ngebayangin kalau Putri ada di posisinya Khanya pasti bakalan sedih banget kayak dia, tapi itu nggak mungkin sih soalnya kan Mama sama Papa sekarang udah baikan.” Gadis itu langsung mendekap erat Aleana.
Aleana hanya membalas senyum tipis, “Iya sayang. E, semua perlengkapan udah Mama siapin, kamu tinggal berangkat aja. Hati-hati ya!”
Putri meraih tangan kanan Aleana dan menciumnya, “Putri pergi les dulu ya Ma, i love you.”
Setelah Putri pergi ternyata sedari tadi ada Alex yang tengah berdiri di balik pintu dengan memasang senyum yang lebar pada Aleana, pria egois itu mendengar semua percakapan antara anak dan ibu.
“Kayaknya tadi menarik banget obrolan kalian! Ngomongin apa sih?” tanyanya, masih dengan senyum lebarnya.
Aleana tak menggubris pertanyaan Alex.
“Si Khanya kasian banget ya, orang tuanya cerai. Hmm, jadi anak yang murung dan selalu nangis karena orang tuanya pisah rumah, kira-kira kalau Putri kesayangan kita ngerasain hal yang sama apa … emm dia juga bakalan jadi anak yang murung seperti Khanya?” ucapnya tanpa rasa belas kasihan.
“Stop Mas! Aku harap kamu nggak bahas tentang ini lagi!” Aleana mulai terganggu.
“Oh, itu artinya Putri gagal jadi anak yang broken home, aduhhh betapa beruntungnya Putri memiliki orang tua yang harmonis seperti kita.”
Rahang Aleana mengeras, ia mengerinyitkan dahinya, telinga wanita itu mulai panas mendengar celotehan Alex si pria berengsek.
“Aku bilang stop! Stop Mas! Kamu jangan sekali-kali ngucapin kata yang enggak-enggak tentang Putri dari mulut kamu yang kotor itu!”
“Aduh, jangan marah-marah sayang nanti kita nggak harmonis lo kasian Putri.”
“Hentikan omong kosongmu itu, aku muak dengernya!”
“Jadi itu artinya proposal aku untuk bersenang-senang dengan wanita lain kamu acc, iya kan sayang?”
Bersambung …
Hai readers >3 Selamat datang di karyaku yang kedua, jangan lupa tinggalkan krisannya di kolom komentar ya! Sehat selalu semuanya :) Terima kasih :) Happy reading love >3
***[Halo, Putri!][Ini siapa?][Ini Papa Nak! Kamu apa kabar?][Kenapa nelpon-nelpon Putri lagi? Selama ini Papa ke mana saja?] tanyanya kesal.[Kamu kan tahu akses Papa ke kamu susah, jadi Papa susah juga hubungin kamu,] jelasnya.[Mau apa? Langsung to the point saja, Putri sibuk!] balasnya datar.[Kok Putri begitu sih ke Papa Nak? Papa kan selama ini sayang sama Putri terlebih lagi eyang,] jelasnya, Alex mencoba merayu Putri.[Hmpp, Papa sudah lupa ya sama perbuatan keluarga Papa ke aku dan Mama? Jangan tiba-tiba lupa ingatan begitu dong Pa! Emang selama ini aku nggak bisa nilai bagaimana cara keluarga Papa memperlakukan Mama seperti pembantu di rumah? Untung-untung masih aku anggep sebagai orang tua aku! Ngapain sih pakek cari-cari aku segala sekarang dari dulu ke mana saja?] Putri mengeluarkan unek-uneknya.[Putri-Putri, stsss! Kasi Papa ngasi kamu penjelasan dulu, Papa kayak begitu itu dulu dan sekarang Pa
***“Zahra! Kamu dari tadi diem di kamar aja, memang kamu nggak tau apa makanan sudah habis?”“Hubungannya sama saya apa?”“Kurang ajar kamu ya! Kamu tu memang nggak tau sama sekali tugas kamu di rumah ini sekarang apa ya?” tanyanya tegas.“Loh emangnya apa? Saya merasa nggak ada tugas apa pun yang harus saya kerjakan!” jawabnya santai.“Kayaknya Alex harus benar-benar ngasi tahu kamu, sebelum darah tinggi saya naik harus ngomong ini itu ke kamu!” jelasnya.“Mau ngasi tahu apa hah? Saya nikah dengan Alex ya dijadikan istri sama anak Mama, jangan harap saya mau dijadikan babu sama seperti Aleana sebelumnya!” tekannya.“Kamu!”“Apa? Mama mau marah? Jangan lupa ya anak kesayangan Mama itu lagi di bawah kendalinya siapa?” Ya kalau Mama mau anak Mama itu hancur lagi silahkan saja!” ancamnya.“Sialan, saya kira dia seperti Aleana yang bisa diatur seenaknya! Tahu begitu saya tidak akan pernah memberikan restu kepada Alex pada saat ia mendekati wanita licik ini!” celetuknya dalam hati.“Kenap
***“Gara-gara si Zahra jadi gua harus menyaksikan semua ini! Pasti Aleana sengaja ngajak Aji sialan itu untuk datang ke pernikahanku hanya untuk manes-manesin aku! Kok bisa sih wanita rendahan kayak dia bisa dapetin Aji, muak banget gua lihat wajah mereka yang puas setelah berhasil ngerendahin gua!” Tampaknya rencana kali ini benar-benar senjata makan tuan, pasalnya justru Alex yang lebih merasa terbakar perasaannya, Alex tak terima jika Aleana mendapatkan pasangan yang lebih tinggi derajatnya dari dirinya. Lelaki tak tahu diri itu merasa Aleana tak pantas mendapatkan Aji.“Mas!” pekik Zahra yang sudah sedari tadi berdiri di samping Alex.“Loh, kamu kok tiba-tiba di sini? Bikin kaget saja!” keluhnya.“Aku disuruh Papa buat nganterin bekel siang buat kamu!” ucapnya dengan terpaksa.“Tumben! Tapi ... kalau misalnya kamu ter
“Iya, ini semua tentang huru-hara yang telah terjadi karena itu, saya mohon maaf mungkin setelah berita itu tersebar anda pasti merasa sangat tidak nyaman,” jelasnya. Aji tampak merasa sangat bersalah karenanya.“Oh itu, jelas. Kebetulan juga saya ingin membicarakan hal ini pada anda, saya yakin anda pasti sudah tahu ini semua bakalan terjadi kan makanya anda ngebet ngajak saya menghadiri undangan Alex!” tuduhnya kesal.Aji diam sejenak, ia mendengarkan dengan saksama celotehan Aleana.“Sudah selesai?”“Hmpp!”“Saya ke sini untuk memperbaiki itu semua, bukan untuk membuatnya semakin parah. Aleana sekali lagi saya ingin tegaskan di sini, bahwa saya tidak pernah bermaksud sedikit pun untuk mengganggu kenyamanan anda, tetapi anda kan tahu sendiri kalau saya begitu terkenal jadi tak heran jika semua orang akan membicarakan perihal kejadian beberapa hari lalu,” jelasnya. Aji sedikit menyombongk
***“Kamu ni kalau ngomong emang nggak bisa disaring ya!”“Apa lagi Zahra?”“Gara-gara kamu ngomong keceplosan saat hari pernikahan kita jadinya orang-orang pada tau kamu mantan napi! Makanya kalau punya mulut itu dijaga, bikin malu aja!” keluhnya.“Lah, kamu kok jadi nyalahin aku sih! Kan kamu sendiri yang undang mereka ke pernikahan kita, emangnya aku salah apa? Coba aja kamu nggak ngundang mereka, pasti aku nggak bakalan kepancing emosi gitu!” belanya.“Kamu ni kalau dikasi tau emang suka ngeyel ya! Lagian aku cuma ngundang Aleana ya mana tau aku kalau dia pacarnya si Aji itu! Tapi toh kamu juga setuju kan, kok jadi ikut nyalahin aku juga sih!”“Ya intinya kalau kamu nggak ngundang dia, ini semua nggak bakalan pernah terjadi!” tegasnya. Alex pergi begitu saja.*“Eh-eh lihat deh itu pacarnya Aji kan?”“Eh iya, canti
Resepsi pernikahan besar-besaran digelar, tak tanggung-tanggung undangan pernikahan mencapai seribu orang. Zahra si wanita licik itu benar-benar memanfaatkan kekuasaan ayahnya.“Kira-kira Aleana punya nyali nggak ya datang ke pernikahan kita?” tanyanya pada Alex.“Apa? Aleana, kamu ngundang Aleana ke pernikahan kita?” tanya Alex meyakinkan terhadap apa yang barusan ia dengar.“Iya, emang kenapa? Kamu nggak setuju, telat Mas. Lagian pernikahan kita ini memang sengaja buat dia lihat hari kebahagiaan kita kan!” tegasnya.“Kali ini aku memang tidak turut campur tapi kalau dipikir-pikir setelah kejadian dia memenjarakan aku beberapa tahun silam rasanya undangan pernikahan ini akan menjadi hadiah yang menyenangkan untuknya hahaha,” ucapnya dalam hati. Alex merasa sangat puas.“Gimana ide aku?”“Aee, bagus! Lagi pula







