Share

Di Ranjang

“TEGA KAMU MAS! Kamu akan membayar semua atas perbuatanmu ini!”

“Apa kamu bilang? Berani kamu ngancem aku? Heh, ingat ya kamu tanpa aku tidak ada apa-apanya! Emang kamu nggak inget dulu kamu itu cuma sebatang kara, kalau aku nggak nikahin kamu mungkin sekarang kamu jadi gelandangan nggak jelas.”

“Jaga mulut kamu ya!”

“Udahlah Lea! Bisa apa sih kamu? Nggak usah sok-sokan punya nyali besar gitu! Kamu tuh nggak ada apa-apanya dibandingkan aku,” cecarnya.

            Dengan tatapan sombongnya Alex terus saja merendahkan Aleana, seakan-akan dirinya punya kuasa penuh terhadap diri istrinya.

“Dan ingat satu lagi, kamu nggak punya hak untuk ngatur-ngatur aku mau berhubungan sama siapa aja itu terserah aku!” tegasnya.

            Alex kembali ke ranjang hendak ingin melanjutkan tidurnya, namun Aleana memegang lengan Alex, menariknya dari ranjang hingga pria itu terbangun.

“Malam ini aku nggak mau tidur sama kamu! Ke luar!” Aleana sangat marah.

Alex yang juga tengah emosi dan tampak muak, tanpa sepatah kata pun langsung menarik selimut dan membawanya ke luar bersamanya.

***

“Papa ke mana Ma?” tanya Putri, yang tengah menyantap sarapannya.

“Ya seperti biasa kan Papa paginya harus ke kantor,” sahutnya.

“Masa sih? Soalnya semalem Putri pas mau ngambil air minum ke dapur nggak sengaja lihat Papa pergi naik mobil, emang Mama nggak denger suara mobil Papa?”

“Udah berapa kali Oma bilangin kalau lagi makan jangan kebanyakan ngobrol! Kamu juga Lea ajarin dong anak kamu!” timpal Kanjeng.

“Maaf, Ma.” Pikiran Aleana seketika bertanya-tanya setelah mendengar pernyataan anaknya.

            Wanita itu penasaran ke mana perginya suaminya itu setelah pertengkaran semalam, tetapi di sisi lain ia tetap merasa khawatir Alex akan melakukan hal yang tidak-tidak karena merasa sakit hati setelah dituduh selingkuh oleh Aleana.

“Kamu habis bertengkar ya dengan Alex?” Tiba-tiba Kanjeng melontarkan pertanyaan dan membuat Aleana yang sedang menyeduh teh terkejut.

“E-e ma-maaf Ma, semalam Lea nggak bermaksud ….”

“Nggak bermaksud gimana maksud kamu?” potongnya.

            Aleana mengalihkan pandangannya, rupanya Kanjeng tidak tahu jika semalam Aleana membiarkan Alex tidur di luar. “E maksud Lea, semalam kita cuma salah paham  aja kok Ma,” kilahnya.

“Oh, ya udah sana kamu beresin peralatan makan yang di atas meja!” titahnya.

“Iya, Ma.

            Aleana dengan saksama mengambil sedikit demi sedikit peralatan makan di meja dan membawanya ke wastafel untuk dicucinya, sedangkan Kanjeng sedang asyik menyeruput segelas teh sembari menggeser-geser gawainya dan duduk santai di depan TV.

“Ma.”

“Kenapa?” sahutnya ketus.

“E, Lea boleh nggak nanti jemput Putri ke sekolah?”

“Tumben,” jawabnya meragukan.

“I-iya Ma, soalnya biar sekalian Lea ke luar nyari persediaan bahan masak yang udah habis.”

“Oh, ya-ya,” jawabnya tanpa curiga.

            Wanita itu sengaja beralasan akan menjemput anaknya tetapi bukan itu tujuan utamanya.

*

“Permisi! Apa bapak Alex ada di kantor ya?”

“Bapak Alex Pangarep ya maksud ibu?”

“Iya benar, saya istrinya.”

“Oh, istrinya ya.” Resepsionis itu terkejut ketika mengetahui yang ada di hadapannya adalah istri Alex. 

“Maaf ada masalah ya?”

“Oh, tidak bu. Mohon maaf sebelumnya bapak Alex tidak masuk kantor hari ini,” jelasnya.

“Tidak masuk kantor?” Aleana mulai curiga.

            Aleana langsung bergegas pergi dari kantor Alex, ia merogoh tas dan mengambil gawainya, jari-jari tangannya menggeser-geser layar tampak sedang mencari nama kontak seseorang dan segera menghubunginya.

[Hmm. Oke, baik terima kasih] Panggilan pun diakhiri, ia langsung bergegas pergi dan naik taksi yang sudah dipesannya sedari tadi.

“Ke alamat ini ya pak!” Menyodorkan gawainya untuk menunjukkan alamat.

“Baik, bu.”

            Wanita itu pun sampai ditujuan, hotel Westin, ia segera menuruni taksi yang dikendarainya tadi. Aleana tampak begitu anggun mengenakan dres hitam dengan high heels yang sangat serasi dengan kaki putih mulus dan jenjangnya itu serta tak lupa dengan tas coklat yang sangat matching dengan penampilannya hari ini.

“Baik ibu, di kamar no.19. Ini kuncinya.”

“Terima kasih.” Aleana menaiki lift menuju kamar no.19.

            Wanita itu sedikit mendongak menoleh ke atas [19], ia rupanya sudah sampai di depan pintu kamar yang ia tuju. Deg! Perasaan Aleana mulai tak karuan, ia perlahan membuka pintu kamar tersebut.

KREK [pintu kamar dibuka]

            Sejenak Aleana terdiam sebelum akhirnya tangan kanannya meraih segelas air putih yang berada di atas meja kecil tepat di sisi kanan sebelah pintu masuk. Perlahan high heels-nya itu diajak menyusuri lantai hotel mendekati ranjang, tangan kanannya yang memegang segelas air putih tadi diangkat ke udara, membalikkan gelas tersebut dan airnya membasahi wajah pria yang tengah tertidur lelap di ranjang tersebut. Diletakkannya segera gelas itu dan kini tangannya beralih menarik selimut dari ranjang.

Pria itu terkejut, “Ah, sialan!” Ia mengumpat.

“Udah jam segini kamu nggak mau bangun, Mas?” tanyanya berusaha tenang.

            Ternyata pria yang sedang tertidur tersebut adalah Alex-suaminya dan yang lebih mengejutkan lagi adalah pria itu tidak sendiri di sana, ada sesosok wanita yang tidur bersamanya hanya mengenakan pakaian d*l*m yang juga terkejut dengan kedatangan Aleana secara tiba-tiba.

“Le-Lea, kamu kenapa bisa ada di sini?” tanyanya kebingungan, ia sangat kikuk.

“Nggak penting kamu tau,” sahutnya tenang. “Jadi ini maksud kamu dengan tidak mungkin melakukan perbuatan rendahan? Maksud kamu ini elegan gitu! Dengan mesen kamar hotel mahal dengan wanita penggoda seperti dia!” Aleana lepas kendali.

“Jaga mulut kamu ya! Suami kamu yang goda saya!” bantahnya tak terima. Wanita yang tadinya hanya ketakutan bersembunyi di balik selimut itu seketika angkat bicara ketika mendengar kata wanita penggoda.

Aleana menatap tajam wanita yang telah tidur bersama suaminya itu, “Yang memberi hak kamu bicara di sini siapa?”

“Kamu nggak udah sok-sokan ngatur aku!” Pria arogan itu akhirnya berbicara.

“Mas! Kamu masih nggak mau mengakui perilakumu yang menjijikkan ini?”

“Apa kamu bilang, menjijikkan? Kamu berani ngerendahin suami kamu, hah!” pekiknya.

Aleana mendengus, “Hah, ternyata kamu sadar kalau kamu masih seorang suami, aku kira kamu udah lupa Mas, makanya kamu seenaknya ngelakuin ini kayak orang bujangan. Lagi pula tanpa aku ngerendahin kamu perilakumu ini memang sudah rendahan!”

TRING! [gawai Aleana berbunyi]

Aleana segera mengangkatnya.

[Halo, iya sayang.] Aleana berusaha menenangkan nada suaranya agar Putri tidak curiga.

[Halo, Ma. Mama sekarang lagi di mana? Kata Oma Mama jemput Putri hari ini.]

[Iya, sayang. Mama masih belanja, kamu tunggu sebentar ya!]

[Oke, Ma. Jangan lama-lama ya!]

[Iya, sayang.] Panggilan pun diakhiri.

“Anak kamu telfon, aku harap kamu masih ingat kalau kamu punya anak, meskipun kamu lupa kalau kamu sudah punya istri,” sindirnya.

“Cih, terus sekarang kamu mau apa hah? Kamu mau cerai atau mau lapor keluarga aku? Ingat ya, masih ada Putri yang bakalan sedih kalau kamu ngelakuin itu. Kamu emangnya mau ngehancurin kebahagiaan anak kesayangan kamu itu dengan merusak keluarga utuhnya nanti?”

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status