Kini sudah sampai dikediaman Dion, setelah memarkirkan mobilnya Niko pun melihat ke sampingnya.Ranti sudah terlelap di sana.Membuat Niko tak tega untuk membangunkan wanita itu.'Setelah hari ini kamu akan terus ikut kemanapun aku pergi, aku tidak mau punya keluarga yang hancur seperti keluarga ku,' batin Niko.Dia demikian karena ingin memiliki rumah tangga yang harmonis, tak membuat anaknya kelak merasakan yang dia rasakan.Hingga Niko pun turun dari mobil kemudian dia membuka pintu mobil kembali bermaksud untuk mengangkat Ranti yang masih terlelap, dia tak tega membangunkannya.Sehingga ini adalah keputusan tepatnya.Namun saat itu Ranti pun terjaga, membuat Niko pun mengurungkan niatnya untuk mengangkat Ranti."Kamu sudah bangun?""Iya, aku bisa jalan. Malu tau, kalau diliatin orang," jawab Ranti."Ya, sudah," Niko pun mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Ranti."Seharusnya aku tidak perlu ikut, untuk apa aku ke sini. Lebih baik tidur di rumah saja," gerutu Ranti.Sebab, Rant
Degh!Raya pun mematung di depan pintu, dia hendak keluar dari rumah untuk membelikan obat untuk Nia seperti yang diperintahkan oleh Niko.Namun, saat kakinya hendak melangkah keluar malah melihat seseorang yang cukup membuatnya menjadi trauma.Reza.Reza berdiri di sana menatap Raya juga.Raya yang shock pun menjatuhkan kunci mobilnya, dia bahkan lupa mengambilnya kembali."Reza," kata Barra yang baru saja menginjakkan kakinya di ambang pintu.Reza pun kini beralih melihat Barra yang menyebutkan namanya."Om," Reza pun tersenyum sambil sedikit menundukkan kepalanya."Kamu sudah bebas?" tanya Barra lagi.Sebenarnya dia tak perlu lagi untuk bertanya, karena tentu saja dia sudah tahu.Karena dia yang sebenarnya membebaskan Reza, itupun karena perintah dari Dion.Sedangkan Dion melakukannya karena kasihan pada Bunga yang terus saja memikirkan Reza yang sudah cukup lama berada di balik jeruji besi.Awalnya Dion sudah membebaskan Reza, tapi Reza menolak karena merasa dirinya pantas untuk m
Kini baru Reza tahu sakitnya saat anaknya sendiri tak mengetahui siapa Ayahnya sendiri.Lagi-lagi Reza meyakinkan dirinya bahwa hukuman ini sangat pantas dia dapatkan untuk seorang Ayah yang sudah menjadi penjahat untuk anaknya sendiri.Andai pun suatu hari nanti Zaki tahu siapa dirinya, Reza yakin anaknya akan sangat menyesal karena memiliki Ayah sejahat dirinya.Menyedihkan?Tentu, seiring dengan penyesalan yang tidak hentinya.Kini Reza pun melihat Nia yang juga terus melihatnya sejak tadi.Nia melihat Reza dengan perasaan was-was, dia takut Zaki kembali menjadi korban.Apa yang dilakukan oleh Reza meninggalkan rasa trauma yang begitu mendalam di hati Nia.Sehingga, dia tak bisa melupakan semuanya dengan begitu saja."Nia, aku benar-benar minta maaf. Aku tahu ucapan maaf ku tak akan bisa membuat keadaan menjadi baik-baik saja. Tapi, aku sungguh menyesal. Dan, Zaki tidak akan pernah tahu siapa aku yang sebenarnya. Aku juga tidak mau dia malu karena memiliki Ayah seorang narapidana,"
Nia tidak tahu mengapa bisa Bunga malah memohon seperti ini pada dirinya yang tidak ada hak untuk memberikan keputusan.Dirinya merasa hanya orang lain, sekalipun menantu di keluarga tersebut.Tetap saja tidak ada kekuatan yang membuatnya mengambil keputusan untuk hal seperti ini.Lantas mengapa bisa Bunga mintanya untuk membuat Reza tetap tinggi di rumah itu?Ini sangat diluar pikiran Nia selama ini."Mama, ayolah. Jangan begini."Nia pun mencoba untuk membuat Bunga tidak memohon padanya.Tetapi sulit sekali, karena Bunga tetap saja memohon padanya tanpa hentinya.Membuat Nia semakin merasa tidak enak hati saja."Mama mohon Nia," pinta Bunga tidak ada hentinya.Nia pun melihat raut wajah Dion, dia tak tahu apa yang kini di pikiran suaminya tersebut.Tapi dia benar-benar merasa takut, apa lagi Bunga mengatakan ingin menghabiskan masa tua bersama keluarganya.Dia sudah menganggap Bunda sama dengan Ibu kandungannya Farah.Sehingga sulit sekali saat keadaan yang seakan siap membuatnya ha
Suasana malam ini benar-benar berbeda dari biasanya.Tentunya karena kini semua sudah berkumpul kembali.Terutama Bunga yang tak hentinya tersenyum melihat wajah-wajah keluarganya yang kini tengah duduk di kursi meja makan untuk menikmati makanan malam ini setelah lama tidak seperti ini.Tapi tiba-tiba saja wajah Reza tampak seperti ada kesedihan yang mendalam.Padahal sebelumnya terlihat baik-baik saja.Tangannya hanya memegang dua sendok makan.Terdiam dengan pikirannya yang jauh melayang entah kemana."Reza."Panggilan itu membuat Reza pun tersadar dari lamunannya.Melihat wajah wanita paruh baya yang baru saja memangginya.Tampak jelas Bunda begitu menyayangi dirinya, padahal Papanya hanyalah anak angkat.Mungkin pada dasarnya Bunga memang memiliki hati yang baik dan lembut."Ya, Oma," jawab Reza."Kamu tidak bahagia berkumpul dengan Oma ataupun yang lainya?" tanya Bunga.Reza pun meletakkan sendok di tangannya agar berfokus melihat Bunga.Karena itu sangat tidak mungkin, Reza bah
Raya masih terdiam duduk di dapur, pikirannya hanya ada kekacauan yang melanda.Mengingat Reza sudah kembali ke rumah tersebut, lantas bagaimana dengan dirinya yang masih berada di sana?Raya tak mungkin terus berada di rumah itu, bagaimana mungkin tinggal satu atap dengan pria yang sudah akan berpisah.Keputusan terbaiknya adalah pergi secepat mungkin.Hingga Raya pun tersadar dari lamunannya saat melihat ada seseorang yang duduk saling berhadapan dengan dirinya.Raya pun tertegun melihat pria yang tak lain adalah Reza.Tapi apakah yang akan dibicarakan oleh Reza?Dirinya yang tak tahu malu?Dirinya yang diminta untuk segera meninggalkan rumah ini?Adakah kalimat cacian yang nantinya dia dengar?Entahlah.Raya akan menunggu dan mendengarkan semua yang akan dikatakan oleh Reza, dia tak akan berdebat sama sekali.Lelah rasanya terus berdebat dalam masalah yang tidak ada hentinya, berdamai dengan keadaan adalah solusi untuk hidup lebih tenang.Jika pun ada kalimat cacian maka itu tidakl
Jika yang lainya larut dalam suasana haru. Maka, berbeda dengan Niko dan juga Ranti.Ranti yang terlelap di bawah selimut merasa terusik.Niko yang menutup lubang hidung Ranti.Jika wanitanya itu sedang kesal.Berbeda dengan Niko yang malah semakin bersemangat untuk melakukan sesuatu yang hendak dia lakukan.Padahal mata Ranti masih sangat berat untuk terbuka, bahkan hanya tangannya yang berusaha untuk menyingkirkan tangan Niko yang tak hentinya menyumbat lubang hidungnya dengan kapas.Sampai akhirnya Ranti benar-benar kesal, dia pun memaksa membuka matanya dengan lebar dan menatap Niko dengan kesal."Niko, kamu itu punya masalah apa coba sama aku?" Niko pun tersenyum melihat Ranti marah padanya.Dan senyuman Niko malah membuat Ranti semakin kesal saja."Lihat!" Ranti menunjuk jam dinding."Ini jam berapa?" tanya Ranti.Niko pun mengangkat kedua bahunya dengan santai."Apa matamu itu rabun?" tanya Niko yang kini semakin membuat Ranti semakin kesal."Kenapa bertanya begitu?" Ranti ta
"Kau menyiksa siapa?" tanya Dion.Dion dan Nia juga mendadak muncul saat mengetahui ada keributan di hari yang masih sangat gelap gulita ini.Tentu saja keduanya bergegas untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana.Ternyata benar ada sebuah hal yang sepertinya perlu untuk diselesaikan.Awalnya mengira yang terlibat cekcok adalah Raya dan juga Reza.Tapi nyatanya dia orang itu tak ada di sana, malah hanya ada anaknya Dila."Wanita ini," Niko pun menunjuk Kiara, "dan, putri cantik mu ini," Niko pun kini beralih menunjuk Dila, "menuduhku menyiksa istri ku!" terang Niko."Bukan menuduh, Tuan Dion. Kami punya buktinya," dengan sangat percaya diri Kiara pun mengeluarkan ponselnya.Kemudian mencari hasil rekaman yang dia lakukan sebelum akhirnya masuk.Untuk dijadikan bukti jika saja nanti keadaan berbalik menyerang dirinya.Dan ini adalah buktinya, untung saja Kiara tidak bodoh.Lihat saja semua itu bisa dia gunakan agar keadaan tak berbalik padanya yang malah tertuduh.Padahal Niko