Share

Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin
Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin
Penulis: Rizuki

Bab 1.

Penulis: Rizuki
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-02 11:28:51

“Ma! Teman-temanku sudah ganti ponsel dan aku masih pakai handphone boba biasa ? Apa kata mereka nanti? Bisa-bisa, aku dikucilkan dan tidak memiliki teman sama sekali! Kalau gitu, lebih baik aku tidak sekolah saja!”

Navier mengusap dadanya pelan. Suara adik pertamanya terdengar begitu jelas dari kamarnya.

Mengingat pergaulan Davian dengan anak-anak kalangan atas, adiknya itu memang jadi sangat boros. Pasti, ibunya akan meminta uang lagi pada Navier … seperti biasa.  

“Anakku, kau bisa bersabar hingga bulan depan? Bukankah kakakmu baru saja memberikan uang untuk membayar bulananmu, hah? Sebulan ini sudah dua kali. Tunggu dulu, ya! Ibu masih belum mendapatkan jatah bulanan belanja dari Navier.”

Deg!

Awalnya, Navier merasa senang karena berpikir sang ibu akan membela dirinya. Namun, dia salah. Tanpa sadar, tangan perempuan itu mengepal kencang.

“Mana bisa!? Kalau sampai bulan depan ponselnya belum ada, aku berhenti sekolah! Titik!”

Navier terdiam mendengar pertengkaran ibu dan anak itu.

Sudah terlalu biasa. Dirinya tidak akan bisa ikut campur di sana. Kalau berani, Navier pasti akan kena getahnya.

“Kita tunggu sampai awal bulan depan! Pasti ayah dan kakakmu sudah gajian.”

Navier seketika menghela napas panjang. Setidaknya, sang ayah juga disebut. Kalau yang dibebani hanya dirinya saja, sudah pasti Navier tak akan sanggup.

“Kalau sampai besok aku tidak mendapatkannya, Ibu tidak perlu lagi mencariku,” putus Davian.

Pemuda itu  mengakhiri pertengkaran mereka dan pergi secepat yang dia bisa.

Hal itu membuat Yuni—sang ibu–ingin menghentikan kepergian sang putra. Namun, Yuni seketika berhenti saat merasa tak mampu mengejarnya. 

“Nav!” teriak Yuni tiba-tiba. Karena rumah mereka tidak terlalu luas, teriakan itu terdengar begitu menggema.

Mendengar itu, Navier langsung bergegas menghampiri Ibunya. Beruntung, dia sudah menyiapkan segalanya. Jadi, dia tidak perlu menunggu waktu lagi untuk bersiap.

Dan setelah sampai di ruang makan, Navier mendapati Yuni yang sedang berkacak pinggang dan menahan amarahnya. Nav bisa menyadari itu dari wajah sang Ibu yang memerah.

“Kau mendengar permintaan Davian, kan?” tanya Yuni tiba-tiba.

Sontak, Navier mengangguk dan menunduk. Sudah pasti dia akan diminta untuk memberikan barang yang adiknya minta. Padahal, Navier merasa tidak semua mau anak harus dituruti. Jika pun menuruti, ibu seharusnya yang lebih berkewajiban untuk memberikan apa yang putranya minta.

“Davian meminta ponsel keluaran terbaru dan besok sudah harus ada. Kalau tidak, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Davian. Kau bisa mengerti itu?!”

“Ibu, aku tidak punya uang lagi. Apalagi, iphone 14 pro itu sangat mahal. Gajiku bulan depan jika digabung semuanya tak akan cukup untuk membelinya,” jawab Navier pelan. 

Apa yang dia katakan memang benar adanya. Gaji yang tidak seberapa itu tentu tidak akan sanggup untuk memenuhi apa yang adiknya pinta. 

Selama ini, Navier tidak pernah memiliki keinginan tinggi yang sekiranya tidak bisa dijangkau. 

Jangankan ponsel keluaran terbaru, ponsel biasa saja dia tidak memilikinya. Bagi Navier, uang yang dihasilkan lebih bermanfaat untuk keperluan yang lain ketimbang membeli sesuatu yang belum jelas pentingnya seperti itu. Tapi, adiknya itu … iphone 13 pun tak cukup! Dia mau yang lebih terbaru lagi.

“Ck! Ibu tak peduli!” Yuni meninggikan nada suaranya, tanpa peduli Navier yang sudah menunduk. “Davian mau itu dan dia harus mendapatkan itu,” lanjutnya. 

Navier mengangguk pelan. Bagi sang ibu, dua anak laki-lakinya adalah harta berharga, bahkan jika dibandingkan dengannya. Terkadang, Navier merasa jika dunia ini tidak adil. Adik-adiknya mendapat nama belakang sang ayah, sedangkan dia tidak sama sekali. Navier, hanya nama itulah yang dia dapatkan di kartu identitasnya.

Pernah Navier berpikir, apakah dirinya hanya anak angkat? Mengingat ada banyak perbedaan di antara mereka. 

Akan tetapi, semua itu terbantahkan saat ayahnya sendiri yang menceritakan tentang bagaimana dia dikandung dan dilahirkan oleh ibunya. Bagaimana kedua orang tuanya bersama di keadaan yang masih serba kekurangan, serta betapa mirip dia dengan sang ayah. 

Hanya saja … tidak ada persamaannya dengan sang ibu, selain rambut lurusnya.

“Navier! Kau mendengarku, kan!?” bentak Yuni tiba-tiba. Wanita itu tampak geram melihat Navier yang hanya mengangguk kecil, menunduk, dan tidak melakukan apa-apa lagi saat ia mengatakan hal panjang lebar seperti itu. Seolah Navier seperti robot yang tidak menyadari kehadirannya.

“Iya, Bu. Tapi, aku sudah memberi seluruh gajiku bulan ini untuk kalian. Untuk bulan depan, semua gajiku pasti tidak akan cukup untuk membelikannya. Aku sama sekali tidak memiliki tabungan, Bu. Semua sudah kuberikan pada ibu dan adik-adik.” 

Navier terdiam. Ia teringat semua gaji sudah dia berikan pada mereka tanpa menyisakan sedikit pun untuk ditabung. 

Bahkan, setiap tip atau lembur yang dia hasilkan juga sudah digunakan untuk menambal apa yang adiknya ambil dari toko yang dia jaga. 

Jadi, ponsel mewah keluaran terbaru itu sungguh di luar kemampuannya.

“Apa ayah tidak bisa mengusahakannya juga? Kenapa hanya aku yang ibu pinta untuk membelikan keinginan Davian? Mereka sudah besar, dan mungkin ibu juga bisa mencari kerja sampingan untuk membantu memenuhi kebutuhan kita, kan?” tanya Navier perlahan.

Sayangnya, ucapan Navier justru memancing kemarahan Yuni. Dengan berkacak pinggang, wanita itu kini berjalan pelan hingga sisa beberapa senti saja dari Navier. “Kau menyuruhku bekerja? Kenapa kau tidak menjual dirimu saja? Kau itu masih gadis, cantik, dan memiliki tubuh yang bagus. Satu malam penjualan, pasti sudah mendapat uang lebih dari cukup untuk membeli ponsel itu.” Senyum sinis terpampang di wajah Yuni. “Bahkan, kita bisa membeli dua ponsel. Satunya bisa diberikan untuk Devan!” 

Deg!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 146.

    Selama ini Yuni tidak pernah merasa menyesal telah menyakiti Navier.Dia merasa selama ini Navier-lah yang membuatnya menderita. Ibunya merebut suami yang dia cintai, dan membagi rasa sayang yang dulu didapatkan secara penuh. Karena itulah ketika Elle meninggal, Yuni masih sanggup untuk menyiksa anak kecil itu.Hati Yuni sudah mati rasa untuk memberi rasa kasih untuk anak tirinya.Hingga Navier yang mulai membantu mencari penghasilan pun, Yuni tetap pada pendiriannya. Dia dengan kejam mampu meminta semua pendapatan Navier untuk diberikan pada putranya.Akan tetapi, perlahan rasa itu mulai terkikis.Yuni merasa bersalah saat melihat Navier tidak sadarkan diri dengan berbagai alat untuk menopang kehidupannya.'Sebenarnya aku bahkan tidak tahu alasan untuk membencimu,' batin Yuni.Dia memandang sendu, tak percaya dengan beberapa waktu yang lalu, di mana dia tidak sadar telah mencelakakan nyawa anak tirinya."Ib

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 145.

    "A-aku tidak menyangka jika kau bisa merencanakan semua ini pada Navier, Yun." Yuni terpekur. Dia sama sekali tidak menyangka jika suaminya akan mendengar perdebatannya dengan Navier, dan sedang saat mengungkit malam kelam itu. Tak hanya itu, Yuni juga menangkap raut kekecewaan yang terlalu kentara. "Aku sudah merawatnya sejak kecil! Kau pikir mudah membesarkan anak dari wanita yang menjadi madu di dalam rumah tangganya? Pikirkan itu, Lex! Ah, ya. Kau yang hanya membawa masalah mana paham hal yang seperti ini!" Di seumur mereka menikah, belum pernah dia mendengar nada kecewa dari Yuni hingga seperti itu. Dia tak tahu jika selama ini, istri pertamanya menyimpan luka dan melampiaskannya pada anaknya. Dulu, Alex mengira jika Yuni bisa menerima Navier selayaknya putri sendiri, karena Elle telah tiada. "Kukira kau menerimanya sebagai anak kandungmu sendiri, Yun. Kalau tahu kau setega itu padanya, kenapa tidak kau katakan saja padaku? Aku

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 144.

    "Kau!!! Kau masih punya muka untuk kembali ke sini!?" bentak Yuni.Navier tidak mengindahkan peringatan Edgar agar tidak kembali ke sana. Dia bersikukuh untuk kembali ke rumah tempatnya dibesarkan. Bagaimanapun juga, tempat itu berisi banyak kenangan yang tak bisa dia lupakan."Ibu, jangan lupa aku pernah kau besarkan. Aku pernah kau asuh dan kau beri makan," lirih Navier."Lalu dengan apa kau akan membayarnya? Bukankah saat itu kau sudah memiliki kesempatan, tetapi malah membuangnya? Kau!!! Bukannya membayar jasaku, malah meninggalkan semua kesulitan itu!?"Navier menunduk. Dia tetap berdiri di pintu gerbang halaman dan tidak diizinkan untuk masuk oleh Yuni.Sejak awal, Navier tidak tahu jika Yuni sedang libur bekerja. Namun, dia juga tidak berharap penuh jika Yuni sedang tidak ada.Dia hanya ingin beritikad baik dengan meluruskan kesalahpahaman di antara mereka."Aku memang tidak bisa membalasnya dengan keadaan saat itu, Ibu. Tapi ketahuilah! Aku juga melalui masa yang sulit. Aku ti

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 143.

    "Ada hal yang bisa kau gunakan untuk membela diri, Sayang?" tanya Edgar.Dia menatap tajam sang istri yang kini tengah berdiri dengan senyum seperti anak kecil yang ketahuan telah melakukan kesalahan. Di samping kiri sang istri, ada putra semata wayangnya yang sedang menunduk.Edgar merasa kesal karena mendapati wajah istrinya babak belur, dan puntranya tidak apa-apa. Padahal sebelumnya dia telah berpesan untuk menggantikannya menjaga satu-satunya wanita di keluarga mereka. Edgar tak ragu, karena dia sudah tahu bagaimana kemampuan Henry. Sayang sekali ekspektasinya terlalu tinggi."Jangan salahkan Henry, ya. Dia sudah melakukan hal yang kau pinta sebaik mungkin. Tidak ada hal sebaik Henry. Hanya saja dia datang terlalu terlambat untuk menjemputku," bela Navier."Jadi, ini semua adalah salahmu, begitu?""Tentu saja!""Lalu, apa yang bisa kau lakukan untuk menggantikan hukuman yang akan Henry dapatkan, Sayang?"Badan Navier bergidik nge

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 142.

    "Yun, hentikan!"Bukannya berhenti, Yuni justru semakin gencar mencerca Navier dengan kata-kata yang buruk. Suaminya sama sekali tidak dipedulikan lagi. Dia seolah buta dan tuli untuk semua hal.Yuni buta akan kebaikan yang selama itu Navier lakukan untuk keluarganya. Bagaimana dia yang harus berhenti untuk belajar, dan justru mencari pekerjaan sebanyak mungkin, dan membantu memenuhi semua hal yang diinginkan kedua adik tirinya.Dan tuli, akan segala perkataan suaminya."Bu, kau boleh menyalahkanku atas semua kesalahan yang terjadi di keluarga kita. Tapi kumohon untuk tidak menyudutkanku. Waktu sudah banyak berubah, dan aku juga tidak ingin mengingat masa lalu lagi. Aku akan melupakan semua yang telah kau lakukan padaku, dan mari untuk hidup lebih baik," pinta Navier.Yuni menggeleng. Air matanya mengalir semakin deras. Dia memandang ke arah suaminya yang kini sudah tidak sesempurna dulu. Memandang putra sulungnya yang juga tidak bisa mendapat kehi

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 141.

    "Dav, hentikan!!!" tegur ayah mereka.Keduanya masih saling beradu dan tidak menggubris teguran ayahnya. Sesekali Navier membalas pukulan adiknya, dan sisanya dia akan menghindar. Gerakan Davian begitu acak, menandakan bagaimana pria itu dididik dengan otodidak, bukan oleh ahilnya."Ternyata kau belajar cukup banyak, ya? Tidak seperti dulu yang hanya bisa berlindung di bawah ketiak ibu," sindir Navier."Diam kau! Kau tidak tahu masalah apa yang sudah kau tinggalkan untuk kami! Kau sama sekali tidakkk punya hati!"Navier mendecih sinis. Tidak punya hati? Bukankah kata-kata itu lebih patut dikatakan untuk Yuni, dan bukan dirinya?Setelah itu, dia memancing Davian untuk berkelahi di luar ruangan, dan masih mengundang pekikan ayahnya. Hanya sang adik yanag terkesn menuntut untuk menyerang, sedangkan Navier lebih tenang dan menghindar. Karena itu, ayah mereka benar-benar khawatir. Ia takut jika Davian melukai kakak perempuannya."Kalau begitu kau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status