Rezan seperti sedang jalan-jalan bersama dua bocah labil yang terus merengek minta ini dan itu di sepanjang mata memandang barang-barang menarik. Kalau saja bukan karena keponakannya yang memaksa masuk ke pusat perbelanjaan demi membeli Hot Wheels, Rezan tidak akan pernah datang ke sana bersama Ratu. Mata gadis itu benar-benar bersinar terang melihat toko-toko sepatu dan tas branded. Berusaha merayu dan membujuk suaminya agar bersedia membelikan salah satu barang yang Ratu inginkan.
“Satuuu aja ya, Dok, aku mau tas Channel yang tadi kutunjuk, please ....”
“Enggak,” tolak Rezan keras, terus menuntun keponakannya dan mengabaikan apa pun tingkah sang istri.
Ratu kalau sudah diberi hati suka minta jantung, Rezan ingin menghilangkan kebiasaan tak berguna
Terima kasih sudah membaca bab ini, jangan lupa vote, kasih bintang lima, dan komen sebanyak-banyaknya yaa, biar aku makin semangat. See you di next part ....
Ini salah satu alasan mengapa Rezan setuju untuk keluar di hari liburnya. Ia sudah berganti pakaian begitu pun dengan Geo yang berniat mengikuti apa yang dilakukan pamannya. Hanya Ratu yang tampak tak bersemangat begitu memasuki area gym. Wajahnya ditekuk dan menguarkan aroma kepasrahan yang sangat pekat. “Wah, dokter Rezan hari ini Anda tidak sendiri rupanya,” ucap seorang pria yang diketahui pemilik gym sekaligus pemandu Rezan ketika berolahraga di sana. “Iya, saya membawa serta keluarga, ini keponakan dan istri saya.” “Oh iya, salam kenal Bu, Dek.” “Jangan panggil Ibu, Mas, saya belum ibu-ibu,” ketus Ratu membuat pria itu mengernyit lalu melirik ke arah Rezan.
Geva masuk ke kamar sambil membawa semangkuk bubur, semalaman lelaki itu tidak tidur karena menjaga Nayla yang demam tinggi. Ya, gadis itu menginap di apartemen Geva setelah kejadian mengerikan kemarin. Nayla melenguh sambil bergerak kecil, Geva segera mengambil termometer dan mengecek suhu tubuh gadis itu. Mata Nayla perlahan terbuka dan pandangannya mengedar ke sekitar. “Syukurlah demammu sudah turun,” kata Geva lembut, tangannya masih menempel di kening Nayla. Gadis itu menurunkannya sambil berucap, “Aku tidak apa-apa.” “Kamu demam tinggi, mana mungkin tidak apa-apa.” Nayla memalingkan wajah dari Geva begitu mengingat kejadian kemarin. Geva menatap gadis itu lama lalu menghembuskan napas berat. “Makan dulu, supaya kamu kembali bertenaga.” “Supaya kamu bisa meniduriku lagi seharian, itu kan maksudnya?” balas Nayla sambil tersenyum sinis. “Kiran, jangan buat aku emosi, cepat makan sebelum buburnya dingin.” Nayla masih
Setelah seharian keluar rumah dengan perasaan dongkol, akhirnya Ratu bisa senyum semringah. Si batu—Rezan bersedia mengikuti keinginannya untuk pergi ke tempat-tempat yang diinginkan Ratu. Mereka pergi ke salah satu kawasan elite Ibu Kota lalu mampir ke restoran Jepang favorit Ratu di sana. Setelah itu, Ratu minta suaminya untuk masuk ke toko sepatu tak jauh dari restoran. Tiga pasang sepatu cantik dikantunginya dengan mudah. Rezan sungguh memberikan semua yang Ratu minta tanpa banyak protes. Entah dia sudah lelah atau memang hatinya sedang ingin berbuat baik saja pada perempuan itu. Dahaga kesenangan Ratu sudah terpenuhi, dia mengajak suaminya pulang namun Geo menolak. Katanya ada satu tempat lagi yang ingin dia kunjungi, sekarang mereka sedang dalam perjalanan ke sana. Begitu tiba di tempat parkir sebuah taman kota, Rezan tiba-tiba menerima panggilan dari rumah sakit. Rezan diharuskan datang ke sana segera, dia tampak bimbang karena tidak tega meninggalkan keponaka
"Sayang ... kamu kemarin ke mana, sih? Ngilang gitu aja tanpa kabar. Aku nungguin kamu lama tahu, enggak? Terus aku telepon kamu enggak aktif, pesanku enggak ada yang dibalas. Bikin khawatir aja. Kamu di mana, sih?!"omel Raina, kekasih Geva yang akhirnya bisa mengobrol dengan Geva setelah satu hari satu malam menghilang tanpa kabar. "Maaf ya, aku tiba-tiba ada urusan mendadak. Yang penting kan sekarang aku bisa menghubungi kamu," dusta Geva, mulus sekali. "Tetep aja aku khawatir, lain kali jangan gitu lagi!" "Iya, janji lain kali aku enggak akan ninggalin kamu sendiri. Maaf ya." "Ya udah, kamu di mana sekarang?" "Di aparte
Hai, semua, berhubung cerita ini sedang direvisi jadi aku mohon maaf kalau ada ketidaknyamanan ketika kalian membacanya. Bab cerita ini menjadi lebih banyak akan tetapi ending sesuai dengan yang telah aku posting sebelumnya. Kira-kira kalau Rezan dan Ratu dibikin season 2 kalian setuju gak, nih? He he. Cek gelombang aja dulu. Oh ya, jangan lupa mampir ke ceritaku yang lain ya. Banyak yang udah tamat dan ada pula yang masih On going. Cerita Tamat: 1. Bad Guy (Bahasa Indonesia) 2. Terpaksa Menikahi Musuh On Going" 1. Behind Her Pride 2. Dunia Baru Sagara 3. Aku Tunggu Dudamu (masih do zona gratis) Oke, segitu dulu info dari aku, see youu ...
“Aduh ... Geo, ini udah jam setengah enam, loh, Pamanmu bisa ngamuk sama aku ini gara-gara kita belum pulang,” keluh Ratu yang ditanggapi santai oleh Geo, anak itu tidak terlihat gentar dan malah sibuk cengengesan saja sambil memainkan jam pintarnya.“Ate tenang aja, sebentar lagi pak Husen datang, kok. Aku udah ngasih foto tempat ini ke pak Husen, katanya lagi di jalan, nih lihat!”Geo memperlihatkan pesan yang ada di jam pintarnya. Ratu mengangguk paham sekaligus memuji ketangkasan dan kecerdasan keponakan Rezan. Memang tidak perlu diragukan lagi, keluarga Rezan semuanya pintar-pintar, pantas saja mereka semua sukses di bidang masing-masing. Usai menunggu lima belas menit, fortuner putih datang dan berhenti di depan Geo dan Ratu yang sedang menunggu di halte dekat taman kota.
Prak! Ponsel yang dipegang Rezan tiba-tiba jatuh, ia masih di rumah sakit, baru selesai melaksanakan operasi yang berjalan dengan lancar. Kondisi pasien sudah kembali stabil pasca kritis beberapa jam lalu. Niatnya mengeluarkan ponsel adalah untuk menghubungi Ratu dan Geo, perasaannya mendadak tidak enak setelah kejadian ponsel jatuh itu. “Operasinya sudah selesai kenapa Anda tegangnya sekarang, Dok?” tanya Arif yang mengambil ponsel seniornya itu dan langsung disodorkan pada Rezan. “Thanks, Rif,” kata Rezan singkat, ia segera menghubungi nomor istrinya namun ponsel Ratu tidak aktif. Rezan menghubungi Ratu hingga lima kali, tak kunjung membuahkan hasil ak
“Sial, sudah babak belur masih saja bisa melawan. Kuat juga ternyata si jalang ini.”“Perempuan seperti ini memang menyusahkan tapi sungguh menggiurkan untuk diajak bersenang-senang. Lihatlah, buah dadanya indah sekali, sepertinya nyaman kalau kita mainkan sebentar.”Kedua tangan Ratu terikat ke belakang, pakaian bagian atas sudah disobek oleh para penjahat itu. Ada dua orang yang sedang mengerjai Ratu sekarang, sisanya berjaga di luar ruangan. Dua pria itu sangat antusias mengelilingi Ratu dan tidak memedulikan Geo yang tersekap di belakang mereka. Sampai-sampai kedua orang itu tidak sadar jika anak itu sedang terlibat panggilan dengan seseorang di luar sana.Seorang pria jongkok di depan Ratu, membelai pipi gadis itu yang sudah penuh luka. Binar berahi muncul di manik pria itu, ia menyerang Ratu dengan cepat, ingin mendaratkan bibirnya di bibir Ratu namun Ratu menghindar. Pergerakan Ratu licin seperti belut, tenaga gadis itu seakan tida