Amarah dalam diri Keisya masih juga tak kunjung padam pada sang papi dan mami yang ternyata mereka benar-benar ingin menjodohkañnya dengan anak teman lama mereka. Keisya tak mampu berkata-kata lagi ketika ia bertemu dengan calon mertua dan putranya yang mana beberapa jam lalu keduanya telah saling bertemu. "Cih … kalau dia yang jadi calon istriku, ogah deh. Mending nggak usah kayaknya deh, Pa. Papa tahu, nggak? Gadis satu itu manjanya nggak ketulungan, Indra malas, Pa!" protes pemuda itu, kala ia dan Keisya saling bertatap secara langsung. "Jadi kalian berdua sudah saling bertemu?" Geisya yang sangat antusias pun mencoba menggoda putrinya, "Kenapa kamu nggak pernah bilang ke Mami, sih, Sayang? Kalau begini caranya gampang, kan, saling mengenal." Keisya dan pemuda itu sama-sama membantah bahwa mereka pernah saling bertemu. Malam ini justru menjadi kesekian kalinya mereka berdua bertengkar. Namun, bedanya pemuda itu tidak seperti siang hari banyak bicara. Sekarang malah yang ada menu
"Aaawww." Suara itu terdengar dari arah dalam sebuah ruangan. Indra yang tengah dimarahi oleh papanya akibat dia yang mengunci sang istri terhenti, oleh sang pelayan mengatakan jika ada suara seorang perempuan dari dalam kamar kosong tersebut. Namun, begitu Indra hendak membantu membuka pintu tersebut lantaran kuncinya ia sembunyikan dan hanya ia yang tahu di mana letaknya. Jessica mengalihkan pembicaraan seakan-akan pendengaran Bi Ani salah. Perdebatan pun kembali terjadi, Jessica ingin Indra membawanya keluar dan menikmati momen mereka berdua tanpa seseorang sebagai pengganggu. "Tapi Tuan saya nggak salah dengar, coba deh dengerin lagi kalau nggak percaya," ujar Bi Ani menengahi. "Sudah-sudah. Indra cepat buka pintunya sekarang dan kamu …," Samuel menunjuk wanita yang datang bersama putranya. "Tolong pergi sekarang dan jangan lagi dekat-dekat dengan anak saya. Kamu nggak pantas dan nggak berhak ada di dekat anak saya!" Bola mata Jessica membelalak, Indra sangat jelas memperhati
Hati istri mana yang tidak cemburu melihat suaminya berdampingan bersama perempuan lain, tatkala Keisya yang baru sadarkan diri pasca dikurung di kamar kosong oleh Indra. Meski pernikahan ini tidak ia inginkan sama sekali, tidak ada cara lainkah yang Indra lakukan selain dari mengunci dirinya di kamar kosong dan perbuatannya tersebut hampir membuatnya mati mendadak. Malam yang dingin dan sudah larut malam Keisya dan Indra masih berada di tepi jalan saling kejar-kejaran. Keisya merasa Indra jahat dan tidak menganggapnya sebagai istri sungguhan, inilah yang ia tidak sukai adanya pernikahan muda terlebih keduanya sama-sama tidak saling mencintai. Namun, katanya, 'Cinta bisa datang kapan saja.' Apa menurutmu itu benar?"Keisya tungguin aku napa!" teriak Indra dari kejauhan. Sejujurnya gadis satu ini tidak mampu lagi untuk berlari, dadanya terasa sesak dan ingin sekali ia berhenti. Sayangnya, jarak antara ia dan Indra sudah semakin dekat. "Keisya jadi cewek jangan ngambekan segala bisa
Dua kali gagal membuat sang suami tak nyaman, dua kali juga Indra berhasil menaklukkan hati seorang Keisya—si gadis manja juga omes ini. "Cantik, tapi omes." Begitulah Indra ketika mengejek seorang Keisya. Malam ini gadis itu dipaksa harus tidur bareng bersama suaminya. Yang mana pada kenyataannya Keisya sendiri menolak dan tidak ingin adanya pernikahan ini terlebih jika ada sesuatu kejadian yang membuatnya nanti gagal lagi mengusir Indra dari hidupnya. "Kata Papa seorang istri tidak boleh menolak permintaan suaminya loh," ujar Indra setengah menyindir gadis berhijab itu. "Sebagai istri yang baik itu wajib memenuhi keinginan suami baik lahir maupun batin. Kalau nolak dosa loh," tambah pemuda tampan dengan hidung mancung ini. "Memangnya Kak Indra mau apa dari Keisya?" Keisya mulai tidak nyaman, lantaran guling sebagai pembatas keduanya di kala tertidur diambil Indra. 'Stop, Keisya! Plis, hilangkanlah pikiran burukmu itu. Jangan sampai pikiran aneh bersarang di kepalamu. Istigfar, Kei
"Dasar orang jahat, suami nakal kamu, Kak!" umpat Keisya pada Indra yang kini pemuda itu sudah membuka matanya, sembari mengucek-ngucek. Bukan sekedar khayalan seperti yang ia pikirkan sebelumnya saat Indra mengurung istri sendiri di kamar di bawah tangga. Pagi ini dan malam itu semua benar-benar telah berubah dan nyata terjadi. Keisya sekarang gagu, gugup setengah kesal. Ingin ia memaki-maki suaminya, tetapi ia menyadari tidak ada yang salah dalam hal ini. Pernah ia membaca sebuah artikel yang mana sebagai istri ia tidak boleh menolak saat suami meminta haknya. Lantas, harus apa ia sekarang saat Indra sudah terbangun. Mulut Keisya seakan terkunci dan hanya bola matanya yang kini tengah memandang imamnya ini. "Jangan lama-lama memandang kayak gitu, nanti beneran jatuh cinta loh. Susah dong nanti buat kamu bisa gagalin pernikahan kita ini," sindir Indra, yang mana pemuda itu lebih dulu beranjak dari tempat tidur sembari meraih handuk dan dililitkan di pinggangnya. Lagi dan lagi Kei
Hal paling indah sekaligus yang diinginkan oleh setiap pasangan setelah menikah selain memiliki rumah sendiri, tentu siapa pun ingin disegerakan memperoleh sosok seorang bayi mungil hadir mengisi hari-hari mereka. Kehadirannya, tangisnya selalu menjadi obat 'mungkin' atas setiap lelah yang dirasa. Sayangnya kali ini berbeda dengan seorang gadis seperti Keisya. Namun, meski menolak sebisa mungkin siapa sangka semua telah terjadi dan malam tadi suaminya—-Trimo Indra Gunawan merenggut semuanya. Sehingga detik ini Keisya meraung-raung merasakan sakit di bagian intimnya. "Bibi yakin sakit yang Kei rasain nggak sampai berbulan-bulan, lalu kalau misalkan nanti kejadian mual-mual seperti yang Bibi rasain gimana?" tanya Keisya. Jawaban belum ia dapatkan, tetapi beberapa detik setelahnya. Keisya mendengar seseorang berdeham dari arah belakang. Begitu melihat siapa yang datang, ia malah langsung menutup mulut. "Lah Non Kei kenapa tutup mulut?" Bi Ani hampir keheranan. "Kalian berdua ini, ya
Cantik. Berhijab dan memiliki pemikiran yang cukup bisa dibilang telah 'dewasa' dibanding dengan seorang Keisya. Madina Andini namanya. Salah satu sahabat Keisya sejak TK hingga sekarang berada di kampus yang sama. Namun, antara keduanya tersimpan satu rahasia besar yang menjadikan Madina bertanya-tanya mengapa tingkah Keisya akhir-akhir ini terlihat berbeda. Contohnya seperti sekarang ini, ketika jam mata kuliah pertama baru saja di mulai. Sedang Keisya malah diam-diam berdiri di balik tembok yang posisinya mengarah ke parkiran. Madina tahu di ujung sana terdapat seorang pria tampan tengah berdiri sembari memainkan ponselnya. Akan tetapi, apa hubungannya dengan Keisya?Inikah rahasia besar yang Madina tidak tahu? Keisya tahu siapa pemuda di ujung parkiran sana?"Astagfirullah, Madina. Kamu ini bikin aku kaget saja, deh," ketus Keisya. Gadis manja ini mengelus dadanya, ketika teriakan Madina mengganggu gendang telinganya."Ya lagian kamu di sini lagi ngapain, Keisya Shakira Jasmine?
Betapa beruntungnya seorang Keisya tatkala mendapatkan perlakuan istimewa dari seorang Indra—-suaminya sendiri. Seharusnya Keisya yang berdiri di bawah terik mentari di tengah lapang sembari tangan kanan diangkat ke atas memberikan penghormatan. Akan tetapi, Indra menggantikan posisi Keisya dan pemuda itu memohon supaya sang istri dapat mengikuti mata kuliahnya meski terlambat beberapa menit. Ah, jika melihat kejadian seperti ini seketika Keisya teringat akan masa SMA-nya dulu. Segala upaya telah dilakukan oleh Indra. Alhasil, dosen setengah baik itu pun mengabulkan permintaan Indra dan dengan berat hati Keisya memasuki kelas bersama sahabatnya—Madina Andini. "Kamu semenjak masuk aku lihat murung terus, Kei. Ada apa?" Madina menuliskan sesuatu di sebuah kertas kecil, kemudian dilipat dan ia lemparkan ke meja sahabatnya. Keisya.Sekali hingga ketiga kalinya Madina tidak mendapatkan tanggapan, Keisya tampak melamun dan sepertinya gadis itu tengah memikirkan sesuatu sampai-sampai mata